Tujuh Langkah Berwisata dan Berpetualang Efisien Pasca-BBM Naik
Tak bisa dihindari, kenaikan bahan bakar minyak (BBM) berimbas terhadap kenaikan sejumlah produk dan jasa yang sangat berkaitan erat dengan pariwisata. Anggaran untuk berwisata ringan maupun yang berat atau bermuatan petualangan, otomatis turut membengkak. Bagaimana solusinya?
Kenaikan produk dan jasa terkait pariwisata antara lain tarif/ongkos bermacam moda transportasi umum. Harga kebutuhan pokok termasuk aneka makanan/minuman ringan untuk berwisata/berpetualang pun ikut naik. Termasuk biaya beberapa jenis akomodasi, paket wisata, dan lainnya.
Akibatnya anggaran yang harus dikeluarkan untuk berwisata ringan seperti rekreasi, tamasya, piknik, dan lainnya, terlebih buat berwisata berat seperti mendaki gunung, menyelam, ber-paralayang, susur gua, dan sebagainya, mau tidak mau sudah pasti bertambah.
Artinya untuk keperluan berwisata apapun jenisnya, pasca-BBM naik awal September kelabu ini, setiap wisatawan atau pelaku wisata harus merogoh kocek lebih dalam lagi.
Bagi kalangan atas, orang-orang tajir apalagi yang masuk dalam jajaran sultan, mungkin membengkaknya dana untuk berwisata tidak begitu soal.
Lain halnya dengan masyarakat menengah ke bawah, apalagi yang kondisi ekonominya pas-pasan, tentu sangat memberatkan. Jangankan berpikir untuk jalan-jalan. Buat memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan dan lainnya saja bakal kian sulit dan harus makin sering jungkir balik.
Lalu bagaimana agar berwisata masih bisa dilakukan oleh masyarakat lapisan bawah apalagi yang tak berpunya? Apakah berwisata pasca-BBM naik ini tinggal mimpi? Apakah cuma impian yang tak terwujud?
Jawabannya tentu tidak. Masyarakat menengah ke bawah tetap bisa berwisata namun dengan cara efisien. Apa itu BERWISATA EFISIEN? TravelPlus Indonesia menyebutnya adalah berwisata dan atau berpetualang sesuai anggaran yang tersedia, tepat, dan tetap bermanfaat atau berdaya guna.
Sekurangnya ada 7 langkah berwisata dan berpetualang secara efisien versi TravelPlus yakni efisiensi atraksi wisata, waktu, aktivitas wisata, transportasi, perlengkapan/peralatan utama, konsumsi/logistik/bekal, dan efisiensi cara berwisata.
Pertama, efisiensi atraksi wisata maksudnya memilih daya tarik entah itu alam, budaya, maupun daya tarik buatan manusia yang sesuai dengan ketersediaan anggaran.
Pilihan daya tarik yang efisien adalah yang berlokasi terdekat dengan tempat tinggal atau masih dalam satu kota/kabupaten atau provinsi.
Semakin dekat tentu ongkosnya semakin terjangkau, sebaliknya semakin jauh apalagi sudah di luar provinsi bahkan luar pulau dan terbatas sarana transportasinya, jelas semakin tinggi ongkosnya.
Cara lain, cari daya tarik yang gratis atau tidak dikenakan tiket masuk seperti taman kota, hutan kota, alun-alun, pusat olahraga seperti GBK Senayan Jakarta, gelanggang olahraga (GOR), pameran gratis seperti Flona 2022 (pameran Flora dan Fauna) yang tengah berlangsung di Lapangan Banteng Jakarta Pusat, pantai/sungai/situ/danau dan objek alam lain yang gratis di daerah terdekat, atau ke kawasan Kota Tua di Jakarta/Kota Lama di Semarang/Kota Wisata Tambang Berbudaya di Sawahlunto, dan sebagainya.
Andaikan berbayar, pilih yang bertiket murah seperti museum, kolam renang di GOR yang dikelola pemerintah, dan lainnya.
Kedua, efisiensi waktu. Maksudnya tepat dalam memilih waktu untuk berwisata maupun berpetualang.
Waktu untuk berwisata yang efisien adalah diluar akhir pekan, long weekend atau masa liburan. Dengan kata lain saat weekday, karena biasanya tarif HTM dan akomodasinya lebih murah. Kelebihan lainnya, pengunjungnya tidak terlalu ramai, jadi lebih nyaman.
Durasi waktunya juga harus ditentukan. Perlu diingat, semakin lama atau bahkan sampai harus bermalam, tentu biaya yang dikeluarkan akan bertambah.
Ketiga, efisiensi aktivitas wisata. Maksudnya tepat dalam memilih kegiatan wisata yang akan dilakukan.
Misalnya kalau rekreasi ke taman kota atau hutan kota selain bersantai juga bisa sekaligus berolahraga jalan santai/jogging atau memanfaatkan fasilitas bermain untuk anak-anak yang gratis seperti yang ada di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Kalau berwisata sejarah ke Kota Tua/Kota Lama dan kawasan berstatus cagar budaya lainnya bisa sekaligus memperkenalkan bermacam bangunan bersejarah yang kini berubah fungsi menjadi museum dan lainnya kepada anak-anak.
Jika berwisata religi ke masjid, bisa sekalian mengamati/mempelajari arsitekturnya yang unik/megah/bersejarah, selain menunaikan salat.
Kalau ingin berwisata budaya, pilihannya antara lain ke sanggar seni, rumah budaya, cagar budaya, perkampungan budaya, dan daya tarik budaya lainnya seperti festival budaya.
Biar bermanfaat, semua aktivitas wisata itu tak lupa diabadikan untuk diracik menjadi konten positif baik itu tulisan/captions, foto, maupun video. Kemudian diunggah/ disebarluaskan via ragam medsos.
Keempat, efisiensi transportasi. Maksudnya, tepat dalam menggunakan kendaraan umum yang tersedia, jika memang tidak memiliki kendaraan pribadi.
Langkah lain, berwisata atau berpetualang dalam kelompok kecil (small group) agar bisa patungan (share cost) untuk menyewa alat transportasi ke atraksi wisata yang dituju dan untuk keperluan lainnya.
Kelima, efisiensi perlengkapan/peralatan utama. Misalnya kalau ingin berwisata bernuansa petualangan seperti mendaki gunung tentu harus dilengkapi dengan peralatan/perlengkapan utama seperti ransel, sepatu, jaket, tenda, sleeping bag, matras, peralatan masak, senter, dan lainnya.
Jika mampu ya sebaiknya beli baru secara offline ke tokonya atau saat pameran spesial peralatan outdoor seperti Indofest. Bisa juga via online. Kalau tak sanggup beli baru, ya beli yang second/bekas di toko/ pasar/sentra babe (barang bekas).
Jika dana amat terbatas, alternatifnya menyewa di rental/pendaki gunung/base camp di awal jalur pendakian yang biasa menyewakan alat-alat untuk mendaki. Upaya terakhir, ya meminjam dengan teman baik.
Keenam, efisiensi konsumsi/logistik/bekal. Untuk mengurangi biaya belanja konsumsi/logistik, sebaiknya membawa bekal sendiri dari rumah yang praktis. Sisanya baru beli di sekitar atau lokasi tujuan, seperti di toko/warung milik warga setempat.
Langkah efisien yang terakhir atau ketujuh adalah efisiensi cara berwisata. Maksudnya memilih melakukan wisata secara mandiri bukan dengan membeli paket wisata. Dengan kata lain mengatur perjalanan sendiri maupun bersama dengan rekan seperjalanan/sepetualangan dengan gaya backpacker. Memang lebih merepotkan tapi ini bisa lebih hemat bila tepat mengaturnya dengan cermat.
Misalnya kalau ingin berwisata bahari ke pulau, bisa dilakukan dalam kelompok kecil dan sedang. Begitupun kalau ingin mendaki gunung dan lainnya dengan cara melakukan pendakian bersama atau nanjak bareng (nanbar), supaya bisa share cost untuk biaya moda transportasinya.
Pilihan lain, menggunakan jasa indie travel atau operator open trip (OT) yang harganya paling masuk akal atau selaras dengan anggaran.
Itulah 7 langkah berwisata dan berpetualang yang efisien pasca-BBM naik, versi TravelPlus. Semoga bisa memberi solusi terutama buat kalangan berkantong tipis agar tetap bisa berwisata ataupun berpetualang di negeri tercinta ini seefisien mungkin.
Naskah & foto: Adji TravelPlus @adjitropis & @travelplusindonesia)
0 komentar:
Posting Komentar