. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 19 Juli 2009

Cinta Bertaut di Kolam Cinta


Kisah cinta abadi Maria, noni Belanda dengan Marwan, pria pribumi. Mereka bertemu di kolam cinta, hubungan mereka penuh tantangan dan kepedihan. Akhirnya mereka terpisah karena angkara, dan bertemu kembali di kolam cinta setelah puluhan tahun terpisah. Cerita cinta sejati tak lekang waktu ini terinpirasi setelah saya berwisata ke kolam cinta dan mendaki Gunung Puntang di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seperti apa kisahnya?

Nadya (25) gadis cantik berparas indo. Kuliah di ITB Bandung. Ia tinggal bersama ayahnya yang pribumi. Ia berpacaran dengan Steven, pengusaha muda keturunan Tionghoa yang ayahnya seorang konglomerat serakah. Jaya, ayah Steven berencana membuat real estat di kawasan Puntang. Rencana tersebut ditentang warga karena di sana menyimpan sejarah dan peninggalan. Warga lebih setuju tempat itu tetap menjadi obyek wisata.

Nadya menceritakan semua itu kepada Maria (90 tahun), neneknya yang tinggal di Belanda bersama ibunya. Mendengar cerita itu. Maria kaget, ia berencana datang ke Bandung sekaligus berlibur. Seminggu kemudian, Maria datang ke Bandung. Lalu ia minta diantar ke Puntang. Nadya dan Steven mengantar Maria ke Puntang. Di sana beberapa buldoser telah siap untuk menghancurkan kawasan Puntang, yang konon menurut penduduk sekitar berhantu.

Di Puntang, Maria Tua terkenang masa lalunya yang selama ini ia rahasiakan. Maria, ternyata gadis Belanda yang pernah tinggal di daerah Puntang. Sejak remaja dia berteman dengan Marwan, pemuda kampung. Karena sering bermain mereka saling jatuh cinta. Maria mandi di kolam cinta dan Marwan melihatnya dari balik pohon cemara. Mereka akhirnya berpacaran tapi hubungan mereka ditentang, Rudolf ayah Maria. Sedangkan Anne, ibunya Maria tak bisa berbuat banyak, hanya mengikuti perintah ayahnya yang galak. Maria juga dicintai Edward, pria Belanda yang juga anak buah ayahnya.

Rudolf lebih setuju dengan Edward yang ternyata licik dan angkuh, ia kerap mengadu domba pribumi dan mempermainkan perempuan pribumi. Marwan justru dicap pengkhianat bangsa, tidak nasionalis oleh 3 pemuda kampung (Rojak, Bani, & Awang). Padahal Marwan tidak begitu, ia dan dua temannya Asep dan Karman, kerap menolong penduduk dan mencitai kesenian daerah. Mereka sering jalan bertiga dan bersahabat sejak kecil. Tapi Marwan merasa bersalah juga dan timbul dilema karena mencintai perempuan anak penjajah. Tapi setelah tahu bahwa Maria berada di pihaknya, suka menolong pribumi antara lain keluarga Sarmin yang miskin, ia sangat membenci prilaku Rudolf dan Edward. Marwan merasa yakin akan cintanya.

Ketika Maria Tua menatap Gunung Puntang, ia terbayang lagi kenangan masa lalu saat diajak mendaki gunung itu oleh Marwan Muda. Mereka dikejar Edward dan anak buahnya dibantu 3 pemuda kampung yang menjadi antek-anteknya (Rojak, Bani, & Awang). Saat Maria Muda dan Marwan Muda berlari (slow motion). Dengan senjata Edward berusaha membunuh Marwan Muda. Tapi mereka berhasil lolos dan melakukan hubungan badan (flash back).

Ketika Maria Tua duduk di kolam cinta, ia teringat sekali pertama kali Marwan Muda menolongnya saat ia jatuh ke kolam dan hampir mati tenggelam karena tidak bisa berenang. Di sana mereka bertatapan, dan menjadi awal hubungan mereka (flash back).

Konflik muncul. (flash black) Marwan Muda diperlakukan semena-mena oleh Rudolf dan Edward. Orangtuanya dibunuh Edward dibantu 3 antek yang disuap oleh Rudolf. Namun cinta Marwan Muda tak pernah pudar. Ia mengajak Maria Muda mendaki Gunung Puntang, ke perkebunan teh Malabar dan air terjun serta menyaksikan kesenian angklung dan tarian sunda. Maria Muda berdandan seperti perempuan kampung saat diajak ke perkampungan melihat pesta perkawinan. Maria Muda dan Marwan Muda kerap membatu penduduk yang miskin dan kelaparan.

Marwan sederhana namun ganteng, ia pandai bernyanyi, bermain suling serta gendang. Maria jatuh cinta dengan ketampanan dan kebaikan hati Marwan. Hubungan mereka membuat Maria hamil. Mengetahui itu, Rudolf semakin marah. Maria dipaksa menggugurkan kandungannya. Namun Maria menolak dan kabur dari rumah bersama Marwan. Mereka diburu dan akhirnya tertangkap atas pemberitahuan Karman yang ternyata selama ini bermuka dua menjadi mata-mata Rudolf karena disuap. “Kalian yang sebenarnya antek-antek Belanda,” kata Marwan kepada Karman dan 3 antek. Pantas keberadaan Marwan dan Maria selalu diketahui Edward dan Rudolf, karena Karman yang memberi informasi. Maria disekap di kamar oleh Rudolf. Sementara di dalam penjara dekat rumah Maria, Marwan diikat tangannya dengan rantai dan disiksa Edward.

Ketika Maria dipaksa menggugurkan kandungannya, terjadi peristiwa Bandung Lautan Api. Perumahan Belanda di Puntang dibumihanguskan. Saat api tengah membakar rumah Maria, saat itu pula Edward hendak membunuh Marwan. Untunglah Marwan ditolong Asep, sahabatnya. Lalu Marwan menolong Maria namun dihalangi Edward. Terjadi perkelahian hebat. Asep sendiri ikut membantu warga. 3 antek pengecut menyelamatkan diri. Maria diselamatkan Marwan. Rudolf ingin menembak Marwan namun yang tertembak justru Karman hingga tewas. Saat Edward menembak Marwan, justru Rudolf yang tertembak dan tewas, kejadian itu dilihat Maria. Edward pergi menyelamatkan diri namun ia menghampiri Marwan, menginjaknya dan ingin menembaknya. Terdengar suara letusan. Edward keluar dari rumah dan lolos. Maria berhasil lari sambil menangis menyebut nama Marwan.

Maria dan Anne sempat bersembunyi di rumah keluarga Sarmin, orang kampung yang pernah dibantunya, ia kemudian kembali ke Belanda bersama Anne.

Sejak itulah Maria tidak bertemu dengan Marwan. Ia mengira Marwan telah mati dibunuh Edward dan terbakar. Maria melahirkan anak perempuan yang tak lain ibunya Nadya. Maria tidak pernah menikah. Ia juga tidak pernah memaafkan Edward yang berusaha merayunya kembali. Edward akhirnya mendapat hukuman dari pimpinan tentara Belanda. Tapi hati Maria tetap yakin Marwan masih hidup, setelah melahirkan, Maria pernah ke Puntang bersama anak perempuannya. Ketika bertemu Sarmin yang mengatakan Marwan telah mati dan mengantarkannya ke makam Marwan. Kandas sudah harapan Maria. Di kolam cinta ia melihat puing-puing rumahnya dan terkenang dengan Marwan.

Mendengar cerita neneknya, Nadya menitikkan airmata. Steven terharu dan akhirnya berusaha menekan Jaya, ayahnya untuk membatalkan real estat di Puntang. Tapi Jaya tetap bersihkeras, walau masyarakat telah mendemonya. Ketika buldozer hendak menggusur kolam cinta, tiba-tiba buldozer berhenti. Entah kenapa, Abeng, sopir buldozer tiba-tiba ketakutan. Sambil berlari ia berteriak hantu. Jaya tidak percaya, ia menyuruh anak buahnya mengejar sosok hantu itu. Namun anak buahnya justru babak belur. Jaya marah besar, ia berusaha menghadapi sendiri sosok tersebut, ketika ia menembak, bayangan sosok itu justru menghantamnya. Akhirnya Jaya tersungkur dan ketakutan. Akhirnya proyek real eastat itu tidak jadi. Sarmin dan penduduk menganggap hantu-hantu Puntang termasuk hantu Marwan marah karena tempatnya diusik.

Nadya dan Steven saling bertatapan senang Puntang tidak jadi dibuat real estat. Maria Tua tersenyum bahagia sambil menerawang jauh. Ketika Maria Tua duduk di kolam cinta. Ada seorang sosok yang memperhatikan Maria Tua dari balik pepohonan cemara. Sosok itu meniupkan suling. Suara suling itu sangat familiar ditelinga Maria. Benarkah itu Marwan? Ia memanggil Marwan dengan terbata-bata. Ternyata benar, lelaki renta itu Marwan. Tak disangka sekian lama terpisah waktu dan jarak, cinta mereka dipertemukan kembali di kolam cinta tempat pertama kali mereka saling menyatakan cinta.

Marwan Tua bercerita dengan logat sunda dan terbata-bata. Ketika rumah Maria muda terbakar hebat, ia diselamatkan kakek sakti yang sedang bertapa di Gunung Puntang. Marwan Muda dibawa ke pondoknya di lereng Gunung Puntang. Sejak itu Marwan Muda menetap dan berkebun di sana. Ia belajar ilmu beladiri dan kesaktian oleh kakek sakti itu. Sementara orang kampung mengira dirinya sudah tewas dan menguburkan mayatnya yang ternyata mayat Asep, sahabatnya yang memang mirip dengan Marwan. Kakek Sakti itu meninggal dan ia kuburkan di bukit. Marwan kemudian kerap mengunjungi kolam cinta, sambil memainkan suling dan air terjun berharap bertemu Maria. Penduduk termasuk Sarmin menganggap kolam itu angker karena kerap mendengar suara suling dan melihat sosok hantu Marwan yang melompat dari cemara satu ke cemara lain dengan cepat.

Saat turun ke perkampungan untuk berjiarah ke makam Asep, Marwan menutupi wajahnya agar warga tidak mengenalinya. Ternyata 3 antek (Rojak, Bani, & Awang) yang masih hidup mengenalinya dan mereka sempat kaget. Tapi mereka yakin, itu Marwan bukan hantu. Pada suatu ketika, 3 antek itu mengeroyok Marwan. Namun Marwan yang sudah punya ilmu sakti berhasil melumpuhkan 3 antek dengan mudah, ada yang terjatuh ke jurang, ada juga yang mati karena saling tertusuk tikaman golok sendiri hingga tewas. Penduduk dan Sarmin mengira 3 antek itu tewas karena dibunuh hantu Marwan. Sejak itu, Marwan tidak pernah berhubungan dengan orang kampung. Hidup menyendiri. Sesekali Marwan turun ke perkampungan dengan penampilan yang berbeda, sudah tua dan orang kampung tidak mengenalinya lagi (flash back). Mendengar cerita Marwan tua, Maria tua menitikkan airmata.

Marwan Tua juga menceritakan kepada Maria Tua, bahwa hantu yang dianggap oleh penduduk itu sebenarnya dia. Marwan Tua juga yang mengerjai Abeng, Jaya dan 3 anak buahnya (flash back saat mengerjai Abeng, Jaya dan 3 anak buahnya). Marwan Tua bercerita, bahwa sebenarnya Jaya bukan bermaksud membuat real eastat, tapi ingin mengambil harta rakyat yang pernah dijarah serdadu Belanda atas suruhan Rudolf di suatu tempat di Puntang. Jaya ingin mengambil harta karun dengan dalih membuat real estat. Marwan Tua mendengar rencana itu dari percakapan Jaya dengan Abeng (flash back).

Lanjut Marwan Tua, di dekat kolam cinta itu memang tersimpan harta karun yang dimasukkan oleh Rudolf. Ia mendengar cerita itu dari kakek sakti yang menolongnya. Sebab kakek sakti itulah yang melihat Rudolf menyembunyikan harta karun itu. (flash back, kakek tua bercerita dengan Marwan muda tentang harta karun di dekat kolam cinta). Maria Tua tersenyum mendengar cerita itu dan mempercayai Marwan Tua. Sementara Steven dan Nadya kaget, apalagi Steven yang tidak menyangka niat buruk ayahnya yang tamak. Pantas Jaya ngotot membuldozer kolam cinta.

Marwan Tua juga mengaku, sebenarnya ia sudah tahu kedatangan Maria Tua sejak awal, namun ia belum yakin. Namun setelah mendengar Maria Tua bercerita dengan Nadya, ia baru yakin dan mencari waktu yang tepat untuk menemui Maria Tua (flash back, Maria Tua sedang bercerita dengan Nadya, ia melihat ada sesosok bayangan dan mengejutkannya). Di kolam cinta Nadya bergandeng tangan dengan Steven. Sementara di sudut lain Maria Tua dan Marwan Tua duduk merapat melepas kerinduan. Kaki Maria Tua & Marwan Tua menyentuh permukaan air kolam cinta, seperti waktu mereka remaja dulu.

***The End***
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP