Produksi Batik Nasional Meningkat Tapi Bahan Bakunya Impor
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan sejak diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO, sejak 2 Oktober 2009 lalu, omset batik meningkat hingga 300 persen dengan nilai omset Rp1 triliun. Sayangnya kenapa bahan bakunya masih impor?
Menteri Perindustrian MS Hidayat merinci lebih detil, bahwa nilai produksi batik nasional terus bertumbuh secara signifikan. Pada tahun 2011 nilai produksi batik nasional mencapai Rp1 triliun, mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu sebesar Rp732,67 miliar dan 2009 yang hanya sekira Rp648,94 miliar.
Peningkatan produksi batik nasional menurut Hidayat lantaran semakin banyak orang yang gemar memakai batik. Faktor pendukung lainnya, instansi pemerintah dan swasta juga semakin gencar mendorong para karyawannya untuk menggunakan batik.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman membenarkan hal itu. Menurutnya selama lima tahun terakhir, industri batik nasional telah tumbuh di atas 100 persen. Bahkan porsi batik di industri garmen juga semakin bertambah besar sekirtar 10 persen.
Namun Hidayat mengakui industri batik Indonesia masih kekurangan bahan baku, termasuk gondorukem, material alam pewarna batik.
Bahkan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengatakan Indonesia masih mengimpor bahan baku kain pembuat batik dari negara lain yakni China dan India sampai sekarang.
Kemendag mencatat, pada tahun 2012 impor untuk jenis kain tenun dicetak batik sebanyak 677,4 ton dengan nilai US$ 23,3 juta, dan kain tenun yang dicetak dengan proses batik sebanyak 199,2 ton dengan nilai US$ 1,8 juta.
Wiendu menambahkan batik mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pengrajin, pedagang batik, dan lainnya. Namun tantangan yang dihadapi industri batik juga tak kalah hebat, antara lain Sumber Daya Manusia (SDM) mengingat generasi pembatik umumnya berusia relatif lanjut. Masalah lainnya soal pendanaan dan ketenagakerjaan. Kendati begitu, pihaknya akan terus menggaungkan batik, baik di dalam maupun di luar negeri.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Kemenperin, Euis Saedah mengatakan ada 10 negara yang terus mendalami dan mengembangkan batik. Meski demikian, hanya Indonesia yang ditetapkan sebagai global home of batik.
Menurut Eus, kendati batik sudah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009 lalu, namun kalau Indonesia tidak becus mengurus batik, predikat batik sebagai warisan dunia asli Indonesia bakal dicabut.
Naskah & foto: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar