Turis Asing yang Kesemsem Orangutan Tanjung Puting Bertambah
Sejak program Destination Management Organization (DMO) diterapkan di Tanjung Puting oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mulai 2011, kunjungan wisman yang masuk ke taman nasional di semenanjung Kalimantan Tengah ini meningkat cukup signifikan. Tapi belakangan, timbul kekhawatiran destinasi minat khusus ini terancam keberadaannya menjadi mass tourism.
Fasilitator DMO Tanjung Puting, Edy Hendras membenarkan adanya peningkatan kunjungan wisatawan pasca DMO di Tanjung Puting. “Tahun 2011, kunjungan wisatawannya 8.546 orang, naik menjadi 12.286 orang tahun 2012. Dan sampai Mei 2013 jumlah pengunjungnya 3.356 orang,” paparnya saat menjadi pembicara dalam acara “Konsinyering Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Destinasi Melalui Program DMO di Hotel Jayakarta, Jakarta, Rabu (3/7/2013).
Nama Tanjung Punting pun semakin mendunia. Ini terbukti dari profil wisman yang datang ke kawasan konservasi yang meliputi wilayah Kecamatan Kumai di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kecamatan Hanau serta Kecamatan Seruyan Hilir di Kabupaten Seruyan ini.
Sampai tahun ini, tercatat ada 47 negara yang pernah berkunjung ke taman nasional seluas seluas 415.040 ha yang ditetapkan pada tahun 1982 ini. “Teratas masih turis asal Amerika Serikat. Disusul Australia, Inggris dan Belanda,” terang Edy.
Namun dibalik peningkatan kunjungan wisatawan, kawasan konservasi yang menjadi habitat alami orangutan ini terancam keberadaannya. “Keberadaan destinasi wisata minat khusus ini terancam menjadi mass tourism. Ancaman lainnya berupa pencemaran dari pertambangan dan pembukaan lahan perkebunan,” ungkapnya.
Untuk mencegah itu, pihak taman nasional berupaya melakukan pembatasan jumlah kunjungan. “Idealnya jumlah pengunjung 100 orang per harinya,” jelas Edy. Yang menjadi kendala, jumlah kunjungan wisatawan per bulannya tidak merata “Ada yang menipis, ada juga yang membludak, high season-nya terutama pada Juli-Agustus,” akunya.
Untuk mengatasi kunjungan pad bulan-bulan padat, pihak pengelola menerapkan kunjungan ke lokasi lain seperti melihat budaya masyarakat di luar kawasan nasional, dan lainnya. “Tujuannya agar tidak semua menumpuk di dalam kawasan pada saat bersamaan,” uajarnya.
Menurut Edy, aktivitas melihat orang hutan makan di alam liar masih menjadi atraksi favorit pengunjung di taman nasional yang awalnya berstatus cagar alam dan suaka margasatwa dengan luas total 305.000 ha ini.
Di kawasan konservasi orangutan terbesar di dunia ini terdapat 3 lokasi untuk melihat orangutan makan di alam liar.
Populasi orangutan yang menghuni kawasan yang juga berstatus cagar biosfer ini diperkirakan 30.000 sampai 40.000 orangutan. “Kalau ada pengunjung datang dalam kelompok besar, maka dibagi menjadi beberapa kelompok.
Jumlah ideal wisatawan di satu tempat untuk melihat orangutan makan, maksimal 20-30 orang. Lebih dari itu sudah tidak nyaman,” terangnya.
Kapal Wisata Klotok
Tak begitu sulit mencapai taman nasional ini. Alat transportasi yang kerap digunakan wisatawan adalah kapal klotok yang berbunyi tok-tok saat melaju.
Jumlah kapal wisata yang juga merangkap akomodasi ini cukup banyak. Pemiliknya tergabung dalam Himpunan Klotok Wisata Kumai (HKWK).
Mereka sudah punya standar untuk sewa per hari. Harga sewa kapal berkapasitas hingga 12 orang ini berkisar Rp 2 juta per hari-nya. Tapi kalau sewa untuk 2 atau 3 hari jatuhnya lebih murah per harinya.
Setiap kapal klotok juga ada juru masaknya yang tugasnya menyiapkan segala kebutuhan makanan selama di klotok. Tarif juru masaknya Rp 120.000 untuk 4 orang per hari. Lebih dari itu kena biaya tambahan Rp 30.000 per orangnya.
Pemandu wisatanya juga terhimpun dalam wadah organisasi profesi Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Untuk fee guide-nyaRp 250.000 per hari untuk 1 sampai 4 orang. Tapi masih bisa nego kalau jumlahnya lebih dari itu.
Salah satu tempat menarik di Tanjung Puting adalah Camp Leakey, tempat pelestarian orangutan yang terbesar dan dibangun pada tahun 1971 ini merupakan lokasi berlindung orangutan yang diselamatkan dari perburuan liar.
Sekarang, kamp ini dikenal sebagai pusat penelitian orangutan. Sebelum menuju tempat ini ada beberapa kamp lain seperti Tanjung Harapan, Pondok Tanggui, dan Camp Pondok Ambung.
Pondok Tangui juga merupakan pusat rehabilitasi untuk orangutan yang pernah ditangkap.
Baik di Camp Leakey maupun Pondok Tanggui, pengunjung berkesempatan menyaksikan orangutan dari dekat, sekaligus mengetahui lebih banyak bagaimana cara melindungi primata yang terancam punah akibat dampak deforestasi dan perdagangan ilegal hewan peliharaan.
Sebelum melihat orangutan di habitat aslinya, pengunjung Taman Puting sudah dimanjakan dengan beragam pesona lain seperti menyususri Sungai Sekonyer sambil melihat monyet-monyet bergelantungan dan melompat-lompat dari pohon satu ke pohan lain.
Maklum hutannya juga menjadi tempat bermain buat delapan jenis primata, termasuk bekantan atau monyet berhidung panjang yang oleh masyarakat setempat juga dijuluki monyet Belanda lantaran warnanya kekuningan dan hidungnya mancung berlebihan.
Di sekitar Camp Leakey, pengunjung dapat melihat keunikan air Sungai Sikonyer. Warna airnya merah kehitaman, bukan kotor lantaran terkontaminasi dengan limbah tambang emas yang berada dekat dengan kawasan ini, melainkan karena rendaman alami dari akar akar pohon di sepanjang sungai.
Pengunjung juga dapat menikmati matahari tenggelam, melihat sejumlah kunang kunang dan hewan liar lain yang terkadang terlihat di tepian sungai.
Tak hanya itu, pengunjung juga mendapatkan pelayanan bak hotel berbintang data berada di kapal klotok, seperti kapten kapal dan pemandu yang ramah, masakan yang lezat, dan dapat tidur di atas kapal bertirai kelambu sehingga nyaman dari gigitan nyamuk.
Pengunjung yang ingin menikmati Tanjung Puting disarankan membawa lotion anti nyamuk, minum pil kina, dan senantiasa waspada saat berada di sungainya karena masih terdapat buaya. Pengunjung juga dilarang memberi makan orangutan di Camp Leakey dan kamp-kamp lain.
Setiap pengunjung dikenakan biaya tiket masuk. Untuk wisatawan Nusantara, tarif tiketnya Rp 12.000/orang/hari. Sedangkan wisman Rp 120.000/orang/hari. Pengunjung yang membawa kamera dan handycam juga dikenakan biaya termasuk tiket klotok dan tiket parkir klotok per klotok per harinya.
“Biaya total wisman ke Tanjung Puting Rp 3,5 juta per orang sudah termasuk tiket pesawat. Sedangkan wisatawan Nusantara Rp 200.000 per orang belum termasuk tiket pesawat kalau datang dari luar Kalteng,” tutup Edy.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: mypariwisata.blogspot & theglobalgamine.blogspot
0 komentar:
Posting Komentar