Ini Tiga Senjata Andalan Kemenpar Buat Jaring 20 Juta Wisman Tahun Depan.
Gagal capai target 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun ini, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyiapkan tiga senjata andalan untuk mencapai target 20 juta wisman tahun 2019.
Ketiga senjata pamungkas yang disebut Super Extra Ordinary itu adalah Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost Terminal (LCT).
“Border Tourism harus kita seriusi di tahun depan karena merupakan cara efektif untuk mendatangkan wisman dari negara-negara tetangga,” kata Arief Yahya dalam acara Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata Jakarta, Kamis (20/12).
Kenapa? Karena pertama karena wisman dari negara tetangga memiliki kedekatan (proximity) secara geografis sehingga wisman lebih mudah, cepat, dan murah menjangkau destinasi kita.
Kedua, mereka juga memiliki kedekatan kultural/emosional dengan kita sehingga lebih mudah didatangkan.
Ketiga, potensi pasar Border Tourism ini masih sangat besar baik dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, PNG, maupun Timor Leste.
Sementara senjata kedua, Tourism Hub sebagai strategi ‘menjaring di kolam tetangga yang sudah banyak ikannya’.
Maksudnya, wisman yang sudah berada di hub regional seperti Singapura dan Kuala Lumpur ditarik untuk melanjutkan berlibur ke Indonesia.
“Salah satu persoalan pelik pariwisata kita adalah minimnya direct flight dari originasi. Direct flight kita misalnya dari originasi China mencapai 50%, artinya 50% sisanya masih transit dari Singapura, Kuala Lumpur, atau Hong Kong. Sementara negara tetangga seperti Thailand atau Malaysia direct flight-nya sudah mencapai 80%. Mendatangkan direct flight dari originasi bukanlah hal gampang. Saya minta direct flight dari India ke Bali tiga tahun nggak dikasih. Akan jauh lebih mudah jika kita “menjaring” di hub-hub regional yang sudah banyak wisatawannya,” terang Arief Yahya.
Lebih lanjut dia mengestimasikan jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura (selain orang Indonesia) selama 12 bulan terakhir hampir mencapai 12 juta pax (rinciannya: 32% dari ASEAN minus Indonesia; 22% dari China-Hong Kong; 17% dari Asia-Pasifik; 14% dari Asia Tengah, MEA, Afrika; dan sisanya dari Eropa dan Australia).
Sementara wisman ke Indonesia yang transit di bandara Singapura jumlahnya tidak sampai 700 ribu. Artinya peluang untuk menggaet wisman yang jumlahnya sekitar 11 juta lebih itu masih terbuka luas.
Senjata ketiga LCT akan diterapkan tahun depan.
Menurutnya selama ini kita salah memilih vehicle untuk konektivitas udara, dimana kita harus tumbuh tinggi tetapi lebih banyak menggunakan vehicle yang tumbuhnya rendah. Wisman yang datang ke Indonesia tahun 2017 lebih dari 55% menggunakan Full Service Carrier (FSC) dan sisanya menggunakan Low Cost Carrier (LCC). Namun, ternyata pertumbuhan FSC rata-rata hanya 12% jauh di bawah LCC yang tumbuh rata-rata 21% per tahun.
“Maka, LCC adalah senjata ampuh untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisman, dimana maskapai berbiaya rendah ini menyumbang kontribusi peningkatan kunjungan wisman sebanyak 20%. Nah, untuk mendorong pertumbuhan LCC, Indonesia harus mempunyai LCT. Saya tegaskan bahwa LCT merupakan salah satu penentu utama keberhasilan target kunjungan 20 juta wisman pada tahun 2019,” tegas Arief Yahya optimis.
Saat ini bandara yang paling siap dikembangkan menjadi Low Cost Carrier Terminal (LCCT), lanjutnya adalah Terminal 1 dan 2 Soekarno-Hatta.
"Nantinya Terminal 1 diarahkan menjadi full LCCT penerbangan domestik, sedangkan Terminal 2 full LCCT untuk penerbangan domestik dan internasional. Di samping itu Bandara Banyuwangi juga sedang dikembangkan menjadi LCCT setelah melalui berbagai proses pembenahan," pungkasnya.
Apakah tiga senjata andalan yang dibeberkan Arief Yahya itu benar-benar ampuh dan jitu menjaring 20 juta wisman tahun depan?
Bagaimana kalau bencana alam, entah itu erupsi gunung berapi, gempa, dan lainnya terjadi lagi tahun depan (semoga saja tidak), mengingat negeri ini memang rawan bencana?
Akankah bencana alam itu kembali dijadikan alasan penyebab utama tak tercapainya target wisman sebagaimana tahun 2017 dan juga 2018? Kita tunggu saja kabarnya tahun depan.
Satu yang pasti, TravelPlus Indonesia sejak jaman dulu (jauh-jauh sebelum Arief Yahya menjadi menpar) dan sampai kapanpun akan setia mempromosikan ragam daya tarik/pesona pariwisata Indonesia lewat bermacam tulisan/artikel kreatif baik di online, koran maupun blog ditambah lagi bermacam medsos (FB, Twitter, Instagram: foto/vlog/video) sejak era digital hadir di sini agar wisnus tetap mengutamakan berwisata di dalam negerinya sendiri dan wisman berdatangan ke negeri tercinta ini.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Menpar Arief Yahya bocorkan tiga senjata pamungkas untuk mencapai target 20 juta wisman tahun depan. (foto: deni-humas kemenpar)
2. Logo TravelPlus Indonesia.(dok. adji)
0 komentar:
Posting Komentar