12 Lokasi dan Objek Syuting Film Terbaik Kabupaten Buton
Buton, salah satu kabupaten di jazirah tenggara Sulawesi tak mau kalah dengan Bali dan Jogja, dua destinasi wisata yang lebih dulu diminati sejumlah produser film dalam dan luar negeri untuk lokasi pembuatan film berskala nasional maupun internasional.
Buktinya Pemkab Buton baru-baru ini mengikuti pameran industri perfilman FILMARES 2014 di Jakarta International (JI) Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat dengan tujuan untuk memperkenalkan segala potensi wisata dan budayanya yang menarik untuk dijadikan sebagai lokasi syuting sekaligus bagian dari cerita film.
Kabupaten beribukota Pasarwajo ini memang mulai naik daun. Gaungnya sebagai destinasi wisata baru mulai terdengar. Ini buah jerih payah Pemkabnya yang mulai gencar berpromosi setahun belakangan ini, baik lewat press tour, membuat dua film, menggelar festival budaya tua, menampilkan kesenian, dan mengikuti pameran wisata dan lainnya di Jakarta.
Sebelumnya, Buton hanya dikenal sebagai penghasil aspal alam yang terbesar di dunia. Kandungan aspalnya tersebar di 43.000 hektar dengan cadangan yang tidak akan habis selama 300 tahun.
Namun Pemkabnya tidak mau terus-menerus terbuai dengan hasil tambangnya yang melimpah itu. Mereka menyadari, salah satu kabupaten di Pulau Buton ini pun menyimpan sejuta pesona wisata dan budaya yang tak kalah memukaunya dari Bali dan Jogja yang bila dikelola, dikemas dan dipasarkan dengan baik akan mendatangkan pendapatan hingga meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Kabupaten seluas 2.488.71 Km dengan 21 kecamatan dan 243 desa dan kelurahan di dalamnya ini, bukan hanya mengoleksi pantai-pantai cantik berpasir putih dan keindahan bawah laut dengan aneka terumbu karang dan ikan hiasnya, pun warisan budaya leluhurnya yang masih lestari, situs-situs sejarahnya, hutan aslinya, air terjun, kuliner, kerajinan, dan lainnya.
Berikut ini Travelplusindonesia mencatat sekurangnya 12 lokasi wisata dan objek budaya di Kabupaten Buton yang menarik untuk dijadikan lokasi syuting film maupun menjadi bagian dari cerita film.
Pertama, Desa Wisata Wabula Desa ini terletak terletak sekitar 28 Km dari Pasarwajo. Untuk mencapai desa ini bisa melalui laut dengan kapal nelayan maupun jalur darat dengan angkutan pedesaan yang biasa disebut pete-pete dari Pasarwajo. Lama tempuh dari Pasawajo sekitar dua jam. Desa ini juga sudah dialiri listrik, walaupun untuk sinyal telepon genggam terbilang masih susah.
Keduabelas, Benteng Keraton Buton. Sebenarnya lokasi benteng ini berada di Kota Baubau. Namun karena obyek wisata sejarah ini menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Buton, tak heran kalau semua daerah/kabupaten di Buton pun “menjual” benteng ini untuk keperluan promosi wisatanya.
Buktinya Pemkab Buton baru-baru ini mengikuti pameran industri perfilman FILMARES 2014 di Jakarta International (JI) Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat dengan tujuan untuk memperkenalkan segala potensi wisata dan budayanya yang menarik untuk dijadikan sebagai lokasi syuting sekaligus bagian dari cerita film.
Kabupaten beribukota Pasarwajo ini memang mulai naik daun. Gaungnya sebagai destinasi wisata baru mulai terdengar. Ini buah jerih payah Pemkabnya yang mulai gencar berpromosi setahun belakangan ini, baik lewat press tour, membuat dua film, menggelar festival budaya tua, menampilkan kesenian, dan mengikuti pameran wisata dan lainnya di Jakarta.
Sebelumnya, Buton hanya dikenal sebagai penghasil aspal alam yang terbesar di dunia. Kandungan aspalnya tersebar di 43.000 hektar dengan cadangan yang tidak akan habis selama 300 tahun.
Namun Pemkabnya tidak mau terus-menerus terbuai dengan hasil tambangnya yang melimpah itu. Mereka menyadari, salah satu kabupaten di Pulau Buton ini pun menyimpan sejuta pesona wisata dan budaya yang tak kalah memukaunya dari Bali dan Jogja yang bila dikelola, dikemas dan dipasarkan dengan baik akan mendatangkan pendapatan hingga meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Kabupaten seluas 2.488.71 Km dengan 21 kecamatan dan 243 desa dan kelurahan di dalamnya ini, bukan hanya mengoleksi pantai-pantai cantik berpasir putih dan keindahan bawah laut dengan aneka terumbu karang dan ikan hiasnya, pun warisan budaya leluhurnya yang masih lestari, situs-situs sejarahnya, hutan aslinya, air terjun, kuliner, kerajinan, dan lainnya.
Berikut ini Travelplusindonesia mencatat sekurangnya 12 lokasi wisata dan objek budaya di Kabupaten Buton yang menarik untuk dijadikan lokasi syuting film maupun menjadi bagian dari cerita film.
Setiap tahunnya, Desa Wabula memiliki acara tahunan berupa pesta adat Pedaono Kuri. Ritual tersebut biasanya diisi dengan pembacaan doa, makan bersama di sebuah galampa atau tempat pertemuan yang menjadi pusat penyelenggaraan upacara di tepi pantai.
Para tetua duduk berjejer mengelilingi galampa. Mereka mengenakan Tenun Buton warna-warni bermotif sederhana berupa kotak-kotak. Tengahnya dibiarkan kosong. Sementara di sisi belakang para pemusik sudah siap dengan alat musik yang serupa dengan gong bernama tawa-tawa dan gendang.
Dulang-dulang dikeluarkan. Usai pembacaan doa, tudung dulang pun dibuka. Di balik tudung, kuri menjadi primadonanya. Kuri seperti ubi kayu, diolah salah satunya menjadi epu-epu. Kuri diparut dan dikeringkan, lalu ditumbuk dan disiram air dan diberi parutan kelapa dan gula merah.
Selain epu-epu, di dulang juga terdapat kue bolu, wajik, dan cucur. Kue-kue manis ini mengelilingi nasi yang diletakkan di tengah dulang. Ada pula lauk seperti telur dan buah. Porsinya lumayan besar, dengan nasi yang dibuat kerucut seperti tumpeng dengan aneka lauk yang berlimpah.
Setelah makan bersama dilanjutkan pertunjukan kesenian berupa Tari Linda yang menggambarkan asal mulanya terciptanya manusia, Tari Mangaru, dan Tari Ponare atau tari perang sebagai puncak acara.
Semua rangkaian upacara itu sebagai simbol rasa syukur hasil panen kuri, yaitu sejenis ubi yang merupakan makanan khas Wabula. Salah satu ritual adat budaya tua Buton ini diadakan setiap bulan tujuh kalender masehi, tepatnya selesai panen.
Wabula juga dianugerahi panorama bawah laut menawan berupa terumbu karang dengan guanya yang membedakan dengan spot-spot diving di perairan Buton lainnya.
Di desa ini juga terdapat sentra perajin tenun Buton. Umumnya penenunnya kaum perempuan. Tenun buton di desa ini memiliki dua corak sederhana. Corak berupa garis lurus untuk perempuan sedangkan kotak-kotak untuk laki-laki. Biasanya tenun buton dijadikan sarung, selendang dan lainnya.
Kedua, Pantai Katembe. Pantai ini berada di Kecamatan Lakudo. Daya tarik pantai ini memiliki banyaka batu karang yang menjorok ke laut. Tak heran banyak yang bilangmirip dengan Tanah Lot, Bali. Kelebihan lainnya memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 1,4 Km dengan bentangan pantai berasir putih sepanjang 3 Km.
Lokasinya bisa dijanglkau lewat laut menggunakan ketinting, perahu lokal maupuan kapal feri milik ASDP dari Kota Baubau ke Pelabuhan Wamengkoli dan dilanjutkan perjalanan darat ke Pantai Katembe, sekitar kurang lebih 30 menit. Alternatif lain, kita dapat menggunakan speedboat dari dermaga Kota Baubau selama kurang lebih 15 menit.
Selain Katembe, masih ada pantai berpasir putih lainnya antara lain Pantai Koguna di Desa Mopabu, Kecamatan Lasalimu Selatan. Pesisir pantainya dirindangi deretan pohon pinus dan sekitar 50 meter dari pesisirnya terdapat danau Udang merah. Ditambah lagi ada batu berbelah berbentuk tebing yang dasarnya dialiri sungai dari mata air di dalam goa-goa tebingnya.
Ketiga, Pulau Liwutongkidi. Sebuah pulau kecil yang terletak di Kecamatan Siompu dan Kadatua ini memiliki pemandangan yang memesona dengan hamparan pasir putihnya yang menawan, mengelilingi seluruh pulau.
Pulau seluas kurang lebih 1.000 meter persegi ini juga menyimpan kekayaan bawah laut dengan panorama menakjubkan. Keanekaragaman terumbu karang dan biota lautnya menjadi surga bagi wisatawan yang gemar menyelam (diving). Keistimewaan lainya, pulau ini kalau dilihat dari udara berbentuk seperti cincin bergandeng dua.
Pulau Liwutongkidi merupakan salah satu kawasan pengembangan wisata bahari terpadu Basilika yang terdiri atas Pulau Batauga, Siompu, Liwutongkidi, dan Kadatua. Dengan keanekaragaman biota laut dan keindahan karang serta atolnya, Basilika menjadi pesaing utama Kepulauan Wakatobi.
Tak sulit menjangkau pulau mungil indah ini. Kita dapat menggunakan speed boat selama kurang lebih 15 menit dari Pelabuhan Kota Baubau.
Keempat, Perkampungan Orang Bajo. Di kabupaten Buton setidaknya ada 6 perkampungan orang Bajo yang tersebar di beberpa kecamatan seperti Wabula, Siotapina, Mawasangkan, dan Lasalimu Selatan. Salah satu Kampung Bajo yang menarik dikunjungi ada di Desa Lawele. Keunikan kampung ini dijangkau dengan menyusuri suangi dengan perahu bermesin tempel.
Kelima, Goa Langalu. Goa berstalaktit dan berstalakmit menawan in terletak di Desa Umalange, Kecamatan Lasalimu Selatan. Keunikan goa ini memeiliki pintu utama (mulut goa) dan 7 pintu kecil atau celah yang dapat dilewati setelah memasuki pintu utama. Salah satu celahnya langsung menorah ke dalam tanah. Di ujung goa ini terdapat kolam berair jernih.
Keenam, Hutan Lindung Lambusango dan Air Terjun Kakenauwe. Hutan hujan tropis seluas 27.000 hektar ini menjadi rumah bagi spesies endemik seperti anoa, macaque, tarsius, kuskus, dan 146 spesies burung yang 40 persennya endemik khas Sulawesi.
Di dalam hutan ini tersimpan Air Terjun Kakenauwe yang menawan. Hutan konservasi ini berada di Kecamatan Kapontori, Lasalimu, dan Kecamatan Pasarwajo.
Wisatawan dan peneliti baik dalam maupun mancanegara biasanya bermalam di kawasan hutan dengan menempati Labundo-bundo atau penginapan sementara yang didirikan pengelola hutan setempat.
Hutan ini berjarak sekitar 30 Km dari Kota Baubau. Cara mencapainya lewat daray dengan menyewa mobil travel sekitar 1 jam atau dengan speedboat di Pelabuhan Kota Baubau selama sekitar 2 jam.
Ketujuh, Budaya Tua Buton Pedole-dole dan Pekakande-kandea. Tradisi Pedole-dole dikenal juga imunisasi lokal khas masyarakat Buton. Bayi yang telah didole-dole akan terhindar dari berbagai macam penyakit. Prosesinya sang anak diletakan di atas nyiru beralaskan daun pisang yang diberi minyak kelapa. Selanjutnya anak tersebut digulingkan di atasnya sehingga seluruh badan anak tersebut berminyak. Acara ini biasanya dilaksanakan pada bulan Rajab, Sya'ban, dan setelah Lebaran.
Pekande-kandea merupakan upacara ucap syukur atas anugrah dari yang Maha Kuasa. Dalam pelaksanaannya, masyarakat menyiapkan talam yang berisi makanan tradisional.keunikan dalam tradisis ini, sejumlah gadis remaja dengan menggunakan busana tradisional Buton membawa masing-amgsing talam lalu duduk menghadap talam. Selanjutnya mereka menunggu dua orang pelaksana mengucapkan wore sebagai tanda acara telah dimulai.
Tradisi ini konon juga sekaligus menjadi wadah perkenalan gadis dan jejaka. Tak jarang yang akhirnya menjadi sepasang kekasih bahkan akhirnya menikah.
Kedelapan, Tari Kemero Maynawa. Tari ini bisanya ditampilkan untuk menyambut tamu dengan penuh gembira. Tarian yang ditarikan muda-mudi ini semula ditampilkan sebagai ungkapan kegembiraan atas panen yang melimpah,
Kesembilan, Pabrik Aspal RMA dan Pelabuhan Aspal Nambo. Pabrik ini terdapat di Kabungka, Kecamatan Pasarwajo. Pabrik ini mengolah aspal alam atau Asbuton (asal Buton) menjadi aspal siap pakai yang disebut Ready Mix Aspal (RMA). Sedangkan Pelabuhan Aspal Nambo merupakan pelabuhan ekspor barang tambang terutama aspal di Desa Nambo, Kecamatan Laslimu. Pelabuhan ini dapat disandari kapal berbobot 50.000 ton karena pelabuhan ini memiliki surut terendah sekitar 38 meter.
Kesepuluh, Gunung Siontapina. Gunung tertinggi di Pulau Buton ini di puncaknya terdapat benteng yang merupakan peninggalan Sultan Oputa Yikoo ketika dirinya memerintah di zamannya. Setiap tahun warga di kaki gunung ini melakukan ritual adat, berjalan kaki mendaki gunung ini hingga ke atapnya. Tujuannya untuk menjaga semua situs budaya yang ada di benteng tersebut. Ritual ini pun pernah didokumenterkan menjadi film dokumenter berjudul Festival Gunung Siontapina.
Di puncak Siontapina sudah ditetapkan sebagai kawasan hutan adat yang disebut Kaombo. Tujuannya agara hutanya tetap lestari. Bagi pelaku pengruysakan, penebangan pohon di hutan ini akan dikenai sanksi berupa denda atau menanam kembali pohon yang ditebangnya dengan beberpa pohon yg lain.
Di puncak Siontapina sudah ditetapkan sebagai kawasan hutan adat yang disebut Kaombo. Tujuannya agara hutanya tetap lestari. Bagi pelaku pengruysakan, penebangan pohon di hutan ini akan dikenai sanksi berupa denda atau menanam kembali pohon yang ditebangnya dengan beberpa pohon yg lain.
Kesebelas, Parende, Kasoami, dan Hugu-hugu. Ini tiga nama kuliner khas masyarakat Buton yang wajib dicicipi saat bertandang ke Kabupaten Buton. Parende adalah sop ikan khas Buton, biasanya disantap dengan Kasoami dan Hugu-hugu yang terbuat dari singkong. Bisa juga di makan dengan masakan tanpa kuah atau panda, berupa ikan asin dan ikan bakar. Biasanya masyarakat buton menyantap keempat jenis makanan ini sambil kumpul-kumpul di tepi pantai dibarengi minum teh.
Keduabelas, Benteng Keraton Buton. Sebenarnya lokasi benteng ini berada di Kota Baubau. Namun karena obyek wisata sejarah ini menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Buton, tak heran kalau semua daerah/kabupaten di Buton pun “menjual” benteng ini untuk keperluan promosi wisatanya.
Benteng Keraton Buton merupakan benteng terluas di dunia setelah Tembok Besar Cina dengan luas sekitar 23,375 hektar.
Posisi benteng ini mengitari satu perbukitan. Di dalam kompleks benteng ini tersimpan prasasti bertuliskan silsilah raja-raja Kerajaan Buton, Masjid Keraton yang unik hingga Batu Kramat dengan kolam kecil yang tidak pernah kering.
Saat Pemkab Buton mengikuti pameran industri perfilman FILMARES 2014 di Jakarta, sejumlah produser dan sutradara film tertarik dengan benteng satu ini, salah satunya sutradara video klip dan film Richard Buntario. Dia mengaku tidak tahu dan tidak percaya ada benteng besar di Buton. Richard berencana survey ke Buton untuk membuktikan kebenaran keberadaan benteng ini dan jika cocok dia akan mengambil gambar untuk keperluan syuting film kelak.
Genre Film
Melihat potensi Desa Wisata Wabula, rasanya desa ini cocok kalau dijadikan sebagai lokasi pembuatan film drama percintaan berbumbu budaya setempat. Sementara Pantai Katembe, Koguna, Pulau-pulau Basilika, Goa Lagalu, Hutan Lambusango, Air Terjun Kakenauwe dan Gunung Siontapina cocok untuk lokasi film drama petualangan dengan extreme sports seperti diving, canoeing, free falling, tracking, dan lainnya ataupun untuk film mengenai penelitian hutan yang dibumbui budaya dan kehidupan sosial setempat.
Kalau untuk film sejarah kolosal yang dikemas dengan percintaan era sekarang, cocoknya mengambil lokasi syuting di Benteng Keraton Buton, Pabrik Aspal, Pelabuhan Aspal, Perkampungan Orang Bajo, dan beberapa pantainya.
Kabupaten Buton mudah dijangkau dari laut maupun udara. Lewat udara dengan pesawat wings air atau garuda dari Bandara Internasional Hasanuddin, Makassar, Sulsel ke Bandara di Kota Baubau lalu dilanjutkan dengan kendaraan umum pete-pete ataupun mobil travel ke Pasarwajo, Desa Wabula, dan objek-objek lainnya.
Pilihan lain dengan kapal Pelni dari Kendari ataupun Makassar. Perjalanan laut dari Kendari biasanya akan menghabiskan waktu tempuh lebih kurangr 5 jam, sementara dari Makassar waktu perjalanannya sekitar 13 jam.
Naskah: adji kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: adji k & dok. kabbuton
Captions:
1. Wisatawan menjelajahi Hutan Lambusango.
2. Sajian tari perang di Desa Wisata Wabula.
3. Pesona Pulau Liwutongkidi.
4. Pohon dan bangunan di dalam Benteng Keraton Buton.
0 komentar:
Posting Komentar