Mengangkat Derajat Situs Megalitik Gunung Padang
Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang sempat menghebohkan karena diduga umurnya setua piramida di Mesir, sampai kini belum banyak mendatangkan wisman sebagai objek wisata purbakala yang potensial.
Untuk menaikkan derajatnya agar lebih berkelas dan terkenal, pemerintah berencana menjadikan situ megalitik ini menjadi destinasi pariwisata internasional dengan nama destinasi Piramida Gunung Padang.
Arief yakin Gunung Padang jika dikelola dengan baik bisa terkenal seperti Piramida Giza di Mesir yang sudah lebih dulu menjadi landmark sekaligus situs sejarah yang namanya sudah mendunia. Dengan menjadi objek wisata, lanjutnya bisa membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya. Namun tradisi luhur yang ada di sekitar gunung ini harus tetap dijaga.
Sebagai langkah awal menjadikan Gunung Padang sebagai objek wisata internasional, Arief mengatakan akan mempromosikannya di dalam Great Jakarta. Sebelum ditetapkan sebagai objek wisata internasional nanti, Arief Yahya akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Pemda setempat. "Saya ke sini izin dulu dengan Mendik Anies Baswedan. Sebelum ditetapkan jadi destinasi pariwisata internasional, saya izin dulu dengan beliau," ungkapnya.
Saat blusukan ke Gunung Padang, Arief sempat membandingkan gunung tersebut dengan Candi Borobudur. Menurutnya ketika zaman Belanda, kondisi Candi Borobudur sama seperti Gunung Padang sekarang yaitu menjadi situs arkeologi dalam upaya untuk merestorasinya.”Sewaktu selesai direstorasi, situs arkeologi Candi Borobudur bisa seutuhnya menjadi objek wisata,” terangnya.
Dalam kunjungan ke Gunung Padang kali ini, Arief Yahya didampingi Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedy Mizwar. Di sana Arief menanam 7 pohon di sela-sela pendakian menuju situs megalitik tersebut. Menurut Arief penanaman 7 pohon sebagai simbol sapta pesona yaitu, aman, tertib, nyaman, bersih, indah, ramah dan kenangan.
Luasnya Lebihi Candi Borobudur
Gunung Padang berada di Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Situs megalitik ini bisa dicapai dengan naik kereta api (KA) Siliwangi dengan rute Cianjur – Sukabumi yang antara lain berhenti di Lampegan, stasiun terdekat dengan gunung tersebut.
Jadwal pemberangkatan kereta ini ada empat kali perjalanan dalam sehari, baik dari Stasiun Cianjur maupun Sukabumi. Pemberangkatan dari Cianjur pukul 07.00 WIB, 12.20 WIB, 17.40 WIB, dan pukul 22.35 WIB. Sedangkan dari Sukabumi pukul 04.30 WIB, 09.25 WIB, 15.00 WIB, serta 20.00 WIB.
Jadwal tersebut disesuaikan dengan keberangkatan KA Pangrango rute Bogor-Sukabumi. Jadi kalau Anda berniat melanjutkan perjalanan dari KA Pangrango dari Stasiun Sukabumi, masih tersedia waktu 15 menit.
Kalau Anda datang dari Jakarta, ingin naik kereta ke Gunung Padang, bisa naik kereta commuter line menuju Bogor. Lalu, menyambung dengan KA Pangrango, dan berganti KA Siliwangi dari Stasiun Sukabumi. Tiketnya Rp 35 ribu untuk kelas I dan Rp 20 ribu untuk kelas ekonomi AC. Turun di Stasiun Lampegan, lalu disambung naik ojek sepeda motor.
Selepas Stasiun Lampegan menuju Gunung Padang, akan disuguhi hamparan perkebunan teh dengan udara sejuk dan kadang berkabut.
Areal situs purbakala ini luas aslinya diperkirakan sepuluh kali lebih daripada luas Candi Borobudur. Untuk mencapai sisa-sisa bangunan yang diperkirakan peninggalan jaman pra sejarah ini, pengunjung terlebih dulu harus mendaki bukit kecil di setapak berundak.
Menurut kuncen atau juru kunci Gunung Padang, Abah Dadi, bangunan yang kini disebut Situs Gunung Padang itu, dulunya menjadi pusat peribadatan orang Sunda yang ketika itu masih berkepercayaan Sunda Wiwitan. “Fungsinya dulu ya seperti tempat peribadatan umat beragama yang ada sekarang, ya seperti masjid, gereja, dan lainnya. Ada juga yang menyebut semacam pramida yang ada di Mesir,” terangnya.
Kata Abah Dadi gunung ini menjadi poros atau tengah-tengahnya Jawa Barat. “Padang itu berasal dari kata Sunda yang artinya pemandangan, ujarnya.
Lambat laut seiring perubahan jaman, fungsi bangunan pra sejarah di Gunung Padang telah berubah fungsi menjadi lokasi berziarah dan tempat bermesraan.
Buktinya sewaktu penulis ke sana kali pertama tahun 2011 bersama Kembara Tropis, ada tulisan; ”Dilarang! Berpacaran di Lokasi Situs, Karena ini Tempat Sakral”, yang terpasang di batang pohon besar yang tumbuh di area situs purbakala ini.
Naskah & foto: Adji Tropis , IG @adjitropis
Captions:
1. Hamparan balok batu Situs Magelitik Gunung Padang. Cianjur, Jabar
0 komentar:
Posting Komentar