Gelar Tari Nusantara 2013 Memesona SBY
Gelar Tari Nusantara (GTN) yang menyemarakkan penutupan Sail Komodo 2013 di Pantai Pede, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Sabtu (14/9/2013), berhasil memesona orang nomor satu di negari ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ibu Negara Ani Yudhoyono dan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti pun terlihat menikmatinya sambil beberapa kali memotret para penari GTN yang menyuguhkan aneka tarian tradisional Manggarai dan opera bercerita legenda lokal.
GTN kedua yang bertajuk “Gebyar Pesona Songke” (songke bahasa Manggarai yang berarti songket) ini merupakan hasil kerjasama antara Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Direktorat Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (disbudpar) Kabupaten Manggarai Barat.
Penata artistik Gebyar Pesona Songke dalam GTN 2013, Sulistyo Tirtokusumo, mengatakan GTN merupakan program pemerintah yang bertujuan memberi ruang kreativitas bagi para penari yang berbasis tradisional Nusantara. “Tentunya sekaligus untuk melestarikan tarian tradisional itu sendiri,” jelas Sulistyo yang juga mantan Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilaman, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud yang telah pensiun.
Sulistyo menjelaskan ada 359 penari yang terlibat dalam GTN kali ini ditambah 50 musisi yang mengiringinya. Jadi totalnya 409 orang. “Dari 359 penari, terdiri atas 350 penari lokal yang masih berstatus pelajar SMP dan SMA, sisanya 9 orang dari Jember Fashion Carnaval,” terangnya.
Tarian yang disuguhkan dalam Gebyar Pesona Songke, bukan sekadar menjadikan songke yang merupakan kain tenun adat khas Manggarai sebagai aksesoris utama para penari, pun sebagai rohnya tarian itu. Tarian ini benar-benar memperlihatkan keistimewaan dan kekhasan kerajinan tangan tekstil khas Manggarai ini kepada khalayak. Seluruh penarinya mengenakan pakaian putih dan lipa songke (sarung tenun) berwarna hitam serta selendang songke.
Tarian yang dibawakan secara kolosal ini menggambarkan beragam aktivitas kaum perempuan Manggarai dalam berbagai formasi terutama menenun secara tradisional hingga menghasilkan karya seni berupa kain tenun songket dan selendang yang bernilai seni tinggi. Layaknya menenun secara tradisional, tariannya menggambarkan seluruh proses menenun mulai dari pemintalan benang, pewarnaan, pengaitan benang-benang pada kayu dan pasak, sikap duduk saat menenun hingga gerak tubuh saat menenun itu sendiri, hingga memperoleh hasil karya tenunan.
Tarian Tiba Meka
Persembahan berikutnya tarian Tiba Meka atau tarian jemput tamu, yakni tarian ucapan selamat datang sekaligus penyambutan tamu dengan menunjukkan ekspresi kegembiraan, rasa hormat, dan persahabatan.
Tarian ini biasanya dipertunjukan pada upacara resmi untuk menyambut tamu penting.
Tarian ini memperlihatkan keramahan, ketulusan hati, dan sikap santun masyarakat Manggarai dalam menyambut tamu.
Sejak dahulu masyarakat Manggarai memang dikenal sangat ramah dan terbuka terhadap orang luar dan para pendatang. Wujud keterbukaan itu terlihat dari beraneka ragam suku, ras, dan agama dari masyarakat yang menetap di Manggarai sampai saat ini.
Tarian ini biasanya ditarikan oleh beberapa enu molas (putri cantik). Mereka mengantarkan siri yang berada dalam lopa (tempat menyimpan siri) kepada tamu yang datang. Dalam kesempatan kali ini tamu yang menerima siri itu adalah Presiden SBY dan sejumlah tamu kehormatan lain.
Pada GTN kali ini, penari tarian Tiba Meka dibawakan oleh 50 orang penari, terdiri atas 40 penari perempuan dan 10 penari laki-laki. Penari perempuan mengenakan bali belo atau mahkota adat Manggarai, selendang songke, anting-anting berwarna emas, mbero (baju perempuan, ada yang berwarna hijau, kuning, dan merah), slepe (ikat pinggang), dan lipa songke.
Penari prianya mengenakan destar (ikat kepala tenun), tubirapa (hiasan pelindung leher), dan selendang songke, lipa songke, sekok bakok (celana putih), dan ndeki (semacam alat pelindung bagian belakang).
“Penari laki-laki disini hanya berperan sebagai penjaga para penari perempuan. Yang dominan di tarian ini justru para penari perempuannya,” kata Karel salah seorang penari laki-laki yang masih berstatus siswa kelas 2 SMKN Labuan Bajo.
Tarian ini dibagi menjadi beberapa bagian yang semuanya mengandung ungkapan ragam khasanah budaya Manggarai mulai dari sejarah Manggarai yang menjelaskan bahwa kedatangan perahu-perahu Pinisi dilakukan oleh para saudagar Bugis, lalu ada formasi corak songke yang bermakna pelestarian kain adat, formasi lodog yang bermakna sistem pembagian tanah adat, dan formasi bali elo yang merupakan simbol mahkota bagi wanita.
Tarian dimulai dengan instrumen musik sebagai intro, kemudian 10 penari laki-laki masuk ke arena membentuk formasi penjaga, disusul penari 10 penari perempuan yang membentuk formasi lodog dengan selendang songke berwarna merah. Dilanjutkan dengan 10 penari perempuan yang memawakan formasi bali belo.
Menyusul kemudian 10 perempuan membentuk corak songke sengan selendang songke warna hijau. Tarian berdurasi 4 menit ini ditutup dengan kehadiran 10 penari perempuan yang membawa lopa berisi siri lalu membagikan siri itu ke tamu kehormatan.
Siri yang diberikan kepada tamu melambangkan kesamaan dan kesetaraan sebagai sesama penghuni satu bumi yang sama. Ungkapan penghargaan terhadap tamu ini memberi makna bahwa tamu bukanlah orang lain melainkan sebagai sesama manusia yang berasal dari de mori jari agu dedek tana wa awang eta (Tuhan Yang maha esa).
Icha, salah seorang penari Tarian Tiba Meka yang berstatus siswi kelas 2 SMA 1 Komodo, Labuan Bajo mengatakan proses latiah tarian ini selama lebih kurang 2 bulan dari awal Agustus dengan lokasi latihannya di kantor Bupati Manggarai. “Beberapa kali Pak Sulistyo memantau kami saat berlatih,” jelasnya.
GTN tahun ini ditutup dengan Parade Seni Flobamora dan Opera Komodo 2013 yang dipersembahkan oleh Pemprov NTT. Opera ini menggambarkan proses kelahiran Komodo dan ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang telah diberikan.
Plt. Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbud Gendro Nurhadi menambahkan bahwa penyelenggaraan kegiatan ini merupakan wujud dari upaya memajukan kebudayaan nasional.
Untuk melaksanakan GTN 2013 ini Kemdikbud menganggarkan dana sebesar Rp.4.117.768.000,00 melalui DIPA Satuan Kerja Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman tahun 2013. Dana tersebut, digunakan untuk latihan, gladi bersih, pergelaran, dan pelayanan lainnya.
Naskah: Adji Kurniawan
Foto: Wiendu Nuryanti & Adji Kurniawan
Naskah: Adji Kurniawan
Foto: Wiendu Nuryanti & Adji Kurniawan
0 komentar:
Posting Komentar