Tujuh Faktor Kenapa Mendaki Gunung Tetap Digandrungi
Kendati muncul beragam kegiatan olahraga di alam bebas (outdoor sport activity) lain seperti rock climbing, rafting, caving, surfing, paragliding, canoeing, offroading, mountain biking, motor crossing, motor touring, dan lainnya. Tak bisa dipungkiri mountain hiking atau mendaki gunung yang dulu pernah booming, masih menjadi kegiatan luar ruangan yang paling digandrungi muda-mudi sampai kini. Tentu para peminatnya sekarang menikmatinya dengan cara dan rasa yang berbeda dibanding era dulu.
Berdasarkan pengamatan penulis yang sampai kini masih aktif menulis, mendaki, dan mengamati kegiatan ini, sekurangnya ada tujuh (7) faktor mengapa mendaki gunung tetap dan bahkan makin diminati muda-mudi Indonesia.
Pertama, tersedia ratusan gunung di negeri ini dengan beragam bentuk, kelebihan, dan kekhasannya. Ada gunung yang berbentuk kerucut dan pegunungan, ada gunung aktif dan mati, gunung populer dan kurang tersohor, gunung berpanorma indah di puncaknya atau terbuka dan tertutup, gunung berhutan lebat dan gundul, gunung bermedan sulit, sedang, dan mudah, serta ada gunung berketinggian di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), di atas 1.000, di atas 2.000 bahkan di atas 3000-an mdpl, dan lainnya.
Kedua, semakin mudah mendapatkan peralatan dan perlengkapan mendaki. Perlengkapan dan peralatannya pun semakin ke sini semakin beragam, berkualitas, dan lebih fashionable mulai dari pakaian, sepatu, ransel, peralatan masak, tenda, dan lainnya. Terlebih didukung dengan ketersediaan outdoor equipment shop yang semakin merata di kota-kota besar lain selain di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, Makassar, Medan, dan lainnya.
Ditambah dengan adanya toko perlengkapan outdoor online yang menjual aneka produk peralatan dan perlengkapan mendaki gunung secara online. Biasanya toko online ini juga mempromosikan produknya lewat jejaring sosial.
Ketiga, semakin banyak operator atau komunitas yang membuat kegiatan pendakian bersama atau pendakian massal (penmas). Pendakian bersama ini sangat membantu pendaki terlebih pemula yang sebelumnya tidak pernah mengikuti kegiatan kepecintaalaman di sekolah atau di kampus.
Biasanya para operator atau komunitas ini menjual dan mempromosikan paket kegiatannya ini secara online lewat jejaring sosial dan grup/komunitas terkait.
Keempat, adanya jejaring sosial terutama FB, blog, dan situs yang intens mengupas kegiatan ini. Contohnya www.travelplusindonesia.blogspot.com, dan lainnya yang mempermudah orang terlebih peminat kegiatan ini mendapatkan informasi tentang gunung berikut panduan dan tips-tips melakukan pendakian selain mengenal pendaki, komunitas pendaki bahkan membuat komunitas baru lalu mengadakan pendakian bersama.
Keberadaan jejaring sosial ini juga membuat orang berlomba-lomba ingin narsis, dalam artian positif yakni mengekspos kegiatan pendakian yang tengah dan telah dilakukan, meskipun cuma berupa foto-foto narsis di perjalanan ataupun di puncaknya.
Kelima, makin beragam dan kreatif kemasan pendakian. Ada yang membuat pendakian santai tanpa misi apa-apa atau sekadar senang-senang saja, biasa juga disebut fun hiking. Biasanya dilakukan di gunung-gunung yang tak terlalu sulit dalam waktu yang tak tidak terlalu lama.
Ada yang adventuring hiking atau pendakian yang berbumbu petualangan seperti ekspedisi membuka jalur dan lainnya. Biasanya dilakukan di gunung-gunung tinggi dan sulit atau yang jarang didaki. Ada yang menggelar moment hiking atau pendakian yang dilakukan untuk memperingati hari sesuatu, seperti hari kemerdekaan RI, lingkungan, bumi, Kartini, hari pahlawan dan lainnya.
Ada yang menggelar pendakian massal (penmas) yang belakangan ini digandrungi pemula, dan ada juga yang small group (kelompok kecil) bahkan solo hiking atau pendakian seorang diri. Yang terakhir ini biasanya dilakukan oleh pendaki yang tidak menyukai mendaki gunung secara rombongan dan biasanya pelakunya sudah sarat pengalaman selain jiwa berpetualang yang di atas rata-rata.
Ada juga yang mengemasnya dalam kemasan education hiking atau pendakian gunung yang di dalamnya memasukkan unsur pendidikan atau pengetahuan khusus seperti sambil belajar dan memperdalam fotografi, penelitian, pendataan, pengamatan flora/fauna, dan lainnya.
Dan terakhir ini mulai muncul plus hiking atau pendakian tak biasa atau pendakian bernilai lebih yakni pendakian yang disertai beragam kegiatan bakti sosial, penyuluhan, dan lainnya yang berguna buat orang lain terutama masyarakat di sekitarnya. (Untuk detilnya, baca tulisan: Memberi Nilai LEBIH Pendakian).
Keenam, keinginan bersosialisasi dengan sesama pendaki. Sosialisasi ini dalam artian mencari teman sependakian, sahabat bahkan pacar alias jodoh buat mereka yang masih berstatus single. Ini terbukti setiap pendakian massal digelar, dipastikan banyak peminatnya. Apalagi peserta kegiatan penmas, biasanya mencapai puluhan orang, berkisar antara 10 s/d 50 orang bahkan ada yang lebih.
Selain alasan biaya penmas lebih murah dibanding melakukan pendakian solo ataupun small group, pun lantaran ingin bersosialisasi lebih banyak lagi. Alhasil pertemanan, persahabatan pun kemudian kerap terjalin bahkan tak sedikit ada yang sampai mendapatkan pacar dan berjodoh hingga menikah.
Ketujuh, masih eksisnya pendaki-pendaki senior di kancah dunia petualangan, khususnya pendakian di Tanah Air. Senior di sini, bukan dalam artian senior karena umurnya, melainkan sarat pengalaman dan ilmu pendakian.
Loyalitasnya terhadap kemajuan kegiatan pendakian gunung-gunung di dalam negeri, termasuk unsur pariwisatanya, tak diragukan. Beberapa di antaranya bukan hanya masih aktif melakukan pendakian, pun rajin sharing pengalaman dan pengetahuannya seputar dunia pendakian baik secara lisan lewat obrolan santai, diskusi dan lainnya maupun secara terulis lewat tulisan-tulisan di blog, situs, buku, dan lainnya.
Lewat sharing seperti itulah, secara tidak langsung keeksisan pendaki-pendaki senior ini turut juga membangkitkan semangat muda-mudi untuk melakukan pendakian gunung dengan benar, hingga akhirnya para pemain baru kegiatan alam bebas ini benar-benar memahami makna kegiatan ini dan semakin jatuh cinta dengan gunung.
Keeksisan pendaki-pendaki senior ini pun secara tidak langsung ikut memajukan pariwisata Indonesia, terutama dibidang wisata minat khusus ini. Karenanyalah semakin banyak orang, khususnya kaula muda jadi tertarik mendaki gunung-gunung di Tanah Air tercinta belakangan ini.
Berdasarkan 7 faktor hasil pengamatan penulis di atas, penulis memprediksi kegiatan mendaki gunung di Indonesia bakal terus menggeliat di tahun-tahun berikutnya, sekalipun muncul kegiatan outdoor sport activity baru lainnya.
Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar