Pesona Prau, 1 Atap 12 Gunung
Dulu namanya tak sepopuler Sindoro dan Sumbing. Tingginya pun hanya 2.590 Meter di atas permukaan laut (Mdpl). Tapi pesona dari puncaknya sungguh luar biasa. Dari atapnya, duabelas (12) gunung terlihat jelas, seolah memagari dan menjaganya. Wow spektakuler...
Itulah Gunung Prau yang berada di Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateu). Secara administratif masuk dalam tiga wilayah Kabupaten Kendal, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Batang di Jawa Tengah.
Gunung yang juga disebut Prahu karena bentuknya mirip perahu yang terbalik dari kejauhan ini, merupakan puncak tertinggi dari gunung-gunung yang ada di daerah Pegunungan Dieng.
Selain Prau, di Dataran Tinggi Dieng ada juga sejumlah gunung lainnya seperti Gunung Pakuwaja (2.395 mdpl), Sikunir (2.263 mdpl), Sipandu, Pangamun-amun, dan Gunung Juranggrawahi.
Paling tersohor tentu saja Gunung Prau dan Sikunir, lantaran dari masing-masing puncaknya dapat melihat golden dan silver sunrises.
Pesona golden sunrise dari puncak Gunung Sikunir memang lebih fantastik dibanding dari puncak Gunung Prau. Namun panorama landscape dari puncak Gunung Prau jauh lebih spektakuler dan lengkap.
Puncaknya berupa gundukan-gundukan tanah menyerupai bukit-bukit kecil yang tersebar dari ujung Utara hingga Selatan hingga dinamai Puncak Teletubbies.
Keberadaan bukit-bukit berilalang pendek yang dihiasai bunga liar seperti bunga aster atau ceplikan (dalam bahasa lokal Jawa) dan juga bunga lonte sore membuat gunung ini juga mendapat julukan Gunung Seribu Bukit.
Dari puncaknya ke arah Timur, selain pesona sunrise juga ada 9 gunung yang bersemayam di Jawa Tengah, 5 di antaranya gunung populer yakni Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, dan Unggaran. Sisanya, 4 gunung yang tak populer yakni Kembang, Telomoyo, Tlerep, dan Bukit Batok.
Sedangkan ke arah Barat ada 3 gunung yang nampak, 2 di antaranya gunung yang sangat populer yakni Gunung Slamet dan Gunung Ceremai yang berada paling jauh dan sempat diduga sebagai cerminnya Gunung Slamet. Sisanya Gunung Sikunir serta tentunya pesona sunset-nya.
Ke arah ini juga terlihat jelas keseluruhan Dieng, dari teras-teras perkebunan kentang, kubis, dan bawah prei, rumah-rumah penduduk di sejumlah desa, masjid, dan tentu saja Telaga Warna dan Telaga Pengilon serta hutan yang semakin menyusut luasnya.
Untuk melihat panorama ke arah Barat, terlebih dulu meniti tanjakan ber-savana di kiri-kanannya, yang mirip sekali dengan "Tanjakan Cinta" di Gunung Semeru.
Yang menarik lagi, untuk menikmati 12 gunung dan obyek alam lain dari puncak gunung ini, tak perlu berjam-jam mendakinya. Dan medannya pun tidak terlalu sulit.
Waktu pendakiannya antara 2-4 jam saja melewati 4 pos alami. Jalur pendakiannya dari Petakbanteng, Jalan Dieng Km 24, Desa Kejajar, Wonosobo.
Waktu pendakiannya antara 2-4 jam saja melewati 4 pos alami. Jalur pendakiannya dari Petakbanteng, Jalan Dieng Km 24, Desa Kejajar, Wonosobo.
Namun yang perlu diperhatikan, sebalum menanjak sebaiknya melakukan gerakan pemanasan terlebih dulu, memgingat sejak awal treknya langsung menanjak, antara lain melewati undakan teras berjumlah 117 undakan di kampung terakhir.
Di lanjutkan trek perkebunan yang juga menanjak. Dikhawatirkan kalau tidak pemanasan, fisik kaget dan jantung berdetak kencang.
Di sepanjang jalur pendakiannya hinga puncaknya tidak ada mata air. Sumber air terakhir katanya ada sedikit di bawah Pos 1, namun jarang yang tahu lokasinya. Ada baiknya mengisi air dari Petakbanteng.
Asyiknya lagi untuk menyaksikan sunrise-nya, berangkat jam 12 malam, masih terkejar. Dengan catatan tidak langsung tidur setibanya di puncak. Lokasi nge-camp terbaik, tentu saja di pos 4 atau Puncak Teletubbies-nya.
Kalau tiba di puncak pukul 4 pagi, sebaiknya jangan tidur dulu, nanti kebablasan. Rugi, kalau sampai tak melihat pesona matahari terbit-nya yang menyinari sejumlah gunung, yang semakin lama semakin terlihat jelas kontur-konturnya.
Kalau ingin melihat sunset-nya, berangkat selepas sarapan atau bahkan usai makan siang juga masih kesampaian. Lalu dilanjutkan bermalam di Puncak Teletubbies untuk menunggu sunrise-nya.
Tak sulit menjangkau gunung ini. Kalau Anda dari Jakarta, bisa naik bis ekonomi ataupun AC dari sejumlah terminal yang ada di Jakarta. Dari terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan bisa-nya berangkat jam 6 pagi dan jam 5 sore. Lewat dari itu, bakal ketinggalan. Tiketnya Rp 75.000 per orang untuk Bis AC.Tapi kalau ongkos bis AC dari Terminal Mendol, Wonosobo ke Lebakbulus Rp 80.000 per orang
Sebaiknya dari Jakarta pakai bis yang sore, jadi setibanya di Terminal Mendolo, pagi. Lalu lanjutkan ke kota Wonosobo dengan angkot Rp 2.000 per orang.
Sarapan dulu dengan Mie Ongklok, kudapan khas Wonosobo, lal lanjutkan ke Dieng turun di Balai Desa Patakbanteng Rp 10.000 per orang. Di sini juga ada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) “BERGEMA”, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Masjid Al-Amin.
Setelah packing dan isi air, baru kemudian menanjak mengikuti jalur yang sudah ada. Kalau bingung karena belum tahu, sebaiknya minta pendaki lokal untuk memandu.
Tiga jalur lainnya lewat SMP 2, Kejajar, Dieng Wetan; lalu via Desa Kenjuren, Kendal; dan jalur Pranten di Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.
Tiga jalur lainnya lewat SMP 2, Kejajar, Dieng Wetan; lalu via Desa Kenjuren, Kendal; dan jalur Pranten di Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.
Kalau berencana melihat sunset-nya lalu bermalam dan menunggu kehadiran sunrise-nya, sebaiknya bawa sleeping bag, mengenakan celana panjang dan kaos yang kering dan dilapisi jaket/sweater tebal, penutup kepala, sarung tangan, dan kaos kaki.
Maklum, meski gunungnya tak terlalu tinggi, dinginnya cukup mengigit, lantaran berada di dataran tinggi dan dikelilingi gunung-gunung lainnya.
Turun dari Prau, jangan lupa mampir di Rumah Carica “Murni Alami” milik Ibu Nur Hidayah yang menjual Carica yang dijadikan aneka olahan panganan seperti manisan, dodol, selai, keripik, sirup dan lainnya.
Carica adalah nama lain dari pepaya gunung yang hanya tumbuh di beberapa desa di dataran Tinggi Dieng. Orang menyebutnya juga pepaya Dieng.
Harga untuk tiga manisan Carica ukuran cup plastik kecil harganya Rp 10. 000, kalau yang besar satuannya Rp 5.000. Sedangkan dalam botol kaca Rp 10.000 per botol.
Harga untuk tiga manisan Carica ukuran cup plastik kecil harganya Rp 10. 000, kalau yang besar satuannya Rp 5.000. Sedangkan dalam botol kaca Rp 10.000 per botol.
Rasa manisan Carica, dijamin menyegarkan karena tanpa bahan pengawet. Apalagi kalau Carica dan air manisannya dingin, cocok untuk menghilangkan sedikit dahaga usai menuruni Prau.
Kalau sudah begitu, lengkap sudah pendakian ke gunung mungil, berpanorama super cantik dari puncaknya itu.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Tiga pendaki menikmati pesona dari puncak Gunung Prau.
2. Leluasa berkemah menunggu sunset saat puncak Prau hening.
3. Carica, salah satu oleh-oleh khas Dieng.
0 komentar:
Posting Komentar