Mengakhiri Kegalauan Gunung Semeru Pasca Film 5Cm
Tak terbantahkan sebuah film dapat berpengaruh besar terhadap minat banyak orang untuk bertandang ke obyek yang disorot atau dieksplore dalam film tersebut. Sebuah film juga mampu mengangkat nama tempat lokasi syutingnya hingga terkenal dan kemudian disambangi banyak orang. Tapi sayangnya, selain berdampak positif, tak sedikit akibat dari booming-nya film itu berefek negatif, mengancam keasrian lingkungannya hingga membuahkan kegalauan.
Contohnya film Laskar Pelangi garapan Mira Lesmana dan Riri Reza beberapa tahun lalu, yang amat sukses menjadikan Pulau Belitung terkenal dan diminati wisatawan lokal, Nusantara bahkan mancanegra.
Sampai-sampai setelah film itu, muncul paket wisata Laskar Pelangi yang dibuat lalu dijual sejumlah travel agent. Paket tur itu mengunjungi lokasi-lokasi syuting film yang antara lain dimainkan oleh Cut Mini, termasuk ke lokasi sekolah yang menjadi tempat belajar anak-anak dalam film tersebut.
Sampai kini paket tersebut masih laris dibeli wisatawan. Gara-gara film itu, pariwisata Belitung kontan bersinar, bahkan sampai mendapat julukan baru sebagai Bumi Laskar Pelangi.
Begitu pun dengan film Eat, Pray and Love yang dimainkan Julia Roberts dan Christine Hakim. Lantaran film yang juga ber-setting di Bali itu pula, semakin banyak orang yang tertarik datang ke Pulau Dewata ini untuk berwisata.
Lalu bagaimana dengan film 5Cm yang digarap Rizal Mantovani terhadap pengaruh Gunung Semeru di Jawa Timur yang menjadi lokasi utama pembuatan film ini?
Sama seperti kedua film di atas, film yang tayang akhir tahun 2012 itu ternyata mendapat perhatian besar para pendaki gunung di seluruh Indonesia. Peminat Semeru pun tak urung semakin bertambah pascapenanyangan film ini di sejumlah bioskop.
Terlebih film yang dibintangi Herjunot Ali dan Fedi Nuril ini dibuat berdasarkan novel bertajuk sama karya Donny Dhirgantoro yang juga diminati pembaca novel-novel bergenre drama cinta petualangan.
Sayang, film yang diharapkan mampu menjadi cambuk bagi para masyarakat Indonesia untuk mencintai Tanah Air ini, justru oleh beberapa pihak dinilai telah merusak ekosistem Gunung Semeru. Salah satu kritikan itu datang dari pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Kepala TNBTS Ayu Dewi Utari mengatakan, ada larangan yang dilanggar dalam syuting pembuatan film 5Cm ini. Dalam film ini, kata Ayu digambarkan seakan-akan mendaki Semeru itu, pendakian yang enteng, cuma butuh modal semangat dan nekat. Buktinya dapat dilihat dari ransel yang dikenakan para pemainnya yang ringan.
Semestinya harus tampak penuh dengan logistik dan perlengkapan lain mengingat waktu pendakiannya rata-rata butuh sampai lima hari dengan bekal logistik yang memadai termasuk logistik untuk kondisi darurat.
Kata Ayu lagi, sebenarnya pendakian ke Semeru hanya diperbolehkan sampai Pos Kalimati, tidak sampai ke Puncak Mahameru. Mengingat, aktivitas vulkanik di kawah Jonggring Saloka amat labil dan berbahaya bagi keselamatan pendaki. Pelarangan tersebut, menurutnya sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Kritik lainnya soal adegan pemain menceburkan diri ke dalam Danau Ranu Kumbolo di ujung film ini. Padahal pendaki dilarang mandi dan berenang di danau menawan itu karena dikhawatirkan airnya tercemar.
Akibat adegan-adegan keliru itu, banyak pendaki yang meniru. Misalnya tidak membawa bekal yang cukup dan ikut-ikutan mandi di Ranu Kumbolo, bahkan memakai sabun yang jelas-jelas mencemarkan.
Bukan cuma film ini yang menjadi sorotan. Sebuah acara yang digawangi oleh salah satu brand adventure terkenal di negeri ini juga menuai kritikan. Acara yang bertajuk "pelestarian alam" tersebut mendapat kecaman dari para penggiat alam di Indonesia, karena meninggalkan sampah dimana-mana.
Peraturan Baru
Belajar dari pengalaman-pengalaman pahit tersebut, sepertinya TNBTS tidak mau kecolongan lagi. Dan untuk mengakhiri kegalauannya, akhirnya TNBTS mengeluarkan beberapa peraturan baru yang isinya antara lain; tidak akan mengeluarkan izin untuk kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem kawasan TNBTS dengan dalih apapun, termasuk dalih akan memberi sumbangan ini dan itu untuk masyarakat sekitar.
Kegiatan yang dilarang di TNBTS antara lain rally motor cross atau motor trail, rally/pawai kendaraan roda 4, lomba lintas alam di jalur pendakian Semeru, lomba lintas alam di kawasan Kaldera Tengger (savana & laut pasir) dengan jumlah peserta lomba lebih dari 200 orang. Dan pelarangan pendakian Mahameru dengan jumlah anggota lebih dari 50 orang untuk setiap kelompok penyelenggara kegiatan, karena hanya dianggap akan mengurangi jatah pendaki umum lainnya.
Setelah tanggal 25 Maret 2013 nanti, TNBTS akan menutup pendakian ke Gunung Semeru jika jumlah pendaki dalam satu hari sudah mencapai 300 orang. Jalur pendakiannya akan dibuka kembali, setelah jumlah pendaki yang masih ada di kawasan tidak lebih dari 100 orang.
Jika pada tanggal 25 Maret 2013 nanti, ternyata masih terjadi badai seperti yang terjadi pada saat ini, maka penutupan jalur pendakian ke Gunung Semeru terpaksa diperpanjang hingga ada pengumuman selanjutnya.
Buat pendaki yang ingin bertanya mengenai pengumuman peraturan tersebut dan atau mem-booking jadwal pendakian Gunung Semeru, dapat menghubungi kantor SPTN 2 Tumpang 0341787972 atau kantor Resort Ranupani 08283930822.
Dengan adanya kritikan dan pengumuman peraturan baru ini, diharapkan para penyelenggara/operatuor/komunitas, tidak seenaknya membuat kegiatan yang dapat merusak, mencemarkan di lokasi konservasi ini.
Begitu juga calon pendaki, tidak lagi menggangap remeh pendakian ke Gunung Semeru. Tak lupa, mentaati peraturan yang ada, termasuk tidak ikut-ikutan nyebur, mandi, dan mencuci langsung di danau-danaunya.
Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Iwoe kembara tropis
0 komentar:
Posting Komentar