. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 31 Januari 2025

Turun Gunung Aseupan Lanjut Water Therapy Sambil Berzikir, ah Sempurna


Disela-sela menuruni Gunung Aseupan, meluangkan waktu singgah ke sungainya. Bukan sekadar bersih-bersih dan mandi pun water therapy sambil berzikir. Alhasil, pendakian nyaris berujung sempurna.

Itulah yang saya lakukan dan rasakan bersama Adnin dan Hazul, usai menuruti trek menurun dan licin dari Pos Dua di jalur pendakian (japen) Gunung Aseupan via Desa Sikulan, Kecamatan Jiput yang termasuk wilayah Kabupaten Pandeglang, Banten, baru-baru ini.

Adnin dan Hazul, dua pendaki muda dari Cilegon, sejak dari Pos Tiga yang menjadi camp area para pendaki sebelum summit attack ke puncak Gunung Aseupan, memang turun bareng saya. 

Sehari sebelumnya, baik Adnin dan Hazul sudah "mengancam" bakal mandi di sungai itu kalau turun gunung. Dan akhirnya harapan mereka kesampaian.


Bukan cuma Adnin dan Hazul, saya pun waktu pertama kali bertemu dengan sungai itu dan melintasinya, agak suprise dan langsung jatuh hati dengan daya pikatnya dan "mengancam" pula akan melakukan hal serupa, yakni menikmati pesonanya, bersih-bersih sekaligus mandi plus terapi air.

"Bapak excited banget lihat sungai ini. Keren ya pak," ujar Dewi salah seorang pendaki perempuan dari Kaluna Adventure, ketika melihat saya terkesima dengan suasana sungai itu.

Lain lagi dengan Maspay, suami dari Dewi. Sewaktu menyusuri dan menyeberangi sungai itu dia menilai seperti tengah ekspedisi. "Ini udah kayak ekspedisi pendakian Aseupan aja ya Pak," ujarnya.


Sebab Jatuh Hati
 
Bukan tanpa sebab, kenapa saya jatuh hati dengan sungai yang sumber airnya berasal dari Gunung Aseupan tersebut.

Sekurangnya ada enam penyebabnya. Pertama, airnya sangat jernih, padahal saat melintasinya tengah hujan. Biasanya kalau hujan, air sungai berubah agak keruh kecoklatan. Kejernihan airnya, bisa jadi karena keberadaan hutan di sekitar sumber air sungai itu dan di sepanjang alirannya terjaga dengan baik alias masih lebat.

Kedua, aliran sungai yang berbatu bermacam ukuran itu tidak begitu deras, dengan kata lain masih aman diseberangi sekalipun tengah diguyur hujan. Alasan ketiga, badan sungainya pun tidak terlalu lebar, jadi relatif mudah dan cepat menyeberanginya.

Berikutnya atau alasan keempat, hutan di kiri kanan sungainya masih rimbun oleh berbagai tanaman kecil dan pepohonan besar, hingga menambah keindahan dan keasrian sungai tersebut. 


Alasan kelima, menariknya beberapa bagian dari sungai itu pun merupakan jalur river trekking atau susur sungai sekaligus trek alternatif di japen tersebut. 

Disebut trek alternatif karena dari Pos Satu, pendaki bisa memilih ke arah kanan menuju sungai itu kemudian melakukan river trekking atau memilih arah lurus mengikuti setapak paving block hingga bertemu di pos bayangan.

Terakhir atau alasan keenam, selain airnya bisa diambil untuk diminum dan dimasak serta digunakan untuk bersih-bersih dan mandi, juga dapat dimanfaatkan sebagai terapi. 

Water therapy atau terapi air yang saya maksud di sini bukanlah mengobati penyakit tertentu dengan meminum air sungai tersebut. Melainkan melakukan berbagai aktivitas ringan yang memberi efek menyegarkan dan menyenangkan seperti mandi di bawah pancuran air alaminya, berendam, berjalan kaki di bebatuan, dan atau berenang santai di kolam aliran sungainya sambil tak lupa mengingat-Nya dan memuji-Nya: "Subhanallah, Alhamdulillah, Lailahaillallah, Allahu Akbar".

Lantaran sudah kebelet ingin water therapy sambil berzikir di aliran sungai itu, selepas menuruni trek licin dari pos 2 menuju aliran sungai itu, saya percepat langkah dan tiba lebih dulu di tepiannya. Di sana ternyata sudah ada Rowi dan Rifki, dua pemuda lokal yang sedang bersih-bersih di lintasan river trekking.


Sadar tidak membawa celana pendek, saya memutuskan water therapy di bagian dalam aliran sungai dengan mengenakan "CD", supaya tidak dilihat pendaki lain yang menyeberangi sungai.

Ternyata selain lebih tersembunyi, terhalang bebatuan dan kerimbunan pepohonan di sekitarnya, suasananya pun jauh lebih nyaman dan tenang. Di sana, saya temukan beberapa aliran sungai yang membentuk pancuran alami, semacam air terjun kecil, Masya Allah indahnya dan cocok sekali buat water therapy.

Tak lama kemudian, Adnin dan Hazul menyusul, menuju tempat saya terapi air. Adnin mengenakan celana pendek dan kaos kaki hitam sedangkan Hazul tetap memakai t'shirt dan celana panjangnya yang juga berwarna hitam.

Kami bergiliran melakukan water therapy di pancuran alami sambil menikmati alunan orkestra alam berupa suara gemuruh aliran sungai. Sungguh nikmatnya.


Berada di sana bersama Adnin dan Hazul, saya merasa seperti seorang ayah yang tengah mengajak dua anak bujangnya mandi di sungai alami di tengah belantara Gunung Aseupan😊.

"Wiiih, segeeer.., banget ya pak. Airnya juga nggak dingin-dingin amat. Jadi badan kita nggak sampai menggigil," ujar Adnin.

Diselingi dengan tawa bahagia, tak lupa kami mengabadikan special moment tersebut secara bergantian dengan HP jadul saya.

Pendakian yang Komplit 
"Ini benar-benar pendakian yang komplit ya Pak," ujar Adnin lagi. "Gimana nggak komplit, jarang-jarang lho turun gunung bisa lanjut mandi di sungai yang berair jernih dan alamnya masih asri seperti di sini," balas Hazul dengan mimik senang.

Apa yang diutarakan Adnin dan Hazul memang benar. Komplit di sini artinya pendakian gunung yang dilakukan lebih dari sekadar nanjak lalu turun ke basecamp (BC) awal, namun diselingi dengan aktivitas outdoor lain yang menambah nilai plus pendakian itu, sekaligus membuahkan kenangan tak terlupakan.

Kegiatan alam bebas tambahan itu misalnya turun gunung plus terapi air di sungai seperti di Gunung Aseupan via Desa Sikulan ini dan atau turun gunung lanjut mandi di air terjun antara lain di Gunung Burangrang via Legok Haji; Kawah Ratu Gunung Salak via Ciandong mandi di Curug Ratu, dan di Gunung Raung via Kalibaru mandi di aliran Curug Tirto Kemanten.

Bisa juga turun gunung plus berendam di pemandian air panas, sebagaimana di Gunung Rajabasa via Kalianda di Lampung Selatan dan Gunung Sibayak di Sumatera Utara.


Sewaktu memulai pendakian, saya memilih river trekking melewati aliran sungai itu. Sedangkan pulangnya, setelah bersih-bersih, mandi, dan terapi air di bagian atas sungai itu, tepatnya selepas menuruni Pos 2 saya bersama Adnin, Hazul, Cucu, dan Aef serta Rifki, memilih jalur paving block untuk sampai di Pos Satu, baru kemudian ke basecamp Herman.

Sewaktu saya tanya Rifki, apa nama sungai yang sudah bikin saya jatuh hati itu? Anak muda itu mengaku kurang begitu tahu. Agak aneh juga, padahal dia akamsi alias anak kampung sini. "Coba Rifky tanyain sama Rowi (temannya yang lebih dewasa) ya," pinta saya.

Tak lama kemudian, Rifki memberi jawaban. "Kata Rowi, namanya Sungai Cipurut Pak".

Daya Tarik Lebih
Apapun nama sungai itu, yang jelas bagi saya dan mungkin juga pendaki lain sama-sama menilai keasriannya sudah membuat pendakian Gunung Aseupan via Desa Sikulan punya daya tarik lebih.


Lewat tulisan ini sekaligus saya ingin mengimbau agar semua pihak, termasuk para pendaki untuk menjaga baik-baik keberadaannya, termasuk hutan di sekitar sumber air dan sepanjang aliran sungai itu.

Sewaktu turun menuju BC Herman bareng dengan Reza, Garin, dan pendaki muda lainnya, hati saya sempat berkata: "Nanti kalau mendaki Gunung Aseupan di musim panas, Insya Allah saya bakal menemui sungai itu lagi, bersih-bersih, mandi, dan water therapy sambil berzikir supaya kembali mendapatkan pendakian yang berujung sempurna".

Naskah, foto & video: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id

Captions:
1. Keasrian sungai itu bikin saya jatuh hati.
2. Adnin dan Hazul melakukan water therapy di sungai, disela-sela turun gunung Aseupan.
3. Memulai susur sungai (river trekking) selepas Pos Satu Gunung Aseupan (video).
4. Susur sungai atau river trekking, salah satu kelebihan pendakian Gunung Aseupan via Desa Sikulan.
5. Beberapa aktivitas outdoor di sungai Gunung Aseupan. 
6. Alhamdulillah, bertiga menikmati terapi air sambil berzikir di aliran sungai Gunung Aseupan (video).
7. Berada di sana bersama Adnin dan Hazul, saya merasa seperti ayah tengah mengajak dua anak bujangnya mandi sungai alami.
8. Keberadaan sungainya bikin pingin balik lagi mendaki Gunung Aseupan.

Read more...

Rabu, 29 Januari 2025

Trek Webbing Gunung Aseupan Pacu Andrenalin


Gunung Aseupan juga punya trek webbing sebelum sampai ke puncaknya. Trek webbing di gunung yang berada di Pandeglang, Banten ini memiliki beberapa keistimewaan (baca: kegunaan), salah satunya mampu memacu adrenalin. 

Berdasarkan amatan saya secara langsung usai mendaki Gunung Aseupan via Desa Sikulan, Kecamatan Jiput baru baru ini, sekurangnya ada lima keistimewaan trek webbing yang ada di sana.

Keistimewaan pertama, meskipun ketinggian gunungnya masuk dalam daftar seribuan, tepatnya 1.174 Mdpl (3.852 kaki) tapi jumlah trek webbingnya cukup banyak dan mungkin paling banyak dibanding trek webbing yang ada di beberapa gunung di Jawa.


Jumlah trek webbing di Gunung Aseupan saat ini ada sekitar sepuluh dan sepertinya masih perlu dipasang tali webbing lagi di beberapa titik yang terjal/curam dan bertanah licin. Tujuannya untuk memudahkan pendaki nanjak maupun turun supaya tidak terpeleset dan terjatuh, terlebih bila melakukan pendakian di musim hujan seperti sekarang ini.

Beberapa titik yang perlu diberi webbing  antara lain dua titik setelah melewati Pos Tiga serta dua titik sebelum Pos Dua.

Beberapa trek webbing di Gunung Aseupan, sekilas ada yang mirip dengan trek webbing yang ada di Gunung Salak.


Keistimewaan yang kedua, sebagaimana saya sebut di judul dan lead tulisan ini yakni memacu adrenalin. Dari belasan trek webbing tersebut, ada sekurangnya dua trek webbing yang mampu memacu adrenalin yakni trek webbing di area bekas longsor dan trek webbing terakhir menjelang puncak.

Trek webbing dekat longsoran, selain panjang juga di awalnya sudah menunggu jurang. Sedangkan trek webbing menjelang puncak tingkat kemiringan tebingnya cukup terjal hampir tegak lurus dan dibawahnya juga jurang.

Sewaktu saya summit attack Gunung Aseupan bareng Hazul, pendaki belia asal Cilegon dari Pos Tiga, dia menilai jalur pendakian Gunung Aseupan masih kalah berat/sulit dibanding Gunung Karang (masih di Pandeglang) yang pernah di-dakinya. Namun setelah dia melewati deretan trek webbing tersebut, terlebih dua trek webbing tersulit di Aseupan itu, penilaiannya seketika berubah. 

"Saya ralat pak, kayaknya lebih berat japen Aseupan karena ada trek webbingnya, dibanding japen Gunung Karang," ungkapnya.


Ajang Pemanasan
Keistimewaan trek webbing Gunung Aseupan berikutnya atau yang ketiga, bisa dijadikan sebagai ajang pemanasan buat para pendaki yang ingin menggapai gunung di luar Banten yang lebih tinggi dan sekaligus mempunyai trek webbing yang lebih ekstrem seperti Gunung Salak via Cidahu dan Ajisaka (Jabar), Slamet via Permadi Guci (Jateng), dan Gunung Raung via Kalibaru (Jatim).

Trek webbing di Gunung Aseupan tersebut bisa dimanfaatkan untuk melatih kekuatan fisik dan keberanian mental. Bila mampu melewatinya dengan lancar, paling tidak sudah punya bekal pengalaman untuk mendaki gunung-gunung ber-trek webbing sebagaimana tersebut di atas.

Keistimewaan keempat, keberadaan trek webbing di Aseupan juga bisa menjadi ladang pahala. Kok bisa?


Nah, supaya bisa sekaligus mendulang pahala saat menanjak menggunakan tali webbing memulainya dengan membaca "Basmalah" (Bismillahirrahmanirrahim) dan berzikir dengan mengucap "Allahu Akbar". Begitu pun sewaktu turun, membaca Basmalah lalu berzikir "Subhanallah", diteruskan dengan berucap "Alhamdulilah" bila sudah selesai melewatinya.

Keistimewaan terakhir atau kelima, trek webbing gunung yang berada sekitar 18 Km sebelah barat dari pusat kota Pandeglang ini bisa dijadikan sebagai pengingat diri (self reminder) dan juga buat para pendaki dimanapun untuk tidak menganggap enteng apalagi meremehkan pendakian gunung dibawah 2.000 Mdpl, termasuk Gunung Aseupan ini.

Buat saya pribadi, keberadaan trek webbing itu justru membuat Gunung Aseupan punya daya tarik lebih dan pendakiannya terasa jadi lebih komplit. Kenapa? Karena gunung yang punya beberapa jalur pendakian ini juga berpemandangan indah antara lain pesona sunset dari Pos Tiga dan sunrise dari puncaknya (terutama saat musim panas) serta memiliki trek susur sungai (river trekking) yang berair jernih di beberapa titik setelah melewati Pos Satu hingga menjelang Pos Dua.


Buat pembaca setia TravelPlus Indonesia dimanapun dan juga para pendaki Indonesia maupun mancanegara yang ingin melihat seperti apa trek webbing Gunung Aseupan, bisa juga menyimak konten video racikan saya di Reels IG @adjitropis. Semoga bermanfaat 🙏.

Naskah: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id

Captions:
1. Hazul, pendaki belia asal Cilegon tengah melewati salah satu trek webbing tersulit di Gunung Aseupan. (foto: adji)
2. Sejumlah pendaki mencoba trek webbing Gunung Aseupan (foto: adji & dok. kaluna adventure)
3. Susah payah lewati trek webbing Gunung Aseupan & menikmati sepenggal pemandangan di jalur summit attack-nya. (foto: dok. kaluna adventure, adji & hazul)
4. Hazul beraksi di beberapa titik trek webbing Gunung Aseupan. (foto: adji)
5. Jerih payah itu tak sia-sia, akhirnya sampai di puncak Gunung Aseupan. (foto: dok. kaluna adventure & adji)
6. Sepenggal video saat Hazul melewati salah satu trek webbing Gunung Aseupan. (video: adji)


Read more...

Selasa, 28 Januari 2025

Tips Nyaman Nanjak Gunung Aseupan Saat Musim Hujan


Mendaki (nanjak) Gunung Aseupan saat musim hujan seperti sekarang ini, meskipun jauh lebih berat tapi bisa nyaman dan menyenangkan bila setiap pendakinya mengindahkan sejumlah panduan.

Berdasarkan pengalaman beberapa kali  nanjak gunung di musim hujan termasuk mendaki Gunung Aseupan yang berada di Kabupaten Pandeglang, Banten, jalur pendakian (japen) via Desa Sikulan, Kecamatan Jiput baru-baru ini, berikut saya beberkan sederet tipsnya.

Pertama, menyiapkan fisik terlebih dahulu sebelum mendaki Gunung Aseupan yang berada sekitar 18 Km sebelah barat dari pusat kota Pandeglang antara lain dengan berolah raga jalan santai ataupun joging di medan bervariasi (tidak melulu jalan beraspal datar), ditambah dengan renang. Masing-masing minimal seminggu sekali.


Kedua, menyiapkan mental lebih artinya sudah sadar bahwa mendaki Gunung Aseupan yang berketinggian 1.174 Mdpl (3.852 kaki) dimusim hujan, pastinya akan bertemu dengan hujan, kabut tebal, angin kencang, trek basah, berlumpur, dan licin.    

Jangan berekspektasi tinggi mendapatkan pemandangan sunset dan alam terbuka di Pos Tiga (tempat nge-camp sebelum summit attack) maupun sunrise dan alam terbuka di puncak, mengingat pendakian dilakukan saat musim hujan bukan panas.

Bila menyadari kondisi seperti itu, tidak akan terlalu kaget bila di lapangan akan menemukan hal-hal seperti tersebut di atas dan atau tidak begitu kecewa lantaran hanya dapat "tembok putih" (pemandangan tertutup kabut ataupun mendung).


Ketiga, menggunakan perlengkapan pendakian yang sesuai, antara lain sepatu gunung yang nyaman (jangan pakai sandal sekalipun itu sandal gunung) dan membawa kaos kaki minimal dua pasang (sepasang untuk naik-turun, sepasang lagi untuk tidur).

Bawa pula jas hujan atau ponco, cover bag (pembungkus ransel), trekking pole atau tingkat kayu, beberapa kantung plastik atau kemasan kedap air untuk membungkus pakaian tidur dan ganti (salinan), termasuk sarung, sleeping bag, sandal, HP, logistik (makanan serta minuman ringan), dan lainnya. 

Kalau nge-camp, tentu harus pula membawa tenda berkapasitas sesuai jumlah pendaki yang ikut; perlengkapan tidur (sleeping bag, matras, bantal tiup); perlengkapan masak (nesting, teko, kompor, gas, korek, pisau, dan lainnya); perlengkapan makan (piring plastik, sendok, garpu, dan gelas lapangan); perlengkapan salat serta perlengkapan mandi (sabun, pembersih wajah, shampoo, sikat gigi, dan odol).


Keempat, melakukan pemanasan (warming up) sebelum memulai pendakian agar fisik tidak kaget antara lain berjalan kaki sebentar serta perenggangan otot terutama kaki dan paha.

Tips berikutnya atau kelima, senantiasa melibatkan sang pencipta alam, Allah SWT dalam pendakian dengan cara berdoa bersama sebelum memulai pendakian, memohon kepada-Nya agar diberi keselamatan, kelancaran, dan kesuksesan.

Keenam, bila nge-camp (bermalam/menginap dengan mendirikan tenda), sebaiknya memulai pendakian dari basecamp (BC) Herman di Desa Sikulan selepas zuhur dan makan siang  menuju Pos Tiga. Estimasi waktunya paling lambat sekitar 3 jam.


Pembagian Tugas
Ketujuh, bila pendakian dilakukan dalam kelompok besar (di atas 20 orang), ada pendaki yang bertindak sebagai leader (di depan terutama pemandu lokal atau pendaki yang sudah tahu japennya), lalu pendaki yang bertugas sebagai petugas P3K di posisi tengah agar mudah ke bagian depan maupun ke belakang, dan pendaki yang bertindak sebagai penyapu (sweeper) di bagian belakang untuk membantu dan menyemangati pendaki yang punya kendala tertentu sehingga jalannya super lamban. 

Selain itu, ada dua pendaki yang pandai memasak yang bertugas membuat aneka menu praktis serta minuman hangat (teh, kopi, dan lainnya) sebagai tim koki gunung untuk makan malam, sarapan sebelum summit attack, dan makan siang setelah turun dari puncak. 

Kedelapan, kalau membawa banyak perlengkapan pendakian seperti beberapa tenda kelompok maupun logistik, sebaiknya menggunakan jasa porter setempat. Nama porter lokalnya antara lain Rowi dan Rifky. 

Bila belum pernah mendaki Gunung Aseupan dan tidak tahu kondisi japennya, sebaiknya menggunakan jasa pemandu lokal atau mengikuti open trip (OT) pendakian yang dibuat oleh tour operator (TO) maupun indie travel yang punya reputasi bagus.


Kesembilan, jika ingin mendapatkan pahala, berzikir Allahu Akbar saat nanjak, Subhanallah satu turun dan Masya Allah saat melihat pemandangan indah serta Alhamdulillah bila tiba di setiap pos pendakian dan puncak.

Tips selanjutnya atau kesepuluh, berjalan perlahan, fokus dan tidak melamun terlebih saat melewati jalan paving block yang licin/berlumut, trek tanah licin yang menurun maupun menanjak. Pilih setapak tanah yang berundak atau bagian kiri dan kanan setapak yang berumput dan tidak begitu licin. Berpegangan pada batang semak belukar ataupun akar dan batang pohon.

Ke-11, berjalan perlahan saat menyeberangi beberapa aliran sungai (river trekking) atau lintas sungai. Jangan melompat-lompat di batu karena licin bisa terpeleset dan jatuh. Gunakan trekking pole untuk membantu pendaki saat menyebrang sungai.


Ke-12, mengisi water bag ataupun botol air mineral dengan air aliran sungai untuk bekal minum maupun masak.

Ke-13, setibanya di Pos Tiga, segera dirikan tenda di tempat yang masih kosong. Sebaiknya tenda dilapisi dengan fly sheet agar tidak rembes saat hujan.

Ke-14, bila ingin buang air besar sebaiknya di toilet di belakang warung Pos Tiga dengan membeli air Rp 5 ribu per botol air mineral besar.

Tips berikutnya atau ke-15, kalau lapar atau ingin minum teh/kopi panas tapi malas masak, bisa beli di warung Abah Sueb (istrinya bernama Edah dan anak lelakinya bernama Ery).


Ke-16, jika ingin salat asar, magrib isya, dan subuh bisa di musala yang ada di atas warung tersebut. Bila kondisi tidak hujan, bisa berjemaah di camp area dengan alas matras dan lainnya.

Ke-17, jangan tidur terlalu malam apalagi begadang. Biar besok pagi saat summit attack tidak mengantuk.

Ke-18, mengingat akan sulit mendapatkan sunrise sebaiknya memulai summit attack dari Pos Tiga tidak perlu sebelum subuh. Anda bisa melakukannya setelah subuhan atau agak terang setelah sarapan sekitar pukul 8. Jangan pula terlalu siang.

Ke-19, melakukan warming up sejenak sebelum summit attack dan kembali berdoa agar sampai di puncak dengan selamat. Adapun estimasi waktu summit attack dari Pos Tiga ke puncak sekitar 3 jam, tergantung lama cepatnya pergerakan dan jumlah peserta pendaki yang ikut.


Waspada di Trek Webbing 
Tips selanjutnya atau ke-20, ketika melewati sejumlah trek webbing harus lebih waspada dan sebaiknya dilakukan satu per satu. Saat menggunakan tali webbing, jangan terlalu bertumpu pada tali tersebut, sesekali memegang akar, batu dan lainnya.

Ke-21, setibanya di puncak berucap Alhamdulilah lalu mengabadikan suasana di puncak tapi hati-hati karena kiri-kanan jurang serta tak lupa mengabadikan momen kebersamaan di puncak.

Ke-22, berdoa kembali sebelum turun ke puncak agar selamat menuju Pos Tiga sampai BC.


Ke-23, sewaktu turun dari puncak, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan karena menuruni trek tebing yang sangat licin di beberapa titik. Jangan terburu-buru karena bisa terpeleset, terjungkal, terperosok lalu menabrak pendaki di depannya.

Ke-24, istirahat sejenak di Pos Tiga lalu beres-beres dan mengumpulkan sampah sisa logistik terutama semua jenis kemasan plastik untuk dibawa turun.

Tips berikutnya atau ke-25, kalau ingin bersih-bersih atau mandi bisa di aliran sungai setelah Pos Dua. Tapi ingat, hati-hati dan jangan melompat-lompat.di bebatuan.

Ke-26, tetap jaga adab (antara lain tidak tertawa dan bercanda berlebihan saat di jalur pendakian maupun di tempat nge-camp), menyapa pendaki lain saat berpapasan di japen atau memberi kata"semangat", "hati-hati", dan lainnya.


Ke-27, tak lupa mengabadikan setiap momen yang ada seperti saat melewati aliran sungai, hutan berkabut, trek licin, trek webbing, plang di Pos Satu, Dua, Tiga dan plang di puncak, lalu diracik menjadi tulisan ataupun konten video yang menarik kemudian disebarluaskan lewat ragam medsos supaya publik atau netizen tahu dan berminat mendaki Gunung Aseupan sekalipun dimusim hujan.

Ke-28, tidak meninggalkan sampah logistik apapun baik di japen, tempat nge-camp, maupun di puncak, terlebih itu sampah kemasan plastik sekalipun itu cuma bungkus permen. 

Ke-29, tidak memetik bunga, mengambil tanaman, menebang  pohon, vandalisme ataupun kegiatan yang bisa mengakibatkan kerusakan, pencemaran, dan lainnya. 

Tips yang terakhir atau ke-30, bila ingin mendapatkan pemandangan Gunung Aseupan dengan vibes (atmosfer) berbeda termasuk pemandangan matahari tenggelam dengan alam terbuka yang cerah di Pos Tiga dan pesona matahari terbit di puncak, kembalilah mendaki pada bulan panas seperti Juni, Juli atau Agustus.

Naskah: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id

Captions:
1. Di puncak Gunung Aseupan, di trek summit attack & di Pos Tiga. (foto: dok kaluna adventure)
2. Di puncak Gunung Aseupan. (foto: dok kaluna adventure)
3. Di puncak Gunung Aseupan. (foto: dok kaluna adventure)
4. Di Pos Tiga (tempat nge-camp) & di puncak Gunung Aseupan. (foto: adji & dok. kaluna adventure)
5. Burger, semangka & es buah di Pos Tiga. (foto: adji & dok. kaluna adventure)
6. Trek webbing & ranting pohon nan artistik. (foto: adji & dok. kaluna adventure)
7. River trekking, melintasi sungai di Gunung Aseupan sebelum Pos 2 dari Pos 1. (foto: adji)
8. Sepenggal video saat river trekking on Mount Aseupan. (video: adji)
9.  Trek webbing & plang jangan buang sampah di Gunung Aseupan. (foto: adji & dok. kaluna adventure)
10. Video usia senja semangat pagi. (video: hazul)
11. Sepotong video awal river trekking di Gunung Aseupan. (video: adji)

Read more...

Senin, 20 Januari 2025

Kawah Ratu Jadi Lokasi Tektok-an Favorit, Ini Tujuh Keistimewaannya


Kawah Ratu, Gunung Salak belakangan ini menjadi salah satu tujuan tektok-an yang ramai peminatnya. Apa buktinya dan apa pula faktor pemicunya? 

Bukti kalau kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang berketinggian 1.437 meter di atas permukaan laut (Mdpl) ini, menjadi lokasi favorit tektok-an karena banyak tour operator (TO) trip pendakian atau indie travel yang membuat open trip (OT) pendakian ke Kawah Ratu (untuk selanjutnya, saya singkat KR). 

Setiap akhir pekan pasti ada TO yang membuat OT ke KR, biasanya one day trip (ODT) atau istilah anak sekarang tektok-an.

Fakta lainnya, peminatnya bukan hanya pendaki lawas yang sudah lama menjadikan KR sebagai salah satu wahana "bermain" outdoor-nya pun para pendaki pemula mulai dari anak-anak (SD) sampai usia senja (50 tahun ke atas). Bahkan tak sedikit para pendaki fomo alias pendaki dadakan atau ikut-ikutan tren karena kepincut melihat kabar KR ramai di media sosial.


Bukti lainnya, peminat KR belakangan ini bukan cuma wisatawan minat khusus dari dalam negeri pun mancanegara. Informasi ini saya peroleh dari salah seorang pemandu lokal dan melihat langsung kunjungan turis asing ke KR baru-baru ini.

Adapun faktor pemicunya, kawah bekas letusan Gunung Salak ini, memiliki sederet keistimewaan. Berdasarkan amatan saya secara langsung usai beberapa kali ke KR dalam rentang waktu yang berbeda, sekurangnya ada tujuh keistimewaan yang dimiliki KR.

Pertama lokasinya terbilang dekat dengan Jabodetabek, Cianjur, dan Sukabumi sehingga pengunjung tidak sampai memakan waktu banyak untuk mencapainya. Ditambah lagi aksesnya juga terbilang mudah, dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat untuk sampai ke pintu masuk merangkap loket ataupun base camp (BC)-nya.


Keistimewaannya yang kedua, sudah punya nama sejak dulu. Pada era tahun 80-an hingga 90-an awal (sebelum berstatus taman nasional), KR sudah dilirik sejumlah pegiat alam bebas meskipun jumlahnya tidak sebanyak seperti saat ini. 

Ketika itu, aksesnya masih agak sulit dan umumnya pendakian dilakukan dengan cara nge-camp (mendirikan tenda) semalam di bumi perkemahan (bumper) terdekat atau menginap di rumah penduduk yang biasa dijadikan sebagai BC. Bahkan ada yang melakukannya secara melintas, misalnya naik dari Cidahu, Sukabumi turun lewat Pasir Reungit, Bogor atau sebaliknya.

Keistimewaan KR ketiga, untuk mencapainya pengunjung bisa melakukan dengan cara tektok-an atau tanpa menginap (nge-camp) lantaran waktu tempuhnya tidak terlalu panjang, berkisar antara 3-5 jam berjalan kaki atau hiking dari pintu loket. Lama waktu tempuhnya tergantung jalur pendakian (japen) yang digunakan.


Cara atau teknis pendakiannya, bisa dilakukan secara mandiri artinya melakukan hiking secara tektok dalam kelompok kecil (small group), minimal 3 orang dimana salah satu pesertanya sudah pernah hiking ke KR via japen tersebut. Bila belum ada yang pernah, lebih baik menggunakan jasa pemandu lokal. Alternatif lain yang lebih praktis dengan mengikuti OT yang dibuat oleh TO bereputasi bagus.

Keempat, KR punya tiga japen resmi yang terbilang ramah bagi pendaki pemula yakni via Ciandong dan Pasir Reungit (keduanya masuk wilayah Kabupaten Bogor) dan satu lagi via Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Umumnya pendaki Jabodetabek memilih via Ciandong ataupun Pasir Reungit sedangkan pengunjung dari Cianjur ataupun Sukabumi via Cidahu. 

Tektok-an ke KR via Ciandong yang pintu loketnya berada di Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), tiket masuknya Rp 15 ribu per orang, kalau ditambah ke Curug Ratu Rp 10 ribu per orang.


Jangan Pakai Sandal
Keistimewaan KR kelima, aman digapai di segala musim, artinya pengunjung bisa pergi ke sana saat musim hujan seperti saat ini ataupun musim panas.

Perlu diingat meskipun di musim panas, kondisi trek japen ke KR tetap cenderung lembab, licin, basah, becek, dan berlumpur, apalagi di musim hujan. 

Lantaran treknya seperti itu, setiap pengunjung yang ingin fun hiking (ini istilah yang benar, bukan fun trekking) secara tektok-an saya sarankan mengenakan sepatu lapangan yang nyaman, bukan sandal sekalipun itu sandal gunung. Adapun sandal tetap dibawa dan digunakan sebelum ataupun sesudah melakukan hiking atau saat nge-camp maupun di BC. Selain itu mengenakan pakaian berbahan yang mudah menyerap keringat.

Perlengkapan lain yang penting dibawa antara lain jas hujan/ponco, ransel day-pack, masker untuk menutup hidung bila tak kuat dengan bau belerang, topi, pakaian ganti (bisa dititip di BC atau ditinggal dalam mobil rombongan), trekking pole, beberapa kantong plastik untuk HP/kamera juga pakaian/sepatu basah, obat-obatan pribadi serta logistik praktis seperti air mineral minimal 2 botol ukuran sedang, makanan ringan/camilan pribadi, dan nasi bungkus yang bisa dibeli di warung makan terdekat dengan BC atau pintu loket.

Kenapa kondisi trek ke KR bisa begitu? Karena kawasan Gunung Salak termasuk KR menjadi tempat pertemuan udara dingin dari kawasan puncak (Gunung Gede Pangrango) dengan udara panas dari Jakarta dan sekitarnya sehingga kerap turun hujan sampah ke kawasan kaki Gunung Salak. Kondisi itu pula yang membuat Kota Bogor yang berada di kaki Gunung Salak kerap diguyur hujan sampai mendapat predikat sebagai kota hujan.


Menawan & Artistik 
Keenam, KR mempunyai pemandangan yang bukan hanya menawan pun artistik. Kondisi itu berbanding terbalik dengan puncak tertinggi Gunung Salak yang terhalang pepohonan, hanya ada plang dan makam. Tak heran, pegiat alam bebas terlebih pendaki pemula, lebih banyak yang memilih ke KR daripada ke Puncak Satu Gunung Salak.

Di KR, pengunjung bisa melihat hamparan kawah seluas sekitar 2 hektare dengan kondisi topografi naik turun, yang di beberapa titiknya mengepulkan asap solfatara sehingga menghadirkan vibes (atmosfer) seperti berada di planet lain. 

Menariknya lagi di tengah kawasan kawahnya mengalir dua aliran sungai berair panas dan dingin yang kemudian bertemu hingga airnya hangat, dan kerap dijadikan sebagai lokasi untuk mandi oleh pengunjung. 

Keberadaan pepohonan yang mengering, menyisakan batang dengan ranting-rantingnya, menambah artistik pemandangan KR.

Keistimewaan KR yang terakhir atau ketujuh, banyak aktivitas menarik yang bisa dilakukan baik di sepanjang pendakian maupun di Kawah Ratu sebagai titik tujuan. 

Aktivitas di perjalanan yang menarik dilakukan pengunjung yang tektok-an ke KR via Ciandong antara lain mengabadikan flora setempat seperti bunga ungu, jamur kayu, dan vegetasi hutan yang unik seperti vegetasi bambu, pandan gunung, pakis, lumut, hutan mati dan lainnya. Bahkan lewat japen ini, pengunjung bisa mampir ke Curug Ratu asalkan sesampainya di pintu loketnya masih jelang sore. 
 
Adapun kegiatan di KR yang dapat dilakukan lebih banyak lagi antara lain  mengabadikan landscape kawah dari berbagai sudut, foto narsis di plang KR, mengibarkan Bendera Merah Putih dan atau bendera organisasi/komunitas berlatar kawah yang mengepulkan asap solfatara, dan tentunya ber-sauna alam raksasa seperti mandi atau berendam di kolam alami berair belerang ataupun di aliran sungai berair dingin ataupun hangat, luluran badan dan wajah dengan belerang serta merebus telur di kubangan kecil berair panas selama sekitar 10 menit, dan lainnya. 


Saya sendiri ke KR, terakhir kali tahun 1990 via Cidahu. Di tahun-tahun sebelumnya (era 80-an akhir), lebih sering lewat Pasir Reungit. Kali ini di pertengahan Januari 2025, kembali lagi ke KR via Ciandong dengan tiga tujuan utama yakni mengobati kerinduan, mengibarkan bendera 🇮🇩 dan 🇵🇸, serta persiapan fisik sebelum mendaki atapnya Jawa Tengah (Jateng) via japen berbeda. Selain itu, tentunya melakukan aktivitas sebagaimana tersebut di atas. 

Melihat tujuh keistimewaannya tersebut, tak berlebihan bila KR belakangan ini kian ramai peminatnya dan kerap dijadikan lokasi hiking pemanasan oleh para pendaki sebelum mereka melakukan pendakian ke Gunung Salak atau gunung lainnya yang ada di Jabar maupun Jateng.

Nah, buat Anda yang punya rencana tektok-an ke Kawah Ratu, indahkan peraturan yang berlaku, biasakan berdoa dan pemanasan (warming up) sebelum hiking biar lancar dan fisik tak kaget. 

Jangan lupa, selama pendakian tetaplah menjaga sopan santun, jangan mengambil/memetik/merusak apapun di sana, dan bawa turun kembali sampah logistiknya, terutama sampah kemasan plastik supaya keindahan dan keasriannya tetap terjaga. 

Selamat tektok-an ke Kawah Ratu.

Naskah: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id , foto: adji & dok. teman jalan

Captions:
1. Beberapa panorama di Kawah Ratu.
2. Wisatawan mancanegara pun berkunjung ke Kawah Ratu.
3. Pengunjung Kawah Ratu didominasi wisatawan minat khusus dari dalam negeri, terutama sekitar Jabodetabek 
4. Selain secara mandiri, banyak pula yang datang ke Kawah Ratu dengan mengikuti open trip (OT).
5. Berfoto berlatar kawah yang mengepulkan asap solfatara.
6. Beberapa flora dan vegetasi di Kawah Ratu via Ciandong, Kec. pamijahan, Kab. Bogor, Jabar.
7. Selain bersauna alam raksasa, banyak juga pengunjung yang mengibarkan bendera 🇮🇩 dan 🇵🇸 jadi di Kawah Ratu, baru-baru ini.

Read more...

Selasa, 14 Januari 2025

Toge Goreng Jadi Penutup Survei Glamping dan Inap di Villa


Usai survei salah satu lokasi glamping (glamour camping) di Jawa Barat untuk acara perayaan 45 tahun Tapal yang akan digelar pertengahan Mei 2025, kami lanjut menginap di villa, lalu ditutup dengan kulineran toge goreng khas Bogor. Ah, akhir pekan kami pun nyaris sempurna.

Kenapa kami dari tim survei, akhirnya memilih kuliner toge goreng dan dimana tempatnya? Mungkin itu pertanyaan yang ada di benak Anda setelah membaca judul dan lead tulisan ini.

Sebelum saya jawab, terlebih dahulu saya jelaskan sekilas nama dan lokasi glamping yang kami survei. Namanya Annapurna Campsite yang berada di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berlokasi dekat dengan Taman Safari Indonesia. Adapun Tapal adalah organisasi mahasiswa pencinta alam (Ompa) yang dulu berbasis di Kampus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP), Jakarta tepatnya di Lenteng Agung, Jaksel.


Di camping ground berpemandangan gunung (siang) dan city light (malam) tersebut tersedia beberapa jenis tenda glamping dan dilengkapi pula dengan beberapa fasilitas pendukung antara lain area api unggun, pendopo buat santai, kamar mandi, musala, kantin, kids activities, dan area parkir mobil.

Pengunjung juga bisa keluar camping ground, melakukan hiking (lintas alam) ke air terjun Curug Cibogo. Menurut staf pengelolanya, waktu tempuhnya sekitar 30-an menit berjalan kaki.

Adapun villa yang kami jadikan tempat untuk mendiskusikan hasil survei sekaligus menginap, bernama Villa Ombai di Kec. Cijeruk, Kab. Bogor.


Villa yang menawarkan pemandangan berlatar depan Gunung Gepang alias Gede dan Pangrango serta berlatar belakang Gunung Salak ini merupakan milik Win, salah satu senior dari Tapal.

Di pagi hari, di villa itu, kami juga sempat melihat pemandangan langka, dua ekor burung  elang terbang rendah. Alhamdulillah, luar biasa sekaligus mengejutkan.

Selepas pamit pulang dengan pemilik villa dan senior Tapal lainnya, kami (Santa, Ubay, dan saya) serta Irma, Ithink, dan Wina meluncur ke tempat pedagang toge goreng. Namanya Toge Goreng Pak Abung yang beralamat di , Jl. Raya Cihideung, Palasari, masih di Kec. Cijeruk, Kab. Bogor.


Lima Faktor Pemicu
Jelang zuhur kami tiba di kedai Toge Goreng Pak Abung yang kabarnya sudah berdiri sejak tahun 2004. Sejumlah orang sudah ramai di sana. Ada yang tengah bersantap, tak sedikit pula yang sedang mengantri. Kebanyakan pengunjungnya membawa kendaraan motor dan atau mobil pribadi.

Kenapa Toge Goreng Pak Abung banyak peminatnya? Berdasarkan amatan sekilas saya, sepertinya ada 5 faktor pemicunya yakni rasa, cara memasaknya, cara penyajiannya, harganya, dan lokasinya.

Pertama, rasa. Toge goreng yang berbahan utama toge yang sebenarnya direbus (bukan digoreng) di wadah nampan, lalu ditambah dengan mie kuning, dan potongan ketupat, kemudian disiram dengan bumbu saus tauco ini terbilang maknyus, terutama citra rasa dari bumbu saus tauco -nya yang berbeda dengan bumbu toge goreng keliling.


Kedua, cara memasaknya. Masih mempertahankan cara masak yang tradisional, yakni menggunakan kayu bakar bukan kompor minyak tanah ataupun kompor gas. Menariknya lagi, seluruh proses memasaknya dapat dilihat langsung oleh pembeli.

Ketiga, cara penyajiannya. Memakai daun patat - yang bentuknya mirip dengan daun kunyit, untuk membungkus ketupatnya maupun toge gorengnya dengan belahan bambu untuk mengikat daunnya sehingga punya daya tarik tersendiri. Menariknya lagi, teman bersantapnya dengan telor bebek asin.


Keempat, harganya. Boleh dibilang masih terjangkau kalangan menengah ke bawah. Harga sepiring toge goreng Abung Rp12.000 kalau ditambah sebutir telor bebek asin Rp6000 jadi totalnya cuma Rp18.000 sudah termasuk satu gelas teh tawar hangat.

Faktor pemicu terakhir atau kelima, lokasinya. Kedai Toge Goreng Pak Abung meskipun kecil dan sederhana berupa balai-balai bambu dan beratap asbes namun letaknya sangat strategis di tepi jalan raya.  Ditambah dengan papan putih bertuliskan Toge Goreng Pak Abung yang terpasang di atas atap kedainya dan satu plang bertuliskan yang sama, yang berdiri di bagian depan kedainya.


Di seberangnya juga ada masjid, jadi pengunjung yang datang siang, usai bersantap bisa menunaikan salat zuhur di masjid tersebut.

Kelebihan lainnya, di dekat kedainya juga banyak penjual aneka kuliner khas Bogor lain seperti soto mie, soto kuah kuning serta bermacam pedagang buah seperti durian dan pisang.

Melihat lima faktor pemicu tersebut itu, wajar rasanya kalau Toge Goreng Pak Abung sampai sekarang diminati banyak orang, bukan cuma warga sekitar pun wisatawan yang tengah melintas.

Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id

Captions:
1. Personil Memori Ujung Kulon (MUK) '92, kulineran Toge Goreng Pak Abung usai survei glamping untuk acara 45 tahun Tapal dan inap di villa.
2. Annapurna Campsite, glamping di Cisarua, Kab. Bogor, Jabar (atas). Tim survei di Annapurna Campsite, lokasi glamping yang di-survei untuk kegiatan 45 tahun Tapal (bawah).
3. Villa Ombai milik Win salah satu anggota senior Tapal, tempat tim survei berdiskusi dan menginap (atas). Tim survei tengah berdiskusi di villa tersebut (bawah).
4. Seporsi Toge Goreng Abung sebelum diaduk-aduk.
5. Memasaknya menggunakan kayu bakar dan membungkusnya dengan daun patat.
6. Teman makannya dengan telor bebek asin.
7. Kedai Toge Goreng Abung sederhana tapi strategis.

Read more...

Minggu, 12 Januari 2025

Tips Mendapatkan Paket Glamping Harga Miring


Mencari paket glamping (glamour camping) dengan harga miring untuk rombongan besar (big group), boleh dibilang susah-susah gampang. Susah, lantaran banyak glamping yang harganya tidak sesuai dengan isi kantong. Mudah, bila tahu tips mencarinya.

Berdasarkan pengalaman mencari tempat berkemah rasa "hotel" bintang 3 bahkan 5 untuk berbagai kegiatan, termasuk untuk acara perayaan 45 tahun Tapal yang akan di gelar pertengahan Mei 2025, sekurangnya ada enam tipsnya yakni teknis pencarian, waktu, lokasi, masa operasi, jenis glamping-nya, dan solusi/kreativitas.

Sebelum diurai satu persatu, terlebih dulu TravelPlus Indonesia jelaskan Tapal adalah organisasi mahasiswa pencinta alam (Ompa) yang dulu berbasis di kampus Institusi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, tepatnya di Lenteng Agung, Jaksel.

Berikut keenam tipsnya. Pertama, teknis pencarian. Untuk mencari glamping dapat dilakukan dengan 4 cara yakni mencari informasi dari internet (googling), akun media sosial (medsos), nomor WA-nya, dan atau informasi dari orang /pihak yang pernah menggunakan glamping tersebut. Setelah itu menghubungi admin/pengelolanya lewat pesan WA untuk mendapatkan informasi paket glamping (harga, fasilitas yang didapat, alamat/maps, akses menuju lokasi, dll).  

Bila paket glamping-nya sesuai dengan anggaran dan kriteria yang dicari, lakukan survei terlebih dahulu, jika benar-benar cocok segera pesan untuk hari pelaksanaan. Jika keduanya tidak cocok, ya coba cari lokasi lain.

Kedua, waktu. Sebaiknya cari dan pesan glamping diluar akhir pekan atau diluar masa liburan. Biasanya harga glamping pada week day akan lebih murah dibanding weekend. Begitupun saat low season akan lebih miring dibanding high season apalagi peak season.


Tips ketiga, lokasi. Jangan cari glamping yang lokasinya sangat strategis misalnya di kawasan wisata yang ramai wisatawannya. Biasanya glamping seperti itu harganya lebih mahal. Jadi pilihlah glamping yang lokasinya bukan di kawasan wisata tersohor.

Sebaiknya pilih lokasi glamping yang tidak terlalu jauh dari domisili para peserta.  Misalnya kalau kebanyakan domisili-nya di Jakarta dan sekitarnya dan ingin mencari glamping berudara sejuk (agak dingin), pilihan yang tepat adalah glamping yang ada di kawasan Kabupaten Bogor, Cianjur, dan atau Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (tepatnya di kaki Gunung Gede, Pangrango, dan atau Gunung Salak). Di luar itu , misalnya di kawasan Bandung bagian atas, tentu biaya ongkosnya akan bertambah 

Berikutnya atau tips keempat, masa operasi. Hindari pula mencari glamping yang sudah lama beroperasi dan punya nama (terkenal), karena biasanya juga mahal. Solusinya cari glamping yang baru buka dan letaknya bukan di kawasan wisata atau jauh dari jalan raya utama, kemungkinan akan mendapatkan harga yang jauh lebih miring.

Kelima, jenis glamping. Meskipun sama-sama glamping tapi ternyata ada beberapa jenisnya, tergantung fasilitas yang disediakan. Ada glamping setara dengan "hotel" bintang 3, 4 bahkan 5. Kalau mau cari yang harganya agak miring, ya pilihlah glamping yang setara dengan 'hotel" bintang 3 bukan 4 apalagi bintang 5.

Alternatif lainnya, pilih lokasi camping ground yang namanya tanpa embel-embel glamping tapi menyediakan paket glamping. Biasanya harga paket glamping-nya agak lebih miring.


Solusi & Kreativitas
 
Tips terakhir atau keenam, solusi dan kreativitas. Bila sudah mendapatkan camping ground dengan paket glamping sesuai isi kantong tapi punya beberapa kekurangan, misalnya lokasi glamping-nya di dataran tinggi/di atas bukit yang terbuka (tidak banyak pohon rimbun sehingga kemungkinan akan panas saat siang hari), maka tinggal cari solusinya.

Misalnya dengan membuat serangkaian acara di pendopo dan atau berkunjung ke objek wisata terdekat seperti curug (air terjun), dan lainnya sejak jelang siang sampai sore hari. Sehingga ketika kembali ke lokasi berkemah, sudah tidak panas lagi.

Kalau akses jalan ke lokasi camping-nya, ada yang sulit ditempuh dengan mobil ceper, solusinya gunakan mobil pribadi ataupun mobil carteran yang agak tinggi dan dirasa aman melewati medan sulit tersebut.

Intinya perlu dicari solusi dan kreativitas agar kekurangan-kekurangan yang ada di glamping tersebut teratasi. 

Itulah enam tips mencari paket glamping dengan harga miring berdasarkan pengalaman dan pengamatan TravelPlus Indonesia secara langsung maupun tidak. 

Selamat berburu glamping untuk liburan keluarga, acara kantor, organisasi ataupun komunitas. Semoga tips di atas bisa membantu Anda mendapatkan glamping yang sesuai dengan anggaran dan kriteria 🙏.

Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id

Captions:
1. Camp area Annapurna Campsite, glamping (glamour camping) di Cisarua, Kab. Bogor, Jabar (atas). Adnan, salah satu personil tim survei acara perayaan 45 tahun Tapal, memantau Annapurna Campsite.
2. Tim survei acara perayaan 45 tahun Tapal di Annapurna Campsite (atas). Makan siang bareng di salah satu rumah makan Sunda, sebelum menuju lokasi glamping (bawah).
3. Tim survei glamping untuk kegiatan 45 tahun Tapal berdiskusi di villa milik Win, salah satu senior Tapal (atas & bawah).



Read more...

Selasa, 07 Januari 2025

Camping di Nambo Jadi Outdoor Activity Perdana 2025, Ini Tujuh Alasannya


Jelang akhir 2024, serangkaian kegiatan di alam bebas yang bermuatan petualangan, saya tutup dengan mendaki Gunung Gede. Nah, di awal tahun baru 2025, saya buka dengan camping atau berkemah di salah satu bumi perkemahan (bumper) di kaki Gunung Salak. Namanya Nambo Camping Ground.

Sekurangnya ada tujuh alasan kenapa saya memilih berkemah di Nambo Camping Ground pada akhir pekan pertama 2025 sebagai pembuka outdoor activities sepanjang tahun ini.

Alasan pertama, karena ingin mendapatkan vibes (atmosfer) yang positif serta nuansa dan sensasi yang berbeda dengan pendakian gunung.


Jika mendaki Gunung Gede jelang akhir 2024, sensasi petualangannya lebih kental apalagi berteman kabut tebal dan angin kencang bak badai. Kali ini berkemah, tentunya lebih ringan namun tetap ada unsur petualangannya, yakni lintas alam dari lokasi parkir kendaraan ke tempat berkemah sekitar 20 menit jalan santai melewati setapak alami, menyeberangi aliran air Curug Sawer (lantaran jembatan bambunya rubuh), dan kelebatan pohon bambu. Terlebih lintas alam tersebut dilakukan malam hari.

Kedua, Nambo Camping Ground yang terletak di kaki Gunung Salak, tepatnya di Kampung Nambo, Desa/Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, saya pilih karena lokasinya terbilang dekat dan aksesnya mudah dijangkau dari Jakarta. 


Bisa menggunakan moda transportasi umum, naik kereta commuter line ke Stasiun Bogor dan selanjutnya naik kendaraan online (mobil) ke area parkir Nambo Camping Ground sesuai maps. Tarifnya sekitar 50K.

Bila memilih naik angkot, dari Stasiun Bogor pilih angkot jurusan ke Bogor Trade Mall (BTM) 5K per orang, selanjutnya ganti dengan angkot jurusan Ciapus BCN (Bumi Ciapus Nambo) minta langsung diantar ke parkiran Nambo Camping Ground. Tarifnya sekitar 12K per orang. 


Keistimewaannya antara lain bumper ini memiliki air terjun (curug) yang tidak terlalu besar dan tinggi. Namanya Curug Sawer. Lokasi berkemahnya pun berundak-undak, bukan berbentuk lapangan. Bersuasana teduh dan asri karena banyak tanaman dan pepohonan. 

Selain itu, dapat merasakan sensasi lintas alam sebagimana tersebut di atas. Ditambah, udaranya tidak terlalu dingin serta sudah dilengkapi berbagai fasilitas pendukung seperti musala, kamar mandi, toilet, listrik, sinyal HP aman, dan area bersantai.

Camping Dekat Curug
Menurut Yanto, owner Nambo Camping Ground di kawasan seluas sekitar 1 hektar ini, pengunjung yang ingin menikmati wisata Curug Sawer, cukup membayar 10K/pax per satu kali kunjungan. "Kalau Ingin berkemah tarifnya cuma 25K/pax per 1 hari/malam. Bisa camping di dekat Curug Sawer," ujarnya.


Buat yang tidak memiliki/membawa tenda, bisa mengambil paket tenda Dhaulagiri  untuk kapasitas 4 orang, 300K per malam. "Itu  sudah termasuk tiket camping dan tiket wisata Curug Sawer. Tendanya juga sudah dipasang oleh pengelola dan boleh pilih lokasi," terangnya.

Pilihan lainnya sewa tenda kapasitas 3-4 orang dengan harga 150K per malam.."Tapi belum termasuk tiket camping 25K per orang per malam dan tiket wisata Curug Sawer 10K per orang," ungkapnya.

Alasan ketiga, pekan pertama Januari atau setelah liburan tahun baru, saya pilih karena termasuk low season sehingga tidak akan menemukan keramaian pengunjung. Ternyata itu benar, sewaktu berkemah hanya ada satu tenda milik teman-temannya Yanto yang tengah melakukan survei untuk kegiatan berikutnya. Camping di Nambo dengan jumlah orang atau tenda yang sedikit, menghadirkan sensasi yang jauh lebih tenang, beda, dan nyaman. Dan itu yang saya cari.


Keempat, ingin mendapatkan sensasi menginap di tenda yang tidak saya dapatkan sewaktu mendaki Gunung Gede, jelang akhir 2024 kemarin. Boleh dibilang ini aksi "balas dendam".

Alasan kelima, ingin memberi kenangan berkesan di alam bebas sekaligus penyemangat buat dua pendaki muda Arvin dan Eko, sebelum keduanya kembali ke bangku kuliah dan sekolah.

Arvin yang baru saja mengikuti lomba Matematika versi AI tingkat nasional dan memperoleh juara ketiga, jelang pekan kedua Januari ini akan pulang ke Purwokerto untuk persiapan masuk kuliah. Sedangkan Eko, sudah harus masuk sekolah di Cakung, Senin pekan kedua Januari ini.


Keenam, ingin melihat kondisi terkini kawasan Ciapus dan sekitarnya. Maklum terakhir berkunjung ke sana sekitar tahun 90-an. Ketika itu suasananya masih sepi. Juga sekaligus ingin melakukan survei lokasi berkemah untuk kegiatan berikutnya dengan jumlah peserta yang lebih banyak.

Alasan terakhir atau ketujuh, ingin turut memperkenalkan Nambo Camping Ground yang memiliki beberapa keistimewaan sebagaimana tersebut di atas, lewat tulisan, lagu, maupun konten foto, dan video supaya publik atau warganet yang tahu semakin bertambah, lalu tertarik datang untuk berwisata curug ataupun berkemah.

Naskah: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id

Captions:
1. Salah satu spot camping terindah di Nambo Camping Ground, kaki Gunung Salak Kabupaten Bogor. (foto: adji)
2. Arvin dan Eko masak buat sarapan pagi. (foto: adji)
3. Lintas alam dari area parkir kendaraan pengunjung ke lokasi berkemah Nambo Camping Ground sekitar 20 menit. (foto: adji)
4. Curug Sawer jadi salah satu daya pikat Nambo Camping Ground. (foto: adji & arvin)
5. Foto bareng Yanto, owner Nambo Camping Ground. (foto: arvin)
6. Aktivitas malam di depan tenda, masak jagung rebus, mie goreng, dan telor dadar. (foto; adji)
7.  Beberapa fasilitas pendukung di Nambo Camping Ground seperti musala, toilet, dan lainnya. (foto: adji)

Cat. :
Buat Kang Yanto: semoga beberapa input yang saya sampaikan sewaktu ngobrol santai di depan tenda dome merah dapat direalisasikan agar pengunjung yang pernah berkemah di Nambo Camping Ground tertarik datang dan datang lagi, sekaligus menarik pengunjung baru.

Buat Eko dan Arvin: rajin sekolah dan kuliah biar cepat lulus. Tetap jaga adab baik dan jangan tinggalkan salat dimanapun. Nanti kalau liburan, kita nanjak gunung dan berpetualang lagi.


Read more...

Kamis, 02 Januari 2025

15 Keuntungan Tahun Baru-an di Masjid Istiqlal


Malam tahun baru-an di gunung, pantai, pulau, atau di rumah saja itu sudah pernah saya lakukan bahkan sering. Begitupun menikmatinya dengan acara hiburan, terutama konser musik. Tapi malam tahun baru-an 2025 di masjid apalagi di Masjid Istiqlal Jakarta, kayaknya baru pertama kali saya lakukan. Dan ternyata saya mendapatkan banyak keuntungan, sekurangnya ada 15.

Sebelum mengurai apa saja 15 keuntungan itu, terlebih dulu saya beberkan tiga alasan kenapa akhirnya memilih mengisi liburan akhir tahun di Masjid Istiqlal. Ketiga alasan itu adalah karena tempatnya, waktu atau momennya, dan kegiatannya.

Pertama tempatnya Masjid Istiqlal, jelas ini lebih prestisius mengingat Masjid Istiqlal merupakan Masjid Nasional kebanggaan Indonesia sekaligus salah satu ikon landmark religi Indonesia yang nama dan pamornya sudah mendunia lantaran kerap dikunjungi oleh sejumlah kepala negara dan tokoh dunia dari berbagai bidang. 

Keistimewaan lainnya, Masjid Istiqlal juga menjadi objek wisata religi andalan Jakarta bahkan Indonesia. Selain itu termasuk masjid yang bersejarah dan letaknya sangat strategis, di pusat Jakarta yang mudah dijangkau dengan berbagai moda transportasi umum seperti KRL dan Bus Transjakarta.

Kedua, waktu atau momennya spesial dari tanggal 31 Desember 2024 sampai 1 Januari 2024 atau pas malam terakhir tahun 2024 sampai awal tahun baru 2025.

Ketiga, kegiatannya punya muatan religi syiar Islam yang kental yakni "Malam Muhasabah Sambut Tahun Baru 2025" dengan mengusung tema yang menarik "Melintasi Waktu Menggapai Ridho Allah".

Adapun 15 keuntungan yang saya dapatkan saat liburan sambut  tahun baru 2025 di Masjid Istiqlal adalah:

Pertama, dapat menikmati liburan tahun baru-an dengan atmosfer berbeda, kental bernuansa religi Islam. Ini berkat rangkaian acaranya yang menarik seperti pembacaan rawi, pembacaan ayat-ayat Alquran, tausyiah, renungan, dan lainnya.

Kedua, dapat melakukan sujud syukur pertama di awal 2025 tepat pukul 12.OO WIB lebih atau pas masuk tahun baru. Sujud syukur dipimpin oleh Menteri Agama (Menang) RI  KH Nasaruddin Umar.

Ketiga, dapat menunaikan qiyamullail (salat sunah tasbih, tahajud, dan witir) secara berjemaah pertama 2025, pukul 2 dini hari. Atmosfer-nya terasa lebih nikmat.

Keempat, dapat melaksanakan sahur untuk puasa sunah Rajab pertama 2025 (pukul 3 dini hari). Sahurnya dengan soto tangkar yang dijual di salah satu stan kuliner di halaman Masjid Istiqlal.

Berikutnya atau yang kelima, menunaikan salat subuh berjemaah pertama 2025. Atmosfer-nya juga terasa jauh lebih syahdu. Keenam, dapat menunaikan salat dhuha pertama 2025 pukul 7 pagi dan bersedekah di kotak amal perdana 2025.

Ketujuh, dapat membuat lagu religi pertama 2025 bertajuk "Muhasabah Cinta" yang terinspirasi dari 2 acara bertema Muhasabah di Monas dan Masjid Istiqlal. Lagu/lirik & konten videonya diunggah di Reels IG saya @adjitropis.

Kedelapan, dapat membuat tulisan pertama 2025 berjudul "Jadi Venue Muhasabah, Pamor Monas dan Masjid Istiqlal Kian Mendunia" yang ditayangkan di website TravelPlus Indonesia dan link serta foto-foto terkaitnya diunggah di Threads IG @adjitropis.

Kesembilan, dapat membuat konten video religi pertama 2025 bertajuk "Ceramah UAS Bertabur Selawat" yang terinspirasi dari acara Maulid Agung di Masjid Jami Al-Anwar, Bonjer, Jakbar yang  menghadirkan penceramah papan atas Indonesia, Ustaz Abdul Somad (UAS). Kontennya juga sudah diunggah di Reels IG @adjitropis dan Tiktok @FaktaWisata.id.

Selanjutnya atau yang kesepuluh, dapat melakukan zikir-an pertama di 2025. Kesebelas, dapat  selawat-an pertama di 2025. Keduabelas, dapat memanjatkan doa pertama di 2025.


Bertemu Orang Istimewa
 
Ketigabelas, bertemu dengan orang-orang yang memiliki kelebihan/keistimewaan tersendiri dari sisi religi (cerdas, santun, istiqomah, dan beriman kuat) antara lain anak muda berdarah Sumsel, berinisial "K" yang masih berstatus mahasiswa. Lalu anak muda Sunda sekaligus pekerja swasta berinisial "R" dari Bogor, pelajar SMA berinisial "B" yang berdomisili di Jakarta Timur, dan satu pasangan suami istri (pasutri) berinisial "A" dan "T" dari Jakarta Selatan yang membawa 3 anaknya (2 masih bocil dan 1 mash balita).

Anak muda berinisial "K" berusia 20 tahun, selain santun dan taat ibadah juga bercita-cita kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir untuk memenuhi keinginan ibunya. "Saya mengikuti apa kata ibu saya, mudah-mudahan diberkahi Allah SWT," ucapnya.

Anak muda berinisial "R" juga berusia 20-an, tahun lebih juga santun dan menolong saya menghidupkan tombol on/off HP saya yang rusak lewat cara sentuh layar. Sedangkan pelajar SMA berinisial "B" yang juga berprilaku sopan, mengaku tidak berminat mengisi liburan dengan acara hura-hura. Menurutnya lebih baik mengikuti "Malam Muhasabah" di Masjid Istiqlal untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Masya Allah.

Lain lagi dengan keluarga muda, pasutri berinisial "A" dan "T". Menurut keduanya, meskipun membawa 3 anaknya yang masih kecil-kecil itu merepotkan tapi ini adalah salah satu cara terbaik untuk mengenalkan masjid dan kegiatan mengisi tahun baru yang bermanfaat dari sisi Agama Islam kepada anak-anaknya sejak dini. "Supaya kelak kalau remaja, dewasa, dan tua, anak-anak kami tetap rajin ke masjid minimal untuk salat berjemaah, aamiin," terang sang suami. Saluuut...

Keuntungan berikutnya atau keempatbelas, saya dapat mengabadikan kemegahan Masjid Istiqlal baik interior maupun eksteriornya, terutama jelang sore dan malam hari untuk stok bikin konten video bertema religi. Cara ini secara tidak langsung juga turut mempromosikan Masjid Istiqlal sebagai objek wisata religi andalan Jakarta.

Keuntungan terakhir yang saya dapat atau kelimabelas adalah dapat menyusun agenda kegiatan semester pertama 2025 antara lain rencana menonton konser musik pertama, kemping pertama, mendaki gunung pertama, mengikuti kajian Islam atau pengajian pertama, kegiatan olahraga rutin pertama di tahun 2025, dan rencana baik lainnya.

Berdasarkan belasan keuntungan yang saya dapat tersebut, membuktikan kalau liburan malam tahun baru-an di masjid itu ibarat sekali mendayung, dua-tiga terlampaui. Artinya banyak keuntungan yang bakal diperoleh, lebih dari sekadar liburan akhir tahun di tempat lain ataupun di tempat umum.

Naskah & foto: Adji TravelPlus, IG @adjitropis, Tiktok @FaktaWisata.id

Captions :
1. Kolase foto saat di luar (eksterior) Masjid Istiqlal Jakarta (foto: adji)
2. Kolase foto saat di dalam Masjid Istiqlal Jakarta pas acara "Malam Muhasabah Sambut Tahun Baru 2025". (foto: adji & Kelvin)



Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP