. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 31 Oktober 2011

Sembilan Cara NTB Menjaring Satu Juta Wisatawan Pada 2012

Usai memiliki Bandara Internasional Lombok (BIL) yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dihadiri Menparekraf Mari Elka Pangestu, 20 Oktober 2011 lalu, Pemprov Nusa Tenggara Barat (NTB) langsung memasang target 1 juta wisatawan tahun depan. Ada sembilan (9) cara yang dilakukan NTB untuk meraih target tersebut. Apa saja?

BIL dibangun mulai November 2005 dan selesai tahun 2011.Pembangunannya menelan biaya Rp 945,8 miliar dengan sumber pendanaan dari PT Angkasa Pura I, Pemprov NTB, dan Pemkab Lombok Tengah. Area BIL berluas 551 hektar atau delapan kali lipat dari luas bandara lama. Secara resmi BIL beroperasi pada 1 Oktober 2011.

Untuk menjaring wisnus dan wisman, Pemprov NTB akan membuka penerbangan langsung (direct flight) dari BIL ke sejumlah kantung-kantung pariwisata baik di Nusantara maupun di mancanegara.

Pertama, membuka direct flight domestik antara lain Lombok-Jogja. “Ini untuk menjaring wisatwan Nusantara dari Jogja, Solo, dan Semarang. Ketiga kota ini juga merupakan kantong pariwisata nasional,” kata Kadisbudpar NTB L. Gita Aryadi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Kedua, membuka direct flight Lombok-Balikpapan. Alasannya Balikpapan merupakan tempatnya para ekspatriat yang jumlahnya cukup besar. Ekspatriat di Balikpapan didominasi para pekerja tambang, sementara NTB merupakan daerah pertambangan juga. Jadi dengan dibukanya penerbangan langsung ini akan mempermudah para ekspatriat tersebut untuk urusan kedinasan dan sekalian berwisata. “Pembukaan penerbangan langsung Lombok-Balikpapan ini untuk membedah pasar wisatawan khususnya dari Pulau Kalimantan,” tambahnya.

Ketiga, membuka direct flight Lombok-Makassar untuk membedah pasar wisatawan Indonesia bagian Timur. “Kita tahu Makassar merupakan pintu gerbang wistawan ke Indonesia Timur,” paparnya.

Keempat, membuka direct fligt Lombok-Kupang untuk membedah pasar lokal dari daerah di NTB

Kelima, untuk menjaring wisman dari negeri Jiran, akan dibuka direct flight Lombok Kuala Lumpur. “Mudah-mudahan Desember 2011, sudah ada penerbangan pertama rute ini,” jelasnya.

Keenam, membuka direct flight Lombok-Hongkong. “Rute ini untuk mempermudah akses wisatawan dari Korea, China, Jepang, dan tentunya Hongkong sendiri,” terangnya.

Ketujuh, untuk menajring wisman asal Australia yang menjadi pangsa pasar terbesar NTB, nanti akan dibuka penerbangan dari Lombok ke kota utama di Asutralia.

Kedelapan, untuk menjaring wisman asal Timur Tengah, juga akan diupayakan ada penerbangan internasional yang conecting ke Lombok.

Kesembilan, mempercepat pembangunan Kawasan Wisata Terpadu Mandalika sebagai kawasan wisata yang didalamnya terdapat bermacam fasilitas pendukung wisata baik akomodasi berupa hotel dan resort berbintang, obyek wisata alam, hiburan, MICE dan lainnya. Kawasan wisata ini terletak sekitar 70 Km arah Selatan Kota Mataram.

“Kami optimis dengan adanya BIL dan pembukaan sejumlah rute penerbangan baru ke sejumlah kantung pariwisata nasional maupun internasional serta percepatan pembangunan kawasan Mandalika, target 1 juta wisatawan ke NTB tahun depan akan terwujud,” tegas Gita.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_traveplus@yahoo.com)

Read more...

Minggu, 30 Oktober 2011

ASEAN Fair 2011 di Monas Ramaikan Summit ASEAN


Mau menyaksikan suguhan pentas seni, budaya, dan kuliner negara-negara anggota ASEAN? Datang saja ke Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Di sana sedang terselenggara ASEAN Fair 2011 hingga 3 November 2011. Ada apa lagi?

Sebelas bendera negara ASEAN berukuran raksasa, terbentang di Lapangan MIONAS dalam perhelatan ASEAN FAIR 2011 yang diselenggarakan guna memeriahkan ASEAN SUMMIT. Sebelumnya, acara ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 24 Oktober 2011 di Nusa Dua, Bali.

Menparekraf Mari Elka Pangestu mengatakan tujuan penyelenggaran ASEAN Fair ini untuk lebih memasyarakatkan ASEAN ke masyarakat luas. “Dengan acara ini diharapkan masyarakat lebih mengenal ASEAN, bukan hanya dari bendera negara-negara ASEAN tapi juga sejarah ASEAN termasuk budaya masing-masing negara ASEAN dan visi misi ASEAN,” jelasnya usai melepas arak-arakan Bendera ASEAN di Jakarta, (30/10/2011).

Menurut Mari, acara ini selain bertujuan memberitahukan kepada masyarakat bahwa Indonesia tahun ini menjadi ketua ASEAN pun memperkenalkan pariwisata Indonesia kepada masyarakat dan tentunya negara-negara ASEAN yang ikut serta.

Pelepasan arak-arakan Bendera ASEAN dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) sampai di MONAS. Bendera negara-negara ASEAN dibawa barisan anggotan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) dari DKI Jakarta sebanyak 132 orang.

Selain Mari dan Wamenparekraf Sapta Nirwandar, yang juga hadir dalam acara ini antara lain, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri PP & PA Linda Gumelar, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, dan wakilnya Bayu Krisnamurthi.

Lewat acara ini, Mari yakin akan terjadi saling bertukar pengetahuan, budaya, dan pariwisata antar negara-negara ASEAN. “ASEAN Fair ini menjadi sebuah tradisi baru guna menjaga kestabilan, kedamaian dan kesatuan, sehingga ASEAN semakin kuat," tambah Mari yang juga menjabat Wakil Ketua Pelaksanaan Forum ASEAN SUMMIT.

Mari menambahkan pemerintah Indonesia memilih Hello ASEAN sebagai simbol forum ASEAN Summit 2011 sebagai simbol kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah. “Warna-warni dalam simbol tersebut melambangkan bendera-bendera ASEAN dan menyimbolkan kestabilan, kedamaian, kesatuan, kedinamisan, kesucian dan kejujuran Tujuannya, Indonesia ingin menampilkan budaya, kesenian, musik, tradisi, sejarah, dan ciri khas Indonesia ke negara-negara ASEAN,” paparnya.

Selain pentas seni budaya, dalam ASEAN Fair 2011 juga ada suguhan musik kontemporer dan tradisional di tiga panggung. Serta pameran kerajinan tangan dan informasi mengenai sejarah ASEAN di tenda besar. Acara ini terbuka untuk umum dan gratis.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Fahrul Rozi, KPK Kemenparekraf

Read more...

Sabtu, 29 Oktober 2011

Enam Permasalahan Utama Pengembangan Ekraf Indonesia

Pengembangan ekonomi kreatif (ekraf) Indonesia masih terhalang berbagai persoalan. Apa saja? Dan bagaimana model pengembangannya?

Ada enam permasalahan utama yang dihadapi pemerintah Indeonesia dalang mengembangkan ekraf yakni kuantitas dan kualitas SDM, iklim kondusif untuk memulai dan menjalankan usaha, penghargaan atau apresiasi, percepatan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi, ketersediaan bahan baku, dan pembiayaan.

SDM ekraf Indonesia belum memadai baik dalam jumlah maupun mutu. Umumnya masih belajar secara otodidak, bukan diciptakan institusi-institusi pendidikan formal maupun informal. Kendala lainnya, SDM-nya masih terkonsentrasi di kota tertentu.

Iklum belum cukup kondusif dalam hal memulai dan menjalankan usaha, aktivitas ekspor-impor, hak kekayaan intelektual, dan perpajakan, khususnya pada usaha start-up.

Apresiasi atau penghargaan masyarakat terhadap produk kreatif Indonesia masih rendah. Termasuk apresiasi terhadap insan kreatif.

Penetrasi, infrastruktur, dan regulasi teknologi informasi belum oiptimal mendukung industri kreatif. Selain itu bahan baku terutama untuk industri fesyen dan kerajinan masih sering terkendala kelangkaan, dan harganya kerap berfluktuasi.

Dan terakhir lembaga pembiayaan belum cukup baik mem-valuasi bisnis industri kreatif, akibat informasi yang asimetris. Dia tambah pelaku kreatif sulit memperoleh pinjaman modal.

Untuk mengembangkan ekraf Indonesia, pemerintah menerapkan 6 model yakni People dalam hal ini individu-individu atau SDM yang kreatif; Industry atau kumpulan dari perusahaan yang bergerak di dalam sektir industri kreatif; dan technology yakni enabler untuk mewujudkan kreativitas inbdividu dalam bentuk karya nyata.

Selain itu Resources atau input selain kreativitas dan pengetahuan individu yang dibutuhkan dalam proses kretatif seperti SDA, lahan dan bahan baku; Institution yakni tatanan sosial, public places & space (norma, nilai, kebijakan, dan hukum) yang mengatur interaksi antarmanusia; dan Financial Intermediary atau embaga intermediasi keuangan.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Enam Alasan Mengapa Pemerintah Mengembangkan Ekraf

Pemerintah Indonesia kian bersemangat mengembangkan ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari SDMnya sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya atau biasa disebut ekonomi kreatif (ekraf). Ini dibuktikan dengan terbentuknya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang salah satu tugas utamanya mengembangkan ekraf. Mengapa?

Ada enam alasan mengapa pemerintah makin gencar mengembangkan Ekra; pertama, karena ekraf memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan.

Kendati ekraf masih menjadi ekonomi baru bagi Indonesia, namun sektor ini sudah berkontribusi bagi perolehan pemasukan bagi negeri ini. Kontribusi PDB ekraf selama 2002-2010 dari industri kreatif mencapai 7,74 % dibawah sektor Industri pengolahan sebanyak 23,91%, Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (14,41%), Perdagangan, Hotel, dan Restoran (12,07%), Pertambangan dan Penggalaian (10,21%), dan Jasa Kemasyarakatan (9,75%). Atau berada di atas Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (0,89%), Pengangkutan dan Komunikasi (6,27%), Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan (7,04%), dan Kontruksi (7,71%).

Kedua, ekraf menciptakan iklim bisnis yang positif. Buktinya dari lapangan usaha yang diberikan ekraf selam periode tersebut mencapai 6,77 % dengan menyerap tenaga kerja sebesar 7, 75%.

Ketiga, ekraf dapat membangun citra dan indentitas bangsa. Pembangunan citra Indonesia (national branding) dapt diciptakan dengan pengembangan ekraf.

Keempat, ekraf berbasis pada sumber daya yang terbarukan.

Kelima, ekraf dapat menciptakan inovasi dan kreativitas yang kenjadi keunggulan kompetitif sebuah bangsa.

Dan keenam, ekraf dapat memberikan dampak sosial yang positif.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Rabu, 26 Oktober 2011

Kuliner Bakal Dimasukkan Dalam Industri Kreatif

Pamor Kuliner Indonesia kedepan dipastikan bakal kian berkilau. Pasalnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan memasukkan kuliner sebagai salah satu bagian dari industri kreatif yang dibawahi kementerian baru ini.

“Kita ingin memasukkan kuliner di dalam pengembangan ekonomi kreatif. Saya lihat kuliner belum masuk ke ekraf padahal kuliner ini erat kaitannya dengan industri kreatif selain pariwisata,” tegas Menparekraf Mari Elka Pangestu di Jakarta, Rabu (26/11/2011).

Kata Marie, kuliner itu bisa menjadi pintu masuk yang potensial dan penting dalam menjaring wisatawan baik nusantara maupun mancanegara ke Indonesia, diluar atraksi budaya dan kecantikan alam.

“Kalau saya sebagai wisatawan, pasti kalau ke tempat manapun yang saya cari pasti makanannya," akunya.

Menurut Mari lagi, berdasarkan survey mengenai alasan wisatawan mancanegara menjadikan Indonesia sebagai tempat liburan favorit, salah satunya karena makanannya.

Industri kreatif yang berada dibawah penanganan Kemenparekraf antara lain film, musik, seni pertunjukan, periklanan, arsitektur, desain, IT & software, game & interaktif, fashion, kerajinan, dan pasar barang seni. Sedangkan kuliner belum termasuk di dalamnya.

Dengan memasukkan kuliner sebagai bagian industri kreatif, dipastikan kuliner Indonesia bukan hanya semakin naik daun pun dapat menjaring wisnus maupun wisman.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Inilah 3 Tugas Utama Kemenparekraf

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu yang kini menjadi nahkoda kapal besar bernama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama jajarannnya mengemban 3 (tiga) tugas utama. Apa saja?

Tiga tugas utama Mari bersama jajarannya itu adalah mengembangkan ekonomi kreatif, mensinergikan pariwisata dengan ekonomi kreatif, dan mengangkat citra Indonesia (nation branding). Ini disampaikan langsung Mari saat bertatapmuka dengan sejumlah media di Jakarta, Rabu (26/11/2011).

Kendati ini bukan kementerian baru tapi menurut Mari tetap seperti kementerian baru karena mendapat tugas baru. Untuk menjalankan tugas pertama dan kedua yakni mengembangkan ekonomi kreatif dan mensinergikan pariwisata dengan ekonomi kreatif, harus dibentuk lembaga atau organisasi baru.

Sekarang masih dalam proses, penyusunan organisasi baru. “Kami sudah raker dengan Komisi X DPR untuk membahas ini. Dan kita diberi waktu 3 minggu kedepan untuk merampungkan organisasi baru ini. Harapan kami dan DPR per 1 januari 2012 kementerian ini sudah berjalan dengan organisasi yang baru,” jelasnya.

Dalam kelembagaan baru ini, jelas akan membunyikan ekraf. Oleh karenanya nanti akan dibuat dua Direktorat jenderal (Ditjen) baru yakni Ditjen Pengembangan Ekonomi Kreatif dan juga Ditjen Industri Pariwisata dan Budaya. Atau pilihan lain cukup penambahan satu yakni Ditjen Industri Kreatif. "Semua itu masih dalam penggodokan," jelasnya.

Selain itu, lajut Mari, juga harus membuat rencana strategis (renstra) untuk kementerian yang baru ini. “Targetnya sebelum akhir tahun ini harus selesai. Kalau tidak dibuat renstra, kita tidak bisa menjalankan program kerja kementerian ini dengan optimal,” terangnya.

Ekraf di kementarian ini, lanjut Mari menjadi leading sector. “Tidak tumpang tindih dengan program kerja yang ada di kementerian lain. Tugas kita mengkordinasi biar berjalan sinergis sampai 2014,” paparnya. Kementerian ini juga membawahi industri-industri kreatif seperti musik, seni pertunjukan, film, seni rupa, desain, dan lainnya.

Kata Marie, sebenarnya pemerintah dalam menyusun kementerian baru ini sudah memikirkan bahwa ada link yang kuat antara pariwisata dan ekraf. “Jadi dalam pelaksanaannya tidak terpisah atau berdiri sendiri-sendiri. Industri pariwisata itu sendiri merupakan konsumen dari industri kreatif seperti kerajinan tangan, pembangunan atau pendesaian hotel, resort, yang melibatkan arsitek dan desainer. Belum lagi seni pertunjukan, seni rupa, kuliner, dan lainnya,” ujarnya.

Dan untuk menjalan tugas ketiga yakni mengangkat citra Indonesia salah satunya dengan pengembangan ekraf. Bila pencitraan Indonesia terangkat, lanjut Mari dengan sendirinya wisatawan mancanegara akan banyak berdatangan ke sini. “Industri kreatif sangat bisa mengangkat citra Indonesia, jelasnya.

Mari memberi contoh salah seorang desainer Indonesia berhasil merancang busana buat artis dunia Lady Gaga hingga mengangkat imej positif Indonesia ke dunia. Begitupun dengan perancang tas yang dikenakan Paris Hilton yang ternyata berasal dari Indonesia.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko

Read more...

Bukan Kemparektif, Kemparekre atau Kemparekretif Tapi KEMENPAREKRAF

Sejak Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata atau biasa disingkat Kemenbudpar berganti nama menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, belum ada kepastian bentuk baku kependekkannya. Ada yang menyingkatnya Kemparektif, Kemparekre, dan atau Kemparekretif. Namun kini, singkatannya dipastikan menjadi Kemenparekraf.

Kepastian kependekan itu disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu kepada sejumlah media yang tergabung dalam forum wartawan yang masih berlabel Forbudpar atau forum wartawan kebudayaan dan pariwisata di Jakarta, Rabu (26/11/2011).

“Singkatan ekraf terdengar pas seperti craft yang berarti kerajinan tangan yang merupakan salah satu bentuk produk ekonomi kreatif," jelasnya.

Jadi mulai saat ini jangan salah menyingkat label kementerian baru yang berperan selain memajukan sektor pariwisata juga mengembangkan ekonomi kreatif ini.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Tri Akbar Handoko

Read more...

Pesona Borneo 2011 Digelar di Balikpapan


Mau berwisata ke Balikpapan sekaligus menikmati suguhan aneka budaya 4 provinsi yang ada di Kalimantan? Datang saja saat penyelenggaraan Pesona Borneo 2011 yang akan berlangsung selama dua hari pada 28-29 Oktober di Mall Super Blok, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Selain carnaval budaya yang antara lain menampilkan tari-tarian dan kesenian Dayak, Melayu, Banjar dan suku lain yang ada di Kalimantan, event yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Disparekraf Prov Kaltim dan Kota Balikpapan ini juga menyuguhkan pameran dan konser musik.

Pameran akan diikuti Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari sejumlah daerah se-Kalimantan dengan memamerkan antara lain aneka kerajinan tangan khas Kalimantan dan aneka produk kreatif rakyat lainnya.

Sedangkan konser musiknya akan menampilkan artis ibukota antara lain penyanyi dangdut Eri Susan dan vokalis rock Andy riff.

Direktur Promosi Dalam Negeri, Kemparekraf M. Faried mengatakan pelakasanaan Pesona Boreno 2011 ini bertujuan untuk menjadikan Pulau Kalimantan sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata unggulan di Tanah Air.

“Lewat event bertema “Melalui Pesona Borneo Kita Tingkatkan Kunjungan Wisatawan ke Kalimantan” ini, diharapkan dapat menjaring wisman dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam,” terangnya di Jakarta, Selasa (25/10/201).

Kabid Wilayah Kalimantan, Kemenparekraf Diana menambahkan Pesona Borneo 2011 ini baru kali pertama digelar, dan rencananya akan menjadi event 2 tahunan. “Lokasi penyelenggaraannya bergantian di tiap provinsi di Kalimantan,” jelasnya.

Salah satu alasan mengapa Balikpapan terpilih menjadi lokasi Pesona Borneo pertama ini karena memiliki 3 faktor pendukung yakni ketersediaan akomodasi, penerbangan langsung dari dalam dan laur negeri serta adanya obyek wisata.

“Balikpapan memiliki banyak hotel berbintang, dan sudah ada penerbangan langsung dari Malaysia dan Singapura serta sejumlah obyek wisata yang ada di dalam maupun sekitarnya, seperti obyek wisata Hutan Bukit Bengkirai,” terang Faried lagi.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 20 Oktober 2011

Prosfek Pariwisata Indonesia Dibawah Mari dan Sapta



Terlalu dini memang menilai apakah sektor pariwisata Indonesia di bawah kepemimpinan baru Mari Elka Pangestu sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dengan Sapta Nirwandar selaku wakilnya bakal meningkat signifikan atau justru menurun dalam periode 3 tahun kedepan. Tapi tak ada salahnya memprediksi kemampuan pasangan ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya termasuk latar belakangnya.

Ketika nama Mari Elka Pangestu disebut sebagai Menparekraf terlihat ada dua kubu yang berbeda pendapat. Kubu pertama menyambut baik sosok Mari dengan alasan sudah berpengalaman dan menguasai bidang pariwisata. Namanya pun sudah mendunia dengan point lebih menguasai bahasa internasional secara fasih.

Kalangan pelaku usaha wisata di Bali misalnya merasa yakin pariwisata Indonesia di tangan Mari mampu meningkatkan kunjungan wisatawan. Dengan catatan Mari harus mampu meningkatkan citra pariwisata Indonesia ke dunia internasional, meningkatkan kerjasama dengan stakeholder kepariwisataan antara lain menggandeng pelaku industri pariwisata untuk mendorong pengembangan sektor pariwisata dan memperbanyak dialog dengan stakeholder. Juga tak kalah penting menaikkan anggaran promosi pariwisata.

Kubu lain justru menilai sosok Mari di sini kurang pas. Terutama untuk sektor pariwisata. Tapi untuk bidang ekonomi kreatif, dia dinilai punya kans untuk memajukannya mengingat punya latar belakang sebagai Menteri Perdagangan selama 7 tahun dengan blue print tentang ekonomi kreatifnya sejak tahun 2008. Kedati selama memimpin Kementerian Perdagangan, mantan ekonom ini kerap dikritik karena dinilai tak mampu mempertahankan keseimbangan neraca perdagangan dengan China.

Ada kesan pesimistis pariwisata Indonesia bakal maju di tangan Mari. Tapi oleh SBY, dia didampingi Sapta Nirwandar dari kalangan profesional yang cukup sukses memasarkan pariwisata Indonesia sebelumnya sebagai Dirjen Pemasaran Kemenbudpar. Kolaborasi antara Mari yang lebih menguasai ekonomi kreatif dengan Sapta yang memahami benar pemasaran pariwisata, menjadi modal kuat memajukan kedua sektor ini.

Kubu yang meragukan Mari berharap penunjukannya sebagai Menparekraf bukan seperti membeli kucing dalam karung. Bukan pula sekadar simbol melainkan pekerja keras yang berhasil memajukan pariwisata Indonesia dan menjadikan bermacam sumber ekonomi kreatif sebagai mesin devisa negara.

Peran Media
Nilai lebih Mari dan Sapta diprediksi bukan saja dapat menyamai target jumlah wisman tahun lalu 7 juta tapi juga mampu melampaui target sekarang 7,7 juta wisman.

Dengan catatan, Mari harus mengikuti salah satu gaya kepemimpinan menteri sebelumnya yakni Jero Wacik yang rajin mengandeng media baik online, cetak maupun elektronik dalam setiap kegiatannya sehingga terekspose, sebagaimana dilakukan Sapta Nirwandar. Dengan kata lain, Mari harus berani NARSIS seperti Jero Wacik sehingga kinerjanya diketahui masyarakat dan tentu saja bos-nya yakni SBY.

Mari harus memperlakukan media yang selama ini bekerjasama dengan Kemenbudpar dengan adil. Dengan kata lain tidak pilih-pilih, baik online, cetak maupun elektronik asalkan media tersebut terbukti konsen dan loyal mengupas kepariwisataan selama ini.

Gaya Naris Jero Wacik sewaktu menjabat Menbudpar memang baik tapi kekurangannya dia selalu menanyakan mana TV-nya sewaktu diwawancari para awak media di berbagai kesempatan. Seolah Jero Wacik hanya butuh media TV, padahal yang selama ini berperan besar memberitakan sepak terjangnya justru media online dan cetak.

Mari juga harus merubah pola pikir dan pola kerja anak buahnya mulai dari dirjen, direktur dan seterusnya ke bawah yang belum semuanya memiliki kesadaran akan pentingnya menggandeng media terkait sebanyak-banyaknya dalam setiap kegiatan. Alhasil kinerja dan promosi pariwisatanya ada yang kurang terdengar.

Sebagus apapun program kerja yang dibuat Mari kedepan, tak akan terdengar apalagi berkilau bila tak mengikutsertakan sebanyak mungkin peran media terkait dalam setiap kegiatannya. Rasanya Mari paham mengenai hal ini, terlebih didampingi Sapta yang selama ini sangat baik bekerjasama dengan sejumlah media khusus bidang budpar dalam setiap program kerjanya. Dan bila ini terus dilakukan serta ditingkatkan, Mari dan Sapta pasti mampu unjuk gigi sekaligus menepis keraguan itu.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplusyahoo.com)
Ketua Forbudpar (Forum Wartawan Kebudayaan dan Pariwisata)

Read more...

Rabu, 19 Oktober 2011

Ekonomi Kreatif Sumbang Rp 140 Triliun buat Perekonomian Indonesia


Sektor ekonomi kreatif kini mendapat perhatian lebih dari pemerintah Indonesia. Buktinya khusus bidang ini ada kementerian yang menanganinya yang digabung dengan pariwisata yakni Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Rakyat atau disingkat Kemenparekraf. Ekonomi kreatif ini memiliki kontribusi 7,6 persen terhadap perekonomian atau sekitar Rp 140 triliun.

Mari Elka Pangestu yang kini dipercaya SBY menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menyambut baik bidang ekomoni kreatif diatur khusus dalam satu kementerian. Dia mengaku siap memajukan ekonomi kreatif karena memiliki kontribusi lumayan bagi perekonomian Indonesia.

“Ekonomi kreatif juga mengontribusi ekspor 10 persen, dan mampu menampung tenaga kerja 7,7 juta atau 7 persen dari total tenaga kerja di Indonesia,” jelasnya usai dilantik menjadi Menparekraf di Jakarta.

Untuk bidang ekomomi kreatif, Mari mengaku sudah punya pengalaman sejak menjadi Menteri Perdagangan. “Urusan ekonomi kreatif ini sudah dibuat cetak biru pada 2008, “akunya.

Untuk mengurus ekonomi kreatif, lanjutnya diperlukan direktorat baru agar keberadaannya di kementerian baru ini jelas. "Kemungkinan besar harus ada Dirjen Ekonomi Kreatif," ujarnya.

Menurutnya lagi, tugas barunya ini merupakan tantangan baru terlebih ada sektor pariwisatanya yang sudah berkembang baik.

Yang pasti dia berpendapat kementerian baru yang mengelola ekonomi kreatif ini merupakan sesuatu yang luar biasa. “Ini menandakan kesungguhan Presiden SBY dalam memajukan sektor ekonomi kreatif," tambah Mari yang hari Rabu ini (19/10/2011) menerima Serah Terima Jabatan (Sertijab) sebagai Menparekraf dari Menbudpar Jero Wacik yang semula menjabat Menbudpar dan kini menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Dok Pusat Komunikasi Publik, Kemenparekraf

Read more...

Selasa, 18 Oktober 2011

Lautan Manusia Saksikan Kirab Pengantin Keraton




Lautan manusia tumpah ruah di sepanjang Jalan Malioboro dari titik Nol Kilometer hingga Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (18/10/2011). Tujuan mereka satu, ingin menyaksikan kirab pengantin Keraton Yogyakarta yang pagi tadi resmi menjadi pasutri.

Yang hadir bukan cuma warga Jogja dan sekitarnya pun wisnus dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa serta sejumlah wisman yang sengaja datang untuk mengabadikan kirab tersebut.

Beberapa pasang turis bule, ikut berdesak-desakan dengan ribuan warga jogja. Mereka tak mau kalah dengan puluhan fotografer dari berbagai media lokal, nasional maupun internasional untuk mengabadikan kirab tersebut.

Pasukan pengawal kereta kuda yang membawa pengantin baru keraton yang dijadualkan melewati ruas jalan itu pada pukul 15.00 WIB baru dapat berjalan perlahan dan susah payah pukul 17.00 WIB. Pasalnya mayarakat yang datang berduyun-duyun sejak pukul 13.00 itu memadati seluruh bagian jalan utama. Bahkan banyak di antaranya yang menaiki beberapa bangunan di sepanjang Malioboro, termasuk pohon besar, tiang, dan beberapa bagian atap toko.

Saking menyemutnya manusia, berjalan saja susah. Tak ayal beberapa orang pingsan. Untunglah ada Tim PMI dengan mobil ambulance di seberang Benteng. Jelang sore itu, sepertinya semua warga Jogja keluar rumah dan memenuhi sepanjang ruas jalan tersebut.

Melihat menyemutnya manusia, sejumlah toko di Malioboro memilih tutup untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kerusuhan dan lainnya. Kesempatan itu digunakan para karyawanya untuk menyaksikan kirab. Ternyata tak terjadi apa-apa. Kirab berjalan aman kendati tersendat-sendat akibat luapan manusia.

Sementara beberapa pedagang kaki lima di sepanjang Malioboro mengaku justru omset dagangannya menurut akibat kirab tersebut. “Lebih rame kemarin, sekarang manusianya saja yang menyemut tapi bukan untuk belanja,” kata Anto (35), salah seorang pedagang batik kaki lima di ujung Malioboro.

Nasib beruntung justru menimpa Dono (42), pedagang aneka minuman. Sejak siang, dagangannya laris diburu masyarakat yang kehausan dan kepanasan. Maklum hari ini matahari Jogja begitu terik.

Saking teriknya, beberapa orang tak kuat dan memilih keluar dari kerumunan. Tapi ketika rombongan pengantin memasuki Jalan Malioboro, kontan mereka kembali berdesak-desakan ingin melihat sang pengantin atau sekadar melambai-lambaikan tangan ke arah pengantin.

Mas Ubai atau Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara yang kini resmi menjadi suami Jeng Rini atau Gusti Kanjeng Ratu Bendara, nampak lebih sumringah dan selalu mengembangkan senyum lebarnya serta lebih rajin membalas lambaian tangan masyarakat ketimbang istrinya. Dia pun mendapat sambutan hangat perempuan baik para gadis muda maupun kaum ibu, seraya meneriakkan namanya. Dia seolah menjadi idola baru kaum perempuan di Jogja bahkan negeri ini.

Yang menarik, masyarakat Jogja menyediakan ratusan makanan angkringan di Jalan Malioboro untuk pengunjung. Sekurangnya ada 150 gerobak angkringan dan mie ayam. Tentu saja jumlah itu tak sepadan dengan kerumunan orang yang diperkiraan jumlahnya mencapai ratusan ribu orang.

Melihat antusias warga Jogja dan sekitarnya termasuk turis lokal dan mancanegara menyaksikan kirab pengantin baru ini, sepertinya tak kalah meriahnya dengan kirab perkawinan Pangeran William dan Kate di London beberapa bulan lalu.

Di titik Nol Kilometer, rombongan kirab putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X ini dihibur dengan serangkaian kesenian. Selepas kirab, pengantin langsung menggelar resepsi pernikahan di Keraton Ngayogyakarta.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Minggu, 16 Oktober 2011

Menyongsong Visit Aceh 2013


Guna menyongsong Visit Aceh 2013, Pemprov Aceh tengah sibuk menggodok Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)-nya. Beberapa acara pun digelar sebagai awal persiapan memasuki gerbang baru pariwisata Aceh dua tahun kedepan itu. Apa saja yang telah dan akan dilakukan?

Sebelumnya Pemprov Aceh menggelar Rampoe Aceh Festival 2011 yang memperlombakan tiga kesenian tradisional Aceh yakni Saman, Seudati, dan rapai geleng pada 17-20 September lalu. Festival yang baru pertama kali digelar Disbudpar Aceh ini diikuti 19 kabupaten dari 23 kabupaten dan kota di Aceh.

“Festival Rampoe ini bertujuan melestarikan kesenian tradisional Aceh dalam bentuk festival,” jelas Rasyidah M. Dallah, Kadisbudpar Aceh di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Banda Aceh, beberapa waktu lalu.

Rencananya festival ini akan digelar setiap tahun. “Tahun depan bisa jadi yang dilombakan jenis kesenian tradisional Aceh lainnya,” ujarnya.

Di bulan Oktober, sudah digelar pemilihan duta wisata tingkat provinsi. Dan bulan berikutnya, tepatnya 26 November 2011 akan ada Seminar Tun Sri Lanang yang akan diikuti sekitar 400 orang dari Indoensia dan Malaysia. “Seminar internasional dua negara ini akan didukung Kemenbudpar. Dan rencananya akan dibuka oleh Menbudpar Jero Wacik,” jelasnya.

Tun Sri Lanang , tambah Rasyidah merupakan raja pertama kerajanaan Samalanga, di Kabupten Bireun, Aceh yang berasal dari Melayu Johor, Malaysia. Nama aslinya Tun Muhammad, bendahara di Kerajaan Johor. Dia diangkat menjadi raja pertama Samalanga pada tahun 1615. Dia berjasa menjadi perekat erat hubungan antara Aceh dengan Malaysia. Sisa peninggalannnya ada di Kabupaten Bireun, sekitar 5 jam dari Banda Aceh.

Wisman yang paling banyak ke Aceh, lanjut Rasyidah masih wisatawan asal Malaysia. “Mereka umumnya berwisata kuliner dan tur tsunami di Banda Aceh dan berwisata sejarah ke peninggalan Tun Sri Lanang,” ungkapnya.

Pada 26 Desember 2011 akan digelar acara peringatan mengenang Tsunami selama satu hari di Banda Aceh. Acaranya diisi dengan tauziah dan tahlilan untuk mengenang kejadian tsunami 26 Desember 2004. “Acara ini digelar setiap tahun dan tahun ini perayaan yang ketujuh. Tahun 2012 nanti merupakan peringatan tsunami yang kedelapan atau sewindu,” paparnya.

Banyak wisatawan yang datang dari luar Aceh untuk mengikuti acara ini sekaligus ingin melihat Aceh setelah tsunami. “Biasanya pengunjung beriwisata ke obyek-obyek tsunami memorial dan berziarah ke kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheu, Banda Aceh dan Gampong Siron Lambaro, Kabupaten Aceh Besar,” terangnya.

Mengenai RIPPDA Aceh, lanjut Rasyidah sampai saat ini masih sedang digodok dan tahun depan rencana selesai. “Sabang sudah masuk kawasan strategis nasional, kita juga masukan sebagai salah satu andalan wisata Aceh dalam RIPPDA,” jelasnya.

Tidak hanya Sabang. Masing-masing kabupaten dan kota juga disarankan mengusulkan obyek wisata andalannya. “Wisata sejarah dan bahari memang di Sabang, kuliner di Banda Aceh dan Pucuk Jaya, sedangkan Takengon, Aceh Tengah untuk agrowisata seperti jeruk keprok, markisa, alpukat, dan aneka sayuran,” jelasnya.

Kata Rasyidah lagi, pariwisata Aceh lebih berkembang daripada sebelum tsunami. “Gubernur Aceh sekarang, Irwandi sangat mendukung sektor pariwisata. Rencana 2013 akan ada Visit Aceh,” tegasnya.

Untuk event Visit Aceh 2013, Disbudpar Aceh sudah membuat surat ke Kemenbudpar pusat di Jakarta untuk memberi dukungan. “Kami juga sudah membuat surat ke seluruh bupati untuk menyiapkan daerahnya dalam menyambut Visit Aceh 2013,” akunya.

Kalau tidak ada halangan, launching Visit Aceh 2013 akan diadakan pada tahun 2012. “Dalam waktu dekat ini, kami akan mengadakan rapat dengan seluruh kabupaten dan kota untuk meminta saran-saran bagaimana sebaiknya mempersiapkan daerahnya dalam menyambut event besar ini,” jelasnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Ketika Putri Raja Jogja Menikah


Minggu pagi (16/10/2011), suasana Jogja terasa berbeda. Prosesi awal pernikahan agung putri Sri Sultan HB X, GKR Bendara dengan pria kalangan biasa Ahmad Ubaidillah yang kini bergelar KPH Yudanegara berlangsung di Keraton Ngayogyakarta. Masyarakat Indonesia bahkan dunia pun sejenak tertuju pada perhelatan sakral ini.

Sebagaimana anak-anak raja di negara lain, setiap melangsungkan pernikahan selalu saja menyita perhatian bukan saja seluruh bangsanya pun masyarakat dunia.

Contoh pernikahan yang disebut-sebut terbesar sepanjang sejarah antara Pangeran William putra raja Inggris dengan Kate Middleton, Sabtu, 29 April 2011 lalu di Westminster Abbey, London yang disaksikan miliaran orang dari seluruh penjuru dunia.

Kini giliran putri Sri Sultan HB X, raja dari Kesultanan Jogja yang menguras perhatian bukan saja warga Jogja pun Indonesia bahkan dunia. Mengapa?

Keraton Jogja dengan segala isinya, termasuk sang sultan, keluarga dan anak-anaknya, bukan hanya menjadi simbol sejarah dan budaya masyarakat Jogja, pun lambang jati diri, kebanggan sekaligus harapan. Tanpa semua itu, Jogja timpang. Bisa jadi hilang karakternya.

Keistimewaan lain, pernikahan ala Keraton Jogja ini amat sarat dengan budaya tradisional khususnya budaya Jawa Jogja yang sudah barang tentu tak dapat ditemukan di keraton lain atau bahkan di belahan dunia manapun.

Ada upacara plangkahan dan ngabekten untuk mempelai perempuan dan upacara nyantri untuk pengantin pria. Dalam Plangkahan yang digelar Minggu pagi, diserahkan bermacam perhiasan, tas, sepatu, dan dompet juga setangkep pisang sanggan sebagai bentuk syarat plangkahan.Dilanjutkan dengan upacara ngabekten yakni pengantin perempuan sungkem kepada Sri Sultan HB X dan GKR Hemas.

Juga akan ada persembahan Tari Bedoyo yang ditarikan penari perempuan dan juga Tari Lawung Ageng yang dibawakan 15 penari pria dengan membawa lawung atau tombak.

Yang menarik dan dipastikan bakal ditunggu-tunggu masyarakat juga wisatawan adalah kirab pengantin dengan 5 kereta kuda untuk membawa kedua mempelai dengan kerabatnya dari keraton melewati Alun-alun Utara sisi Barat, ke Utara membelah Jalan Malioboro menuju Kepatihan.

Kereta Kuda Jong Wiyat peninggalan Sultan Hamengku Buwono VII akan dipakai pengantin. Sementara keluarga pengantin akan naik Kereta Kuda Kyai Permili, Kyai Roto Biru, Kyai Kus Cemeng, dan Kyai Kus Ijem. Semua itu hanya ada di Jogja, ya cuma khas Keraton Jogja.

Kentalnya adat Jawa ditambah semangat masyarakat Jogja yang begitu tulus mencintai rajanya, keluarga dan keratonnya, itulah yang membuat Keraton Jogja ini terasa begitu kokoh hingga kini meski dibombardir budaya global dari segala penjuru arah.

Sekalipun ada banyak pernikahan besar yang digelar anak-anak raja dari kerajaan lain baik di dalam maupun di luar negeri, termasuk pernikahan megah para selebritis tersohor dan anak konglomerat sekalipun, tetap saja pernikahan putri sultan dari Keraton Jogja ini punya pesona berbeda. Budaya Jawa Keraton, itulah yang membedakannya.

Wajar bila masyarakat negeri ini bahkan dunia ingin melihat dan mengabadikannya. Boleh dibilang, pernikahan gaya Keraton Jogja ini punya nilai jual tinggi dan bermagnet kuat menjaring wisatawan baik lokal, Nusantara maupun wisatawan mancanegara.

Menyedot Wisatawan
Prosesi pernikahan sang putri raja Jogja ini dimulai sejak Minggu pagi (16/10/2011) sampai dengan Rabu (19/10/2011). Puncak acaranya yakni akad nikah dan resepsi berlangsung pada Selasa (18/10/2011). Pada kirab kereta kuda yang membawa pengantin dan kerabatnya, Jalan Malioboro akan ditutup untuk kendaraan.

Untuk memeriahkan acara tersebut akan ada 150 angkringan yang bakal menjamu masyarakat dan pengunjung di Alun-Alun Utara dan Selatan serta di sepanjang Jalan Malioboro. Angkringan kali ini juga sebagai salah satu bentuk partisipasi warga Jogja terhadap hajatan rajanya.

Pernikahan putri sultan ini diprediksi bakal menyedot wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara, mengingat acara spesial ini terbilang langka karena bukan event tahunan yang dapat dilihat setiap tahun.

Melihat kekhasan royal wedding salah satu kerajaan tersohor di negeri ini, rasanya sayang jika Anda lewatkan. Datang saja ke Jogja dan nikmati suasana pernikahan putri sang raja yang juga menjadi bagian dari simbol kekuatan dan kebanggaan warga Jogja.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Sabtu, 15 Oktober 2011

Pagelaran ke-50 Paguyuban Puspo Budoyo Dapat Rekor MURI



Ada yang spesial dari pagelaran emas ketoprak ke-50 yang bawakan Paguyuban Puspo Budoyo (PPB) di Hall Senayan City, Jakarta, Jumat malam, (14/10/2011). Sebelum pementasan, Jaya Suprana memberikan rekor MURI bahkan dunia kepada Luluk Sumiarso selaku pendiri dan pembina PPB.

“Ini bukan cuma MURI tapi rekor dunia,” kata Jaya Suprana yang malam itu mengenakan pakaian serba putih intk kali pertama karena selama ini lelaki tambun itu selalu berpakaian serba hitam setiap kali memberikan rekor MURI.

Alasan Jaya Suprana memberikan rekor MURI bahkan dunia tersebut kepada Luluk Sumiarso dengan PPB yang didirikannya pada 6 Agustus 2003, karena dinilainya telah berjasa meneguhkan esksistensi kesenian rakyat tradisisonal Indonesia dan mempoluperkannya ke masyarakat.

PPB dengan sejumlah tokoh masyarakat juga telah berhasil menggelar pagelaran bermacam kesenian seperti ketoprak, wayang orang, ludruk, dan lenong di dalam dan luar negeri.

Di mancanegara, PPB sudah berpartisipasi mengikuti Festival Foklore International antara lain di Festival Folklore di Schagen Belanda, di Valencia Spanyol, di Lefkada dan Agrinio Yunani, dan International Foklore Festival “Desde el fin del mundo” di Chile.

Bukan cuma itu, pada 6 Agustus 2009 lalu bertepatan dengan HUT PPB yang ke-6, Luluk mendirikan Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo yang menampung sekitar 130 orang anak didik berusia 5-14 tahun untuk belajar seni musik tradisional angklung, kolintang, gamelan, rampak gendang, tari nusantara, vokal Jawa, dan lainnya.

“Dia (luluk Sumiarso), satu-satunya dari sedikit pejabat yang sangat peduli dengan pengembangan kesenian tradisional Indonesia,” terang Jaya Suprana sebelum menyerahkan sertifikat Rekor MURI kepada Luluk.

Pagelaran emas ke-50 yang mengambil judul “Adeg ing Nagari Indonesia” dengan konsep Ketoprak Guyonan Campur Tokoh ini mengambil tema perjalanan kancah perjuangan putra Nusantara untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara dari penindasan penjajahan dan mempertahankan tanag pusaka Nusantara sampai akhirnya medeka.

“Kami mengangat tonggok-tonggak sejarah mulai dari cerita sejarah Mataram Kuno, perang kemerdekaan, peran wanita, berdirinya organisasi modern Budi Utomo, Sumpah Pemuda, penjajahan Jepang, persiapan kemerdekaan Indonesia dan puncaknya adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta,” kata Luluk.

Pada pagelaran kali ini, Luluk berperan sebagai RM Ontowiryo atau lebih dikenal sebagai Pangeran Diponogoro yang sukses menerapkan perang gerilya atau perang jawa untuk melawan Belanda pada masa 1925-1930.

Pagelaran emas ke-50 yang juga disponsori Senayan City, PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Djarum Foundation, PT Hutama Karya (Persero), PT Mustika Ratu dan lainnya ini tampil lebih menarik dengan visual berupa potongan film yang menjadi latar belakang panggung.

Selain dialog, pageran kali ini juga diisi dengan tari untuk memperkuat alur cerita dan tentu saja guyonan khas ketoprak sebagai bumbu hiburan.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Speedy Promosikan Wisata Lewat Balap Sepeda




Disamping mempromosikan internet cepat Speedy, lomba balap sepeda Speedy Tour d’Indonesia (STdI) 2011 yang digelar PT Telekomunikasi Indonesia bekerja sama dengan Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia juga bertujuan mempromosikan pariwisata Indonesia. Ini dibuktikan dengan menambah 2 etape baru di Bali.

STdI ke empat yang belum lama ini sukses digelar pada 2-13 Oktober 2011 dengan jarak sekitar 1.349,4 Km juga menjadi ajang promosi pariwisata khususnya Bali. Pasalnya dari 10 etape dari Jakarta-Bali, 2 etape-nya merupakan etape baru yakni etape 9 Gilimanuk-Kintamani sepanjang 137,7 Km dan etape 10 Kintamani-Renon (Denpasar) sejauh 97 Km.

Sebanyak 20 tim balap sepeda dari dalam dan luar negeri memperebutkan Piala Presiden RI dan uang total US$ 125.000 atau sekitar Rp1,16 milliar.

Sepuluh tim balap sepeda luar negeri berasal dari Australia, Iran, Hongkong, Belanda, Singapore, Malaysia dan German. Sedangkan sisanya 10 tim dari dalam negeri.

Yang menarik di etape 9, pemberian hadiah kepada para pemenang diberikan langsung oleh Menbudpar Jerok Wacik di pinggir jalan raya Kintamani, samping resto dan hotel Puncak Sari Lake View dengan latar belakang panorama Gunung dan Danau Batur.

“Etape ini menurut panitia termasuk etape berat, karena tanjakannya banyak. Kita manfaatkan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia, khususnya pariwisata di Kabupaten Bangli, Bali Utara,” kata Jero Wacik usai membuka Festival Budaya Batur pertama di dermaga penyeberangan Desa Kedisan, Danau Batur, Kintamani.

Jero Wacik yang mengenakan kaos merah berkerah bertuliskan Speedy menjelaskan bahwa adalah sekarang ini masa emas pariwisata Indonesia. “Seluruh event, termasuk olahraga balap sepeda sekaligus kita jadikan alat promosi pariwisata Indonesia,” tambahnya.

STdI merupakan perlombaan balap sepeda jalan raya terbesar di Indonesia yang masuk dalam kalendar resmi badan dunia United Cycliste Internationale UCI).

Pembalap Eric Sheppard dari Plan B Cycling Team keluar sebagai juara pertama StdI 2011 di Denpasar, Bali, Rabu, 12 Oktober 2011. Di posisi kedua Christoph Springer dari Germany Wurtternberg Team.

Untuk kategori pembalap Indonesia, Bambang Suryadi dari tim Polygon Sweet Nice raih juara pertama disusul Dani Lesmana dari tim yang sama, dan ketiga Bakdo Prilanji Fito dari tim WSP Management.

Pembalap Fabia Nappa dari Germany Wurtternberg Team menjadi raja tanjakan. Sedangkan gelar sprinter terbaik Mohammad Akmal Amrun dari Malaysian National Team.

Tim Indonesia, Polygon Sweet Nice mendapat predikat tim terbaik, disusul Hong Kong-China Team , dan tim Germany Wurtternberg di posisi ketiga.

Selain StdI, ada beberapa lomba sepeda yang juga menjadi ajang promosi pariwisata Indonesia antara lain lomba balap sepeda Tour d’Singkarang di Sumatera Barat dan Tour d’Borobudur di Jogja dan Jateng.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Ikut TIME Pasti Untung



Mau tahu kenapa banyak sellers dan buyers rajin mengikuti Tourism International Mart & Expo (TIME)? Jawabnya sudah pasti karena menguntungkan. Buktinya sejumlah sellers dari berbagai perusahaan di sektor pariwisata di dalam negeri dan beberapa buyers dari mancanegara kembali menjadi peserta TIME ke-17 yang digelar di Lampung, 12-14 Oktober 2011.

Kendati harus merogoh kocek 12 juta untuk membayar satu stand di TIME 2011, ternyata tak mengurangi minat sejumlah sellers dalam negeri untuk mengikuti kembali perhelatan pasar wisata berskala internasional ini. Bahkan banyak pendatang baru yang menjadi peserta, baik itu sebagai seller maupun buyer.

Sales Representative Manager PT Patra Jasa Bambang Supriyatno mengatakan sejak pertama kali digelar, Patra Jasa selalu ikut TIME karena menguntungkan sekalipun harus membayar stand sebesar Rp 12 Juta, belum biaya akomodasi, makan dan lainnya untuk karyawan yang ditugaskan menjaga stand.

Keuntungan yang dimaksud Bambang adalah terjadinya perjanjian dengan sejumlah buyers dari mancanegara. Pada hari pertama TIME 2011 di Ballroom, Hotel Novotel, Bandar Lampung ini sudah terjadi belasan perjanjian dengan bermacam buyers seperti dari Cina, Australia, Italia, Filipina, dan Korea.

Di TIME ini, dilanjutnya terjadi perkenalan dan tatap muka secara langsung dengan sesama sellers dan juga buyers. “Usai tukar-menukar kartu nama, lalu nanti kami follow-up agar terjadi komunikasi bisnis yang lebih real,” jelasnya.

Menurut Bambang yang paling menguntungkan justru buyers, karena mereka diundang panitia, serba gratis, mulai dari ongkos transportasi pergi-pulang, akomodasi sampai makan. “Lain halnya dengan setiap seller, harus menanggung semua biaya itu. Namun tetap menguntungkan bilang rajin menindaklanjuti hasil pertemuan dengan para buyer. Jika tidak, ya cukup sampai disitu, tukar kartu nama saja,” jelasnya.

Hal senada juga diutarakan Product Manager Pacto Ade Rachmadi, keuntungan menjadi alasan utama mengapa perusahaannya kembali mengikuti TIME 2011. “Setiap penyelenggaraan TIME, kami tak pernah absent,” akunya.

Menurutnya keuntungan dari mengikuti TIME sangat besar. Pada hari pertama TIME 2011 ini saja ada sejumlah perjanjian dengan sejumlah buyers dari Ceko, Jerman, India, Dubai dan Filipina. “Yang terpenting usai TIME, kita harus rajin mem-follow up semua buyer yang sudah melakukan perjanjian atau bertandang ke stand kami,” jelasnya.

Atmosfir TIME 2011 ini menurutnya rada sepi dibanding TIME sebelumnya di Lombok, namun tak mengurangi minat Pacto untuk mengikuti kembali TIME tahun-tahun berikutnya. “Tahun depan kami berencana ikut TIME lagi,” tegasnya.

Menurut Ade lagi, bila dibanding TIME di Lombok, venue TIME 2011 di Bandar Lampung ini lebih bagus. “Cuma kurang fasilitas pendukungnya, termasuk kurang banyak peserta buyers dan sellers-nya,” akunya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Plus Minus TIME 2011 di Lampung



Perhelatan Tourism International Mart & Expo (TIME) 2011 baru saja rampung di Lampung, tepatnya di Hotel Novotel, Bandar Lampung pada 12-14 Oktober 2011. Pasar wisata Indonesia ke-17 yang diikuti puluhan buyers mancanegara ini punya kelebihan sekaligus kekurangan dibanding penyelenggaraan TIME sebelumnya di Lombok, NTB. Apa saja plus minusnya?

Pemilihan Lampung sebagai tuan rumah menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta baik sellers dan buyers untuk mengikuti TIME 2011 ini. Para peserta pastinya mendapatkan atmosfir dan pengalaman baru, termasuk obyek wisata dan budaya Lampung. Terlepas apakah obyek wisata dan budaya yang dikunjunginya belum ataupun sudah dikemas dengan baik, aksesnya sulit ataupun mudah dijangkau dari pusat kota.

Lokasi Lampung yang cukup strategis dan dekat dengan Jakarta punya keuntungan tersendiri. Para peserta tak perlu membuang waktu untuk menjangkaunya. Dari Jakarta cuma 45 menit lewat udara dari Bandara Halim Perdana Kusuma dengan pesawat berbadan kecil Merpati M60, bahkan tak sampai 30 menit dari Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan pesawat berbadan besar seperti Garuda dan Batavia Airlines.

Kelebihan lain, provinsi paling Selatan di Pulau Sumatera ini memiliki obyek wisata yang sudah mendunia seperti Gunung Krakatau, Way Kambas dengan sekolah gajahnya, dan Museum Lampung. Belum lagi dua obyek wisata bahari yang belakangan ini tengah naik daun seperti Tanjung Setia yang diminati para peselancar mancanegara dan Teluk Kiluan dengan atraksi alami lumba-lumba dan pausnya.

Tak bisa dipungkiri, obyek wisata tersohor dan atau sedang digandrungi wisatawan menjadi daya tarik tersendiri bagi para peserta untuk mengikuti pasar wisata Indonesia ini. Mereka, khususnya buyers dapat menilai keistimewaan sekaligus kekurangan usai melihat langsung obyek wisata yang bakal mereka beli dan pasarkan. Buktinya peserta TIME 2011 ini selain diikuti muka-muka lama juga hadir pendatang baru seperti dari Korea, Slovenia, Slovakia, Yunani, Republik Ceko, dan Meksiko.

Kesohoran Gunung Krakatau dan Way Kambas tak perlu diragukan lagi. Tapi bila yang dijual Lampung cuma itu tentu saja wisatawan bakal jenuh.

Untungnya ada Teluk Kilauan dan Tanjung Setia yang namanya kian mencuat ke permukaan. Kendati akses ke kedua obyek ini terbilang jauh dari Kota Bandar Lampung. Namun tak mengurangi minat wisatawan untuk mengunjunginya. Apalagi kalau aksesnya dibenahi, terutama jalannya, pasti pemintanya bakal bertambah.

Kedua obyek wisata ini punya seqment pasar tersendiri. Pasar utama Tanjung Setia agak spesifik yakni para penggila selancar, baik itu para surfer profesional, amatir maupun yang baru belajar. Sementara pasar Teluk Kiluan lebih luas, para pecinta hewan terutama lumba-lumba dengan pesona keindahan pantainya.

Bagi mereka yang menyukai kegiatan pemacu adrenalin dengan gelombang laut, soal jarak tempuh yang jauh dengan akses jalan yang belum seluruhnya beraspal mulus dan akomodasi terbatas, bukanlah penghalang. Para peminat kegiatan special interest ini bakal tetap enjoy menikmati fasilitas yang apa adanya asal kondisi alamnya tetap asri dan bersih serta masyarakatnya wellcome dengan mengedepankan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan.

Lain halnya bagi wisatawan bergenre manja, yang menginginkan semuanya serba ada dan mudah. Mungkin mereka akan mengeluh dengan akses yang masih sulit itu. Tapi tak ada salahnya mendengarkan suara hati mereka.

Bila aksebilitasnya baik, akomodasinya beragam mulai dari homestay, kelas melati sampai hotel berbintang serta dilengkapi fasilitas pendukung lain seperti rumah makan, alat trasnportasi umum, warnet, money changer, obyek wisata buatan, special event, dan lainnya. Pasti Lampung akan meraup seqment pasar yang semakin luas dan beragam dari kedua obyek wisata ini.

Venue TIME
Dibanding venue TIME sebelumnya, Hotel Novotel yang menjadi lokasi penyelenggaraan TIME 2011 di Bandar Lampung sudah sangat memadai. Selain lokasinya strategis dan pemandangannya indah langsung ke Selat Sunda, salah satu hotel termegah di Lampung ini pun dilengkapi ballroom-nya elegan dan mewah, ditambah one stop entertainment di bagian bawah hotel berupa bilyar, karoke, live music room, dan lainnya.

Soal venue, Hotel Novotel, Bandar Lampung tak ada cacatnya. Bahkan lebih baik dibanding venue TIME sebelum-sebelumnya.

Sayangnya, ada beberapa kelemahan dalam penyelenggaraan TIME 2011. Misalnya akomodasi buat rombongan media yang meliput acara ini terpisah jauh dengan Novotel. Belasan wartawan yang dibawa oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), Jakarta termasuk travel writer dari Jepang misalnya ditempatkan di Bumi Kedaton Resort yang berada di pinggiran Kota Bandar Lampung. Waktu tempuh dari Kedaton ke Novotel dengan bis Damri yang kurang nyaman sekitar 30 menit. Jelas ini menggangu mobilitas wartawan yang ingin meliput TIME 2011.

Andai saja tim wartawan diinapkan di Novotel atau di hotel lain yang dekat dengan Novotel, pastinya akan jauh lebih baik dan praktis. Tidak buang-buang waktu untuk pergi-pulang dari tempat inap ke lokasi venue TIME 2011.

Berdasarkan pengamatan Travelplusindonesia juga beberapa sellers dan buyers, panitia pelaksana dalam hal ini Event Organizer (EO)-nya masih kedodoran dalam melaksanakan semua kegiatan selama TIME berlangsung. Sejumlah sellers dan buyers mengaku bingung mau melakukan apa hari ini dan seterusnya.

Kelemahan ini bisa jadi karena panitia belum menguasai medan venue dan Kota Bandar Lampung khususnya serta Lampung secara umum.

Kelemahan lain, entah kenapa Pemprov Lampung terlihat kurang greget, kurang aktif mempromosikan obyek-obyek wisatanya. Padahal hampir semua kabupaten di Lampung punya obyek wisata alam dan budaya yang layak dijual.

TIME merupakan kesempatan bagus untuk menjual semua obyek wisata tuan rumah, baik yang sudah tersohor maupun yang belum agar sellers dan buyers termasuk sejumlah media yang meliput, minimal mengetahuinya. Harusnya Pemprov Lampung lebih proaktif. Harus menyambut bola, jangan menunggu bola.

Dibanding TIME sebelumnya di Lombok, jumlah seller yang ikut juga jauh lebih banyak terdiri atas hotel, resort & Spa, airlines, disbudpar, travel agent, tour operator, cruise line operator, dan lainnya. Suasananya lebih ramai di Lombok dibanding di Lampung. Wajar bila transaksi yang dicapai ketika itu sebesar 17,8 juta dolar AS.

Tak bisa dipungkiri lagi, semakin banyak selller dan buyers yang ikut semakin meriah dan tentunya semakin tinggi transaksi yang bakal dicapai.

Untuk meramaikan TIME, sekurangnya harus diikuti 100 sellers dan 100 buyers. Dan sayangnya target itu tidak tercapai dalam TIME 2011 ini yang hanya diikuti 77 buyers dari 27 negara dan 84 sellers dari Indonesia. Jumlah itu jelas menurun dibanding peserta TIME di Lombok yang diikuti 118 buyers dari 22 negara dan 104 sellers dari Indonesia. Tuan rumah NTB, ketika itu begitu antusias mempromosikan sektor pariwisatanya, dibuktikan dengan menjadi peserta sellers terbanyak.

Pelaksanaan TIME ke-17 yang berbarengan dengan Festival Krakatau ke-21, di satu sisi ada nilai plus-nya. Pesertanya dapat sekaligus menyaksikan rangkaian acara yang disuguhkan dalam Festival Krakatau seperti grand opening yang disemarakkan dengan bermacam suguhan tari dan lagu serta pesta kembang api di Lapangan Korpri Kantor Gubernur Provinsi Lampung, Bandar Lampung pada Rabu malam (12/10/2011.

Acara pembukaan dua event ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Lampung Sjachroedin ZP dan dihadiri Dirjen Pemasaran Kemenbudpar Sapta Nirwandar yang mewakili Menbudpar Jero Wacik. Selain itu bisa melihat Parade Budaya Nusantara pada hari berikutnya, dan mengikuti Tour Krakatau pada penutupan Festival Krakatau, Sabtu (15/10/2011). Minus-nya, panitia dan pesertanya jadi kurang fokus.

Andai saja acara ini terpisah, selain lebih fokus, Pemprov Lampung akan mendapat 2 keuntungan berbeda yakni dari kunjungan wisatawan yang datang khusus melihat Festival Krakatau, dan peserta TIME baik sellers dan buyers beserta panitia dan rombongan media yang meliputnya.

Melihat hasil pelaksanaan TIME 2011, Lampung masih pantas menjadi tuan tumah TIME berikutnya. Dengan catatan memperbaiki semua kekurangan penyelenggaraan TIME 2011.

Jadual semua acaranya harus jelas. Panitia pendamping buat sellers, buyers, tim wartawan, dan untuk tim travel writers mancanegara harus tersedia dan profesional.

Begitupun dengan penginapan buat seluruh peserta, tim wartawan, dan tim travel writers harus praktis, dekat dengan venue. Dan tak kalah penting penyediaan alat transportasi untuk kebutuhan mobilitas peserta, tim wartawan, dan tim travel writers termasuk penyediaan konsumsi (makan dan minumnya) harus benar-benar teratur dan tepat waktu.

Nasi Bungkus di Hotel Mewah
Jangan sampai terjadi lagi kejadian tim wartawan dan seorang travel writer dari Jepang telat santap siang dengan menu cuma nasi bungkus di hotel setaraf bintang 5. Kontras sekaligus ironi. Semestinya panitia harus sadar, tanpa ada keterlibatan media, gaung TIME pertama di Lampung sekaligus di Sumatera ini, tidak akan terdengar.

Bila Lampung dan panitia TIME 2011 tak mampu melakukan perbaikan, tak ada salahnya memberi kesempatan kepada provinsi dan EO lain yang lebih siap menjadi tuan rumah TIME dan panitia pelaksana berikutnya.

Berdasarkan penilaian beberapa sellers dan buyers, Kota Medan dan Padang adalah kandidat kuat untuk menjadi lokasi TIME di Sumatera berikutnya jika Lampung tak siap lagi menjadi tuan rumah yang jauh lebih baik dan profesional.

Perlu diingat, TIME yang digelar pertama kali tahun 1994 di Jakarta sudah terdaftar dalam kalender travel mart internasional bersama-sama dengan ITB Berlin, WTM London, Arabian Travel Mart (ATM), PATA travel mart, dan lainnya.

Sudah sepatutnya TIME sebagai pasar wisata Indonesia berskala dunia ini tergarap seprofesional mungkin dan menyenangkan semua pesertanya termasuk tim wartawan dan travel writers yang meliput. Apalagi sudah 17 kali terselenggara, dan tahun berikutnya TIME ke-18. Bila itu terwujud, jumlah peserta dan transaksinya dipastikan bakal meningkat, dan gaungnya pun turut mengangkat citra positif pariwisata Indonesia ke dunia internasional.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 13 Oktober 2011

Upaya Menggenjot Wisatawan ke Kintamani



Untuk menggenjot jumlah kunjungan wisatawan ke Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali Utara, Kemenbupdar melakukan berbagai upaya, salah satunya menggelar Festival Danau Batur. Apa lagi?

Tak bisa dipungkiri, kendati Kintamani memiliki pesona alam yang luar biasa indah seperti Gunung Batur dengan danaunya, pemandian air panas, dana beberapa obyek lainnya, namun kunjungan wisatawan terutama wismannya masih kalah dengan tempat-tempat lain di Bali.

Data Disbudparkab Bangli menyebutkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali tahun 2010 sebanyak 2,5 juta orang. Namun yang singgah ke Kintamani cuma 410 ribu orang atau 16,42 persen dari total wisatawan. Sedangkan data dari BPS jumlah wisatawan ke Bali pada tahun yang sama sebanyak 6,76 juta, dari jumlah tersebut yang berkunjung ke Bangli cuma 418.143 orang atau sebesar 6,18 % saja.

Wisatawan masih terkonsentrasi di obyek-obyek wisata di Bali Selatan seperti Kuta, Legian, Tanah Lot, Uluwatu, Nusa Dua, dan Sanur. Faktor pendukungnya, kawasan ini berpantai yang disukai wisman Australia dan Eropa dan tentu saja tersedianya Bandara Internasional Ngurah Rai di Denpasar yang menghubungkan berbagai kota di dalam dan luar negeri, serta didukung fasilitas yang lengkap seperti beragam akomodasi, ruang konvensi, hiburan, dan lainnya.

Sementara wisatawan yang berkunjung ke obyek-obyek wisata di Bali Selatan terus meningkat per tahunnya, sebaliknya obyek-obyek wisata di Bali Utara termasuk Kintamani mengalami penurunan.

Buktinya total jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali pada 2010 sebanyak 1,3 juta orang, yang ke Kintamani hanya 550 ribu orang atau sekitar 40 persen. Tahun berikutnya justru menurun, dari total 1,2 juta wisatawan cuma 322 ribu orang atau 25 persen yang ke Kintamani.

Banyak faktor penyebabnya. Beradasarkan pantauan Travelplusindonesia, kurangnya promosi menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu belum banyak event wisata yang digelar di kawasan ini.

Faktor lain yang turut berpengaruh, belum tersedianya bandara di Bali Utara untuk mempersingkat waktu tempuh ke obyek-obyek wisatanya. Dan tak kalah penting, karakter masyarakatnya agak berbeda dengan masyarakat di kawasan Bali lainnya. Benar atau tidak, ada yang menyebut masyarakat Kitamani itu Bataknya Bali, kurang wellcome dengan pengunjung dan sedikit memaksa dalam menawarkan dagangannya.

Festival Danau Batur (FDB) yang digelar Kemenbudpar bekerjasama dengan Pemkab Bangli selama dua hari pada 10-11 Oktober 2011 dengan tema “Melalui Festival Danau Batur Kita Wujudkan Pariwisata Bangli yang Aman, Nyaman, Tertib, Harmoni, dan Nyaman” ini bertujuan mempromosikan obyek wisata Kintamani dan sekitarnya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.

Materi acara yang disuguhkan dalam FDB pertama ini cukup menarik. Pada hari pertama diadakan lomba perahu kano tradisional di Danau Batur, lomba memasak olahan ikan mujair dari Danau Batur yang diikuti chef lokal dan lomba fruit carving serta workshop kepariwisataan di Museum Gunung Merapi Kintamani.

Pada hari kedua yang berlangsung di dekat Dermaga Penyeberangan, Desa Kedisan, di tepi Danau Batur menampilkan tari penyambutan Sekar Sandat, tari Baris Gede yakni tarian sakral dari Desa Adat Kedisan, disambung dengan penampilan Ebiet G. Ade yang membawakan 3 lagu andalannnya, dilanjutkan tari Kang Cing Wi dan band lawas Koes Plus serta suguhan Barongsai dari Disporabudpar Kota Tanagerang, Banten.

Menbudpar Jero Wacik berharap lewat FDB, kunjungan wisatawan ke Kintamani meningkat. “Festival Danau Batur ini tahun depan akan dibuat lebih besar lagi. Diharapkan wisatawan baik wisnus dan wisman yang Bali juga singgah ke Danau Batur untuk melihat festival ini,” jelasnya sebelum membuka FDB 2011 di Desa Kedisan, Batur, Selasa (11/10/2011).

Sebelumnya Kemenbudpar menetapkan Danau Batur sebagai geopark nasional yang diusulkan ke UNESCO bersama dengan Geopark Pacitan sebagai geopark dunia atau global geopark. Bahkan kawasan Daanau Batur menjadi salah satu Destination Management Organisation (DMO) dari 15 DMO yang ditetapkan Kemenbudpar.

Lapangan Golf
Kedepan, Kemenbudpar memastikan akan menyulap beberapa bagian wilayah Kintamani di kaki Gunung Batur menjadi lapangan Golf. “Luas lapangan golf yang akan di bangun di Kintamani ini sekitar 200 hektar. Investornya beberapa perusahaan swasta dari dalam negeri,” kata Menbudpar Jero Wacik.

Bukan cuma itu, lapangan udara kedua di Bali dipastikan akan dibangun di Bali Utara yang jaraknya cuma sekitar 15 menit ke Kintamani. “Bandara baru yang ditargetkan 2014nantinya bukan hanya memajukan pariwisata di Kintamani, Bangli tapi juga wilayah lain di Bali Utara,” jelas Jero Wacik sebelum memberikan hadiah kepada pemenang lomba balap sepeda Speddy Tour d'Indonesia etape 9 di Kintamani pada hari yang sama.

Berdasarkan pantauan Travelplusindonesia, penyelenggaraan FDB 2011 ini sedikit mempengaruhi prilaku masyarakat setempat menjadi lebih wellcome dan teratur. Buktinya penjaja aksesoris di sekitar Dermaga Kedisan yang biasanya langsung mengerumuni pengunjung yang datang, kini dibatasi setiap seorang pengunjung didatangi 2 pedagang.

Cara menawarkannya juga tak sekasar dan tak memaksa seperti dulu lagi. Kendati begitu mereka tetap gigih menawarkan dagangannya dengan dalih buat beli beras dan atau membantu orang miskin.

Perubahan lainnya, lapangan dermaga penyeberangan Kedisan yang dulu semraut kini ditata jadi lebih bagus. Sayangnya, kios-kios yang sedang dibangun belum rampung saat penyelenggaraan FDB 2011. Dan dermaganya juga masih seperti dulu, belum dibangun secara permanen. Dan yang cukup mengganggu, sampah plastik terutama bekas botol dan gelas plastik air mineral bertaburan di tepi danau.

Kondisi serupa juga terlihat di dermaga yang ada di Desa Trunyan yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya menguburkan mayat warganya tanpa dikubur atau ditanam di dalam tanah melainkan dibiarkan begitu saja di sebuah lokasi khusus yang cukup rimbun di tepi Danau Batur. Kendati sedang dibangun fasilitas pendukungnya berupa beberapa kios dan pos jaga, sayangnya masih ada beberapa sampah yang berserakan.

Perlu diperbanyak tempat sampah di sekitar dermaga baik di Kedisan maupun di Trunyan, dan tentunya dibarengi dengan penempatan sejumlah plang bertuliskan JANGAN MEMBUANG SAMPAH di DANAU!, serta tentunya meningkatkan kesadaran masyarakatnya untuk menjaga kebersihan danau dengan tidak membuang sampah terutama sampah plastik ke Danau Batur.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Sabtu, 08 Oktober 2011

Menjelajahi Kampung SBY Usai Pesta Kesenian Rakyat




Usai menikmati Pesta Kesenian Rakyat di Pacitan, Jawa Timur yang berangsung dua hari, Sabtu-Minggu, 8-9 Oktober 2011, rasanya sayang kalau Anda langsung pulang. Lanjutkan saja perjalanan Anda menjelajahi obyek-obyek wisata di kampung halaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini. Anda bisa mengunjungi wisata alam maupun buatan seperti gua, pantai, Rumah Orangtua SBY, dan Patung Jenderal Sudirman.


Kalau Anda belum puas menyaksikan tarian Kethek Ogleng dari Kabupaten Pacitan yang berkisah tentang Dewi Sekartaji dari Jenggala yang memadu kasih dengan Raden Panji Asmoro Bangun dari Kedir, dan bermacam kesenian dari tujuh kabupaten yang tergabung dalam KARISMA PAWITANDIROGO (Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Pacitan, Magetan, Ponorogo, Ngawi) serta PAWONSARI (Pacitan, Wonogiri dan Wonosari) di Pesta Kesenian Rakyat yang dibuka Menbudpar Jero Wacik, Jumat (8/10/2011) di Pacitan, lanjutkan saja perjalanan ke sejumlah pantainya.

Sekurangnya ada 5 pantai menawan di Kabupaten Pacitan yakni Pantai Klayar, Teleng Ria, Pancer, Srau, dan Pantai Watu Karung.

Di Pantai Klayar yang terletak kurang lebih 45 Km sebelah Barat Pacitan, Anda bakal menemukan pantai dengan hamparan pasir putih, batu karang mirip Sphinx, karang bolong, dan air mancur alami setinggi 10 meter. Untuk mendapatkan seluruh landscap pantai eksotis ini, Anda harus naik ke bukit karang di sebelah kanan.

Di Teleng Ria yang berjarak 3,5 Km dari pusat kota, Anda bakal menemukan bentangan pantai landai yang asyik untuk bersantai. Di pantai ada sebuah resort yang dilengkapi fasilitas tempat bermain anak dan arena outbond.

Di Pantai Pancer yang berada di ujung Timur Teleng Ria sekitar 10 menit dengan sepeda motor dari pusat kota, Anda bakal menemukan pesona pantai yang bersih, jauh dari keramaian, muara sungai nan eksotik, dan sunset yang spektakuler. Kalau Anda suka berselancar, Pancer menyedia ombak bertipe beach break dan river mouth break. Waktu terbaik untuk berselancar di Pancer bulan Mei sampai Oktober.

Di Pantai Srau yang terletak 25 Km sebelah Barat Kota Pacitan, Anda dapat menikmati 3 surf spots bagi intermediate surfer, pemandangan pantai dengan hamparan pasir putih yang alami dan jauh dari keramaian, snorkeling di air laut yang jernih serta memancing dari atas bukit karang.

Di Pantai Watu Karung, Anda bakal menemukan pesona nirwana, berupa keindahan pantai yangt luar biasa indah dengan pulau-pulau karang, air laut biru kehijauan, pantai bersih dan berpasir putih lembut serta 2 lokasi selancar dengan barrel dan ombak kelas dunia.

Pantai Watu Karung bisa dicapai dengan sepeda motor ataupun mobil sewaan melewati jalan berkelok naik turun perbukitan sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota.

Usai berpantai ria, lanjutkan saja menyusuri perut bumi Pacitan ke beberapa gua-nya seperti Gua Gong dan Gua Tabuhan. Di Gua Gong yang terletak sekitar 30 Km sebelah Barat Pacitan ini, Anda bakal menemukan beragam stalaktit dan stalagmit hasil tetesan air selama ribuan tahun.

Di dalam gua wisata ini, tersedia setapak bersemen untuk memudahkan perjalanan Anda. Kalau perlu pemandu, Anda tinggal minta antar penduduk lokal yang berkerumun di mulut gua seraya menawarkan lampu senter.

Sedangkan di Gua Tabuhan yang terletak di Dusun Tabuhan, Desa Wereng, Kecamatan Punung atau sekitar 40 Km dari Pacitan ini, Anda juga bakal dimanjakan dengan pemandangan stalaktit dan stalagmit batu kapur yang menghasilkan bunyi sesuai tangga nada ketika dipukul.

Lubang masuk guanya selebar 16 meter dengan puluhan stalaktit batu kapur berwarna putih. Keunikan yang tak mungkin Anda temui di gua lain, adanya sekelompok seniman yang memainkan beragam batuan stalaktit dan stalagmit sambil bernyanyi dengan cara dipukul. Anda cukup membayar Rp 70 ribu untuk mendengarkan suguhan 6 tembang Jawa yang mereka mainkan.

Usai menyusuri gua, lanjutkan perjalanan Anda ke Sumber air panas Tirto Husodo yang lebih populer dengan nama Banyu Anget. Lokasinya sekitar 15 Km sebelah Utara pusat kota. Ada 4 kolam di pemandian, 1 kolam tempat sumber air panas, 2 kolam renang dewasa, dan 1 kolam renang anak-anak. Yang unik, airnya tidak berbau belerang sama sekali.

Kolam Banyu Anget menjadi tempat yang tepat untuk bersantai usai Anda relaxing, surfing di pantai-pantai asri Pacitan ataupun caving di gua-guanya.

Selepas mandi di Banyu Anget, paling enak berwisata kuliner khas Pacitan. Anda patut mencicipi Nasi Tiwul Bu Gandos yakni campuran tiwul berbahan baku singkong yang kenyal berasa pedas dengan gurihnya sayur kalakan ikan hiu berkuah santan di Restoran Sari Laut Bu Gandos di Jalan Solo - Pacitan Km 5 Pacitan.

Pilihan kuliner lainnya Nasi Lodo yang merupakan hidangan khas kenduri di Jawa Timur, yang dapat Anda temukan di sebuah warung bambu berwarna hijau di Jalan WR Supratman, Pacitan.

Nasi Lodo disajikan dengan lalapan, sambal tomat, urap sayuran, dan ayam masak santan di atas piring bambu beralas daun pisang. Ditambah semangkuk kuah santan dengan cabai merah utuh. Teman minumnya secangkir teh poci, sempurna sudah.

Patung Jenderal Sudirman

Wisata buatan lain yang dapat Anda kunjungi selagi di Pacitan adalah Patung Jenderal Sudirman di Desa Pakis, Kecamatan Nawangan.

Patung Jenderal Sudirman yang diresmikan SBY pada 2008 ini berada di dalam kompleks Monumen Jenderal Sudirman yangvdi dalamnya juga terdapat 60 lebih diorama yang menceritakan perjuangan pergerakan Jenderal Sudirman melawan penjajah Belanda saat itu. Selain itu ada perpustakaan dan ruang aula.

Puas berfoto dengan latar belakang patung Jenderal Sudirman, lanjutkan langkah Anda ke rumah yang dijadikan Markas Gerilya oleh Panglima Besar Jenderal Besar Sudirman di Dukuh Sobo sekitar sekitar 2 Km dari Patung Jenderal Sudirman.

Rumah milik Karsosoemito, seorang bayan ini digunakan sebagai markas oleh Panglima Besar Jenderal Besar Sudirman, selama 3 bulan 28 hari(107 hari), sejak tanggal 1 April 1949 sampai 7 Juli 1949.

Sebelum meninggalkan Pacitan, tak ada salahnya Anda mampir ke Rumah Orang Tua SBY. Di sana, Anda dapat melihat beragam foto kegiatan SBY dan tentu saja rumah masa kecil SBY di Desa Ploso, Pacitan.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Jumat, 07 Oktober 2011

Mendaki Gunung Batur Saat Festival Danau Batur



Oktober ini menjadi waktu yang tepat untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Pasalnya di bulan ini sejumlah festival budaya digelar. Salah satunya Festival Danau Batur di Kintamani, Bali pada 10-12 Oktober 2011. Ada apa saja?

Festival Danau Batur pertama kali ini dilaksanakan Kemenbudpar dengan tujuan untuk lebih memperkenalkan obyek wisata Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali Utara kepada wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.

"Tujuannya agar wisatawan lebih mengenal Bali Utara," kata Direktur Promosi Dalam Negeri, Kemenbudpar M.Faried.

Selama ini, lanjutnya wisatawan cenderung terkonsentrasi di Bali Selatan sehingga kerap menimbulkan kemacetan dana kepadatan terutama pada musim liburan sekolah dan akhir tahun.

Potensi wisata di Bali Utara tak kalah dengan Bali Selatan. Selama ini yang sudah tersohor Danau dan Gunung Batur-nya di Kintamani. “Di Danau Batur, pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas wisata air seperti memancing, keliling danau dengan perahu, dan wisata kuliner ikan air tawar,” jelas M. Faried.

Pembukaan Festival Danau Batur akan berlangsung di Dermaga Desa Kedisan. Sejumlah acara digelar untuk meramaikan festival ini antara lain konser musik Koes Plus dan Ebiet G. Ade, workshop dan seminar pariwisata.

Yang menarik ada acara trekking ke Gunung Batur dan lomba perahu di Danau Batur, serta pameran kuliner khas Bali dengan menampilkan beberapa chef ternama dari sejumlah resotran berbintang di Bali. Festival ditutup dengan city tour yang akan diikuti 15 negara.

Pesona Sunrise
Gunung Batur terletak sekitar 64 Km sebelah Timur Laut Kota Denpasar, dan masuk dalam wilayah Kecamatan Kintamani. Tingginya 1.717 meter.

Kalau Anda ingin mendaki Gunung Batur dari Pura Jati, parkir kendaraan Anda di kantor Pos Pelayanan Pendakian Gunung Batur atau The Association of Mt Batur Trekking Guide.

Pendakian dimulai dini hari terpatnya pukul 3 pagi. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam. Di puncaknya, kalau cuaca bagus, Anda dapat melihat pesona sunrise sambil menikmati kopi atau teh hangat.

Setelah terang Anda disuguhi pemandangan kawasan Kintamani di Selatan, Danau Batur di Timur, Gunung Agung berketinggian 3.142 mdpl yang menjadi gunung tertinggi di Bali, lahar yang telah dingin, Gunung Rinjani di Lombok, dan deretan perbukitan.

Setelah menikmati matahari terbit, lanjutkan ke ke puncak yang lebih tinggi untuk memasak telur dengan air panas yang di keluarkan Gunung Batur.

Sebaiknya mendaki ditemani masyarakat lokal, Himpunan Pramuwisata Pendakian Gunung Batur (HP2GB) dikenakan biaya Rp. 75.000/orang. Seorang pemandu biasanya menmandu 2 sampai 5 orang pendaki. Rata-rata ada sekitar 70 orang tiap hari yang mendaki gunung tertinggi kedua di Bali ini.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 06 Oktober 2011

Kans Tari Saman Ditetapkan UNESCO sebagai Intangible Heritage Amat Besar


Bila tak ada halangan, Tari Saman akan ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di Bali, November ini. Kans gerak dan lagu asli Aceh ini sangat besar. Bagaimana nasib 3 WBTB Indonesia yang sudah diusulkan ke UNESCO dan bagaimana dengan ribuan WBTB Indonesia lainnya?

Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah UNESCO untuk Perlindungan WBTB atau Intergovermental Comitee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage (IGC ICH UNESCO 6th) di Bali berlangsung pada 22-29 November 2011.

Sidang tahunan kebudayaan internasional dibawah organisasi PBB ini pertama kali diadakan di Indonesia. Salah satu isi penting isi sidang ini menentukan apakah Tari Saman dari Aceh yang diusulkan Indonesia sebagai WBTB akan ditetapkan oleh UNESCO atau tidak.

Sekitar 600 orang delegasi dari 24 negara akan mengikuti sidang yang juga menentukan nasib Saman ini.

WBTB Indonesia yang sudah diakui UNESCO ada 4 yakni Wayang, Keris, Batik, dan Angklung. Empat (4) lainnya masih dalam proses pengesahan UNESCO yakni Tari Saman dari Aceh, Tari Tradisi Bali, Noken dari Papua, dan TMII Jakarta.

Wayang dan Keris Indonesia, ditetapkan UNESCO sebagai WBTB Indonesia tanggal 4 November 2008, Batik Indonesia 30 September 2009, dan Angklung Indonesia 16 November 2010.

Sementara 3 WBTB Indonesia yang juga diusulkan ke UNESCO, yakni Tari Tradisi Bali, Noken, dan TMII baru akan diinskripsi pada Sidang ke-7 Komite Antar-Pemerintah pada bulan November 2012.

Menbudpar Jero Wacik mengatakan, UNESCO hanya mengizinkan setiap negara mengusulkan WBTB-nya satu dalam setahun. “Jadi kita harus sabar, karena negara-negara lain juga melakukan hal serupa mengusulkan WBTB-nya masing-masing untuk ditetapkan sebagai karya budaya asli bangsanya,” jelasnya.

Cara yang ampuh untuk menjaga WBTB, lanjut Jero Wacik dengan melestarikan dan memakainya. “Mencintai dan bangga saja tidak cukup. Kita harus melestarikan dan memakainya, misalnya batik, kuliner Indonesia, dan lainnya,” imbuhnya.

Tari Seribu Tangan
Tari Saman berasal dari Gayo, Aceh. Tari ini disebut juga tari seribu tangan. Adalah Syech Saman seorang pemimpin agama Muslim di Aceh yang pertama memperkenalkan tarian ini. Karenanya, tarian unik dan dinamis ini diberi nama seperti namanya.

Tari Saman dimainkan tanpa musik tetapi ada seorang penyanyi yang mengiringinya yang disebut Syekh. Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan. Tempo tariannya makin lama makin cepat.

Para penarinya mengenakan pakaian tradisional berupa kemeja dan celana panjang, topi berbentuk gulungan, dan sebuah sarung. Juga sarung yang dikenakan di bawah perut, semacam ikat pinggang. Warna pakaiannya cerah, dominan merah.

Dulu, Tari Saman hanya dimainkan terutama pada acara khusus seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad. Sesuai perubahan zaman, sekarang tarian ini banyak dipertunjukan dipelbagai acara dan pesta sebagai tari pembukaan.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Bila Krakatau Terus Menggeliat, Festival Krakatau Tanpa Tour Krakatau


Gunung Anak Krakatau menggeliat lagi beberapa hari terakhir ini. Jika kondisi ini masih berlajut sampai pelaksanaan Festival Krakatau ke-21 yang akan berlangsung pada 12-15 Oktober ini, maka Tour Krakatau yang menjadi ciri khas festival ini sebagai acara penutup, kemungkinan dialihkan.

Wakil Gubernur Provinsi Lampung Joko Umar Said di Jakarta mengatakan Festival Krakatau tahun ini terasa lebih spesial karena pembukaannnya bersamaan dengan acara Pasar Wisata, Tourism Indonesia Mart & Expo (TIME) 2011 pada 12 Oktober 2011. Sehari kemudian baru digelar Parade Budaya Nusantara (PBN) berupa pawai tarian, karnaval tapis, dan topeng. Pada tahun-tahun sebelumnya, PBN diadakan pada pembukaan.

Perbedaan festival tahun ini, pada penutupan tanggal 15 Oktober 2011 akan ada acara Krakatau Night dan Tapis Carnival. “Kain tapis itu menjadi kerajinan tangan khas mayarakat Lampung. Dalam carnival, nanti bermacam kain tapis, baik yang kuno maupun modern akan ditampilkan,” jelas Joko.

Festival Krakatau 2011, lanjut Joko masih menjadi ajang promosi pariwisata Provinsi Lampung. “Meski sudah ke-21, festival ini masih bertujuan mempromosikan obyek-obyek wisata yang ada di Lampung,” tegasnya.

Joko menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, festival ini ditutup dengan Tour Krakatau. Para peserta termasuk delegasi TIME akan dibawa mendekat ke Pulau Krakatau dengan kapal feri, lalu mendaki ke puncaknya. “Tapi kita masih melihat kondisi Gunung Anak Krakatau. Kalau aktivitasnya masih tinggi, mungkin tidak sampai ke daratannya atau di alihkan ke obyek lain,” terangnya.

Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono menjelaskan tidak dapat memastikan kemungkinan erupsinya gunung api teraktif ini dalam waktu dekat. "Kita hanya bisa memantau, tidak dapat memastikan kapan meletusnya,” ujarnya.

PVMBG mencatat frekuensi gempa vulkanik pada anak Gunung Krakatau mengalami fluktuasi. Pada 30 September 2011 tercatat 6.528 kegempaan, pada 1 dan 2 Oktober turun masing-masing menjadi 6.291, 2 dan 5.773 kali. Kemudian naik lagi pada 3 Oktober sampai 6.806 gempa vulkanik.

Kendati tidak ada asap yang menyembur dari puncaknya dan status Anak Krakatau masih masih siaga, Surono menghimbau masyarakat di sekitar gunung untuk tetap waspada dengan menjaga jarak aman dari gunung sekitar 2 kilometer.

Obyek Alternatif
Jika aktivitas Gunung Anak Krakatau tidak mereda, dan Tour Krakatau terpaksa dialihkan, rasanya wajar-wajar saja. Namun karakter dan ciri khas festival ini terasa ada yang hilang. Tour Krakatau sudah menjadi nyawa sekaligus yang membedakan festival ini dengan festival lainnya.

Namun atas nama keselamatan, rasanya bukan soal bila Tour Krakatau dialihkan jika geliat Anak Krakatau dianggap membahayakan.

Tak perlu khawatir, masih banyak obyek lain yang dapat dinikmati di Lampung, yang masih berkaitan dengan wisata bahari. Tour Krakatau bisa diganti dengan Tour Teluk Kiluan untuk melihat sekelompok lumba-lumba beraksi di alam bebas. Atau Tour Teluk Setia, menyaksikan para selancar menari di atas riak laut yang tak pernah bisa diam.

Kedua obyek wisata tersebut tengah naik daun, diminati para petualang, backpackers, dan tentu saja para surfer andal dari mancanegara.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan
(adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP