Lautan Manusia Saksikan Kirab Pengantin Keraton
Lautan manusia tumpah ruah di sepanjang Jalan Malioboro dari titik Nol Kilometer hingga Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (18/10/2011). Tujuan mereka satu, ingin menyaksikan kirab pengantin Keraton Yogyakarta yang pagi tadi resmi menjadi pasutri.
Yang hadir bukan cuma warga Jogja dan sekitarnya pun wisnus dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa serta sejumlah wisman yang sengaja datang untuk mengabadikan kirab tersebut.
Beberapa pasang turis bule, ikut berdesak-desakan dengan ribuan warga jogja. Mereka tak mau kalah dengan puluhan fotografer dari berbagai media lokal, nasional maupun internasional untuk mengabadikan kirab tersebut.
Pasukan pengawal kereta kuda yang membawa pengantin baru keraton yang dijadualkan melewati ruas jalan itu pada pukul 15.00 WIB baru dapat berjalan perlahan dan susah payah pukul 17.00 WIB. Pasalnya mayarakat yang datang berduyun-duyun sejak pukul 13.00 itu memadati seluruh bagian jalan utama. Bahkan banyak di antaranya yang menaiki beberapa bangunan di sepanjang Malioboro, termasuk pohon besar, tiang, dan beberapa bagian atap toko.
Saking menyemutnya manusia, berjalan saja susah. Tak ayal beberapa orang pingsan. Untunglah ada Tim PMI dengan mobil ambulance di seberang Benteng. Jelang sore itu, sepertinya semua warga Jogja keluar rumah dan memenuhi sepanjang ruas jalan tersebut.
Melihat menyemutnya manusia, sejumlah toko di Malioboro memilih tutup untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kerusuhan dan lainnya. Kesempatan itu digunakan para karyawanya untuk menyaksikan kirab. Ternyata tak terjadi apa-apa. Kirab berjalan aman kendati tersendat-sendat akibat luapan manusia.
Sementara beberapa pedagang kaki lima di sepanjang Malioboro mengaku justru omset dagangannya menurut akibat kirab tersebut. “Lebih rame kemarin, sekarang manusianya saja yang menyemut tapi bukan untuk belanja,” kata Anto (35), salah seorang pedagang batik kaki lima di ujung Malioboro.
Nasib beruntung justru menimpa Dono (42), pedagang aneka minuman. Sejak siang, dagangannya laris diburu masyarakat yang kehausan dan kepanasan. Maklum hari ini matahari Jogja begitu terik.
Saking teriknya, beberapa orang tak kuat dan memilih keluar dari kerumunan. Tapi ketika rombongan pengantin memasuki Jalan Malioboro, kontan mereka kembali berdesak-desakan ingin melihat sang pengantin atau sekadar melambai-lambaikan tangan ke arah pengantin.
Mas Ubai atau Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara yang kini resmi menjadi suami Jeng Rini atau Gusti Kanjeng Ratu Bendara, nampak lebih sumringah dan selalu mengembangkan senyum lebarnya serta lebih rajin membalas lambaian tangan masyarakat ketimbang istrinya. Dia pun mendapat sambutan hangat perempuan baik para gadis muda maupun kaum ibu, seraya meneriakkan namanya. Dia seolah menjadi idola baru kaum perempuan di Jogja bahkan negeri ini.
Yang menarik, masyarakat Jogja menyediakan ratusan makanan angkringan di Jalan Malioboro untuk pengunjung. Sekurangnya ada 150 gerobak angkringan dan mie ayam. Tentu saja jumlah itu tak sepadan dengan kerumunan orang yang diperkiraan jumlahnya mencapai ratusan ribu orang.
Melihat antusias warga Jogja dan sekitarnya termasuk turis lokal dan mancanegara menyaksikan kirab pengantin baru ini, sepertinya tak kalah meriahnya dengan kirab perkawinan Pangeran William dan Kate di London beberapa bulan lalu.
Di titik Nol Kilometer, rombongan kirab putri bungsu Sultan Hamengku Buwono X ini dihibur dengan serangkaian kesenian. Selepas kirab, pengantin langsung menggelar resepsi pernikahan di Keraton Ngayogyakarta.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar