Menyongsong Visit Aceh 2013
Guna menyongsong Visit Aceh 2013, Pemprov Aceh tengah sibuk menggodok Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)-nya. Beberapa acara pun digelar sebagai awal persiapan memasuki gerbang baru pariwisata Aceh dua tahun kedepan itu. Apa saja yang telah dan akan dilakukan?
Sebelumnya Pemprov Aceh menggelar Rampoe Aceh Festival 2011 yang memperlombakan tiga kesenian tradisional Aceh yakni Saman, Seudati, dan rapai geleng pada 17-20 September lalu. Festival yang baru pertama kali digelar Disbudpar Aceh ini diikuti 19 kabupaten dari 23 kabupaten dan kota di Aceh.
“Festival Rampoe ini bertujuan melestarikan kesenian tradisional Aceh dalam bentuk festival,” jelas Rasyidah M. Dallah, Kadisbudpar Aceh di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Rencananya festival ini akan digelar setiap tahun. “Tahun depan bisa jadi yang dilombakan jenis kesenian tradisional Aceh lainnya,” ujarnya.
Di bulan Oktober, sudah digelar pemilihan duta wisata tingkat provinsi. Dan bulan berikutnya, tepatnya 26 November 2011 akan ada Seminar Tun Sri Lanang yang akan diikuti sekitar 400 orang dari Indoensia dan Malaysia. “Seminar internasional dua negara ini akan didukung Kemenbudpar. Dan rencananya akan dibuka oleh Menbudpar Jero Wacik,” jelasnya.
Tun Sri Lanang , tambah Rasyidah merupakan raja pertama kerajanaan Samalanga, di Kabupten Bireun, Aceh yang berasal dari Melayu Johor, Malaysia. Nama aslinya Tun Muhammad, bendahara di Kerajaan Johor. Dia diangkat menjadi raja pertama Samalanga pada tahun 1615. Dia berjasa menjadi perekat erat hubungan antara Aceh dengan Malaysia. Sisa peninggalannnya ada di Kabupaten Bireun, sekitar 5 jam dari Banda Aceh.
Wisman yang paling banyak ke Aceh, lanjut Rasyidah masih wisatawan asal Malaysia. “Mereka umumnya berwisata kuliner dan tur tsunami di Banda Aceh dan berwisata sejarah ke peninggalan Tun Sri Lanang,” ungkapnya.
Pada 26 Desember 2011 akan digelar acara peringatan mengenang Tsunami selama satu hari di Banda Aceh. Acaranya diisi dengan tauziah dan tahlilan untuk mengenang kejadian tsunami 26 Desember 2004. “Acara ini digelar setiap tahun dan tahun ini perayaan yang ketujuh. Tahun 2012 nanti merupakan peringatan tsunami yang kedelapan atau sewindu,” paparnya.
Banyak wisatawan yang datang dari luar Aceh untuk mengikuti acara ini sekaligus ingin melihat Aceh setelah tsunami. “Biasanya pengunjung beriwisata ke obyek-obyek tsunami memorial dan berziarah ke kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheu, Banda Aceh dan Gampong Siron Lambaro, Kabupaten Aceh Besar,” terangnya.
Mengenai RIPPDA Aceh, lanjut Rasyidah sampai saat ini masih sedang digodok dan tahun depan rencana selesai. “Sabang sudah masuk kawasan strategis nasional, kita juga masukan sebagai salah satu andalan wisata Aceh dalam RIPPDA,” jelasnya.
Tidak hanya Sabang. Masing-masing kabupaten dan kota juga disarankan mengusulkan obyek wisata andalannya. “Wisata sejarah dan bahari memang di Sabang, kuliner di Banda Aceh dan Pucuk Jaya, sedangkan Takengon, Aceh Tengah untuk agrowisata seperti jeruk keprok, markisa, alpukat, dan aneka sayuran,” jelasnya.
Kata Rasyidah lagi, pariwisata Aceh lebih berkembang daripada sebelum tsunami. “Gubernur Aceh sekarang, Irwandi sangat mendukung sektor pariwisata. Rencana 2013 akan ada Visit Aceh,” tegasnya.
Untuk event Visit Aceh 2013, Disbudpar Aceh sudah membuat surat ke Kemenbudpar pusat di Jakarta untuk memberi dukungan. “Kami juga sudah membuat surat ke seluruh bupati untuk menyiapkan daerahnya dalam menyambut Visit Aceh 2013,” akunya.
Kalau tidak ada halangan, launching Visit Aceh 2013 akan diadakan pada tahun 2012. “Dalam waktu dekat ini, kami akan mengadakan rapat dengan seluruh kabupaten dan kota untuk meminta saran-saran bagaimana sebaiknya mempersiapkan daerahnya dalam menyambut event besar ini,” jelasnya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Sebelumnya Pemprov Aceh menggelar Rampoe Aceh Festival 2011 yang memperlombakan tiga kesenian tradisional Aceh yakni Saman, Seudati, dan rapai geleng pada 17-20 September lalu. Festival yang baru pertama kali digelar Disbudpar Aceh ini diikuti 19 kabupaten dari 23 kabupaten dan kota di Aceh.
“Festival Rampoe ini bertujuan melestarikan kesenian tradisional Aceh dalam bentuk festival,” jelas Rasyidah M. Dallah, Kadisbudpar Aceh di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Rencananya festival ini akan digelar setiap tahun. “Tahun depan bisa jadi yang dilombakan jenis kesenian tradisional Aceh lainnya,” ujarnya.
Di bulan Oktober, sudah digelar pemilihan duta wisata tingkat provinsi. Dan bulan berikutnya, tepatnya 26 November 2011 akan ada Seminar Tun Sri Lanang yang akan diikuti sekitar 400 orang dari Indoensia dan Malaysia. “Seminar internasional dua negara ini akan didukung Kemenbudpar. Dan rencananya akan dibuka oleh Menbudpar Jero Wacik,” jelasnya.
Tun Sri Lanang , tambah Rasyidah merupakan raja pertama kerajanaan Samalanga, di Kabupten Bireun, Aceh yang berasal dari Melayu Johor, Malaysia. Nama aslinya Tun Muhammad, bendahara di Kerajaan Johor. Dia diangkat menjadi raja pertama Samalanga pada tahun 1615. Dia berjasa menjadi perekat erat hubungan antara Aceh dengan Malaysia. Sisa peninggalannnya ada di Kabupaten Bireun, sekitar 5 jam dari Banda Aceh.
Wisman yang paling banyak ke Aceh, lanjut Rasyidah masih wisatawan asal Malaysia. “Mereka umumnya berwisata kuliner dan tur tsunami di Banda Aceh dan berwisata sejarah ke peninggalan Tun Sri Lanang,” ungkapnya.
Pada 26 Desember 2011 akan digelar acara peringatan mengenang Tsunami selama satu hari di Banda Aceh. Acaranya diisi dengan tauziah dan tahlilan untuk mengenang kejadian tsunami 26 Desember 2004. “Acara ini digelar setiap tahun dan tahun ini perayaan yang ketujuh. Tahun 2012 nanti merupakan peringatan tsunami yang kedelapan atau sewindu,” paparnya.
Banyak wisatawan yang datang dari luar Aceh untuk mengikuti acara ini sekaligus ingin melihat Aceh setelah tsunami. “Biasanya pengunjung beriwisata ke obyek-obyek tsunami memorial dan berziarah ke kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheu, Banda Aceh dan Gampong Siron Lambaro, Kabupaten Aceh Besar,” terangnya.
Mengenai RIPPDA Aceh, lanjut Rasyidah sampai saat ini masih sedang digodok dan tahun depan rencana selesai. “Sabang sudah masuk kawasan strategis nasional, kita juga masukan sebagai salah satu andalan wisata Aceh dalam RIPPDA,” jelasnya.
Tidak hanya Sabang. Masing-masing kabupaten dan kota juga disarankan mengusulkan obyek wisata andalannya. “Wisata sejarah dan bahari memang di Sabang, kuliner di Banda Aceh dan Pucuk Jaya, sedangkan Takengon, Aceh Tengah untuk agrowisata seperti jeruk keprok, markisa, alpukat, dan aneka sayuran,” jelasnya.
Kata Rasyidah lagi, pariwisata Aceh lebih berkembang daripada sebelum tsunami. “Gubernur Aceh sekarang, Irwandi sangat mendukung sektor pariwisata. Rencana 2013 akan ada Visit Aceh,” tegasnya.
Untuk event Visit Aceh 2013, Disbudpar Aceh sudah membuat surat ke Kemenbudpar pusat di Jakarta untuk memberi dukungan. “Kami juga sudah membuat surat ke seluruh bupati untuk menyiapkan daerahnya dalam menyambut Visit Aceh 2013,” akunya.
Kalau tidak ada halangan, launching Visit Aceh 2013 akan diadakan pada tahun 2012. “Dalam waktu dekat ini, kami akan mengadakan rapat dengan seluruh kabupaten dan kota untuk meminta saran-saran bagaimana sebaiknya mempersiapkan daerahnya dalam menyambut event besar ini,” jelasnya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar