Ketika Putri Raja Jogja Menikah
Minggu pagi (16/10/2011), suasana Jogja terasa berbeda. Prosesi awal pernikahan agung putri Sri Sultan HB X, GKR Bendara dengan pria kalangan biasa Ahmad Ubaidillah yang kini bergelar KPH Yudanegara berlangsung di Keraton Ngayogyakarta. Masyarakat Indonesia bahkan dunia pun sejenak tertuju pada perhelatan sakral ini.
Sebagaimana anak-anak raja di negara lain, setiap melangsungkan pernikahan selalu saja menyita perhatian bukan saja seluruh bangsanya pun masyarakat dunia.
Contoh pernikahan yang disebut-sebut terbesar sepanjang sejarah antara Pangeran William putra raja Inggris dengan Kate Middleton, Sabtu, 29 April 2011 lalu di Westminster Abbey, London yang disaksikan miliaran orang dari seluruh penjuru dunia.
Kini giliran putri Sri Sultan HB X, raja dari Kesultanan Jogja yang menguras perhatian bukan saja warga Jogja pun Indonesia bahkan dunia. Mengapa?
Keraton Jogja dengan segala isinya, termasuk sang sultan, keluarga dan anak-anaknya, bukan hanya menjadi simbol sejarah dan budaya masyarakat Jogja, pun lambang jati diri, kebanggan sekaligus harapan. Tanpa semua itu, Jogja timpang. Bisa jadi hilang karakternya.
Keistimewaan lain, pernikahan ala Keraton Jogja ini amat sarat dengan budaya tradisional khususnya budaya Jawa Jogja yang sudah barang tentu tak dapat ditemukan di keraton lain atau bahkan di belahan dunia manapun.
Ada upacara plangkahan dan ngabekten untuk mempelai perempuan dan upacara nyantri untuk pengantin pria. Dalam Plangkahan yang digelar Minggu pagi, diserahkan bermacam perhiasan, tas, sepatu, dan dompet juga setangkep pisang sanggan sebagai bentuk syarat plangkahan.Dilanjutkan dengan upacara ngabekten yakni pengantin perempuan sungkem kepada Sri Sultan HB X dan GKR Hemas.
Juga akan ada persembahan Tari Bedoyo yang ditarikan penari perempuan dan juga Tari Lawung Ageng yang dibawakan 15 penari pria dengan membawa lawung atau tombak.
Yang menarik dan dipastikan bakal ditunggu-tunggu masyarakat juga wisatawan adalah kirab pengantin dengan 5 kereta kuda untuk membawa kedua mempelai dengan kerabatnya dari keraton melewati Alun-alun Utara sisi Barat, ke Utara membelah Jalan Malioboro menuju Kepatihan.
Kereta Kuda Jong Wiyat peninggalan Sultan Hamengku Buwono VII akan dipakai pengantin. Sementara keluarga pengantin akan naik Kereta Kuda Kyai Permili, Kyai Roto Biru, Kyai Kus Cemeng, dan Kyai Kus Ijem. Semua itu hanya ada di Jogja, ya cuma khas Keraton Jogja.
Kentalnya adat Jawa ditambah semangat masyarakat Jogja yang begitu tulus mencintai rajanya, keluarga dan keratonnya, itulah yang membuat Keraton Jogja ini terasa begitu kokoh hingga kini meski dibombardir budaya global dari segala penjuru arah.
Sekalipun ada banyak pernikahan besar yang digelar anak-anak raja dari kerajaan lain baik di dalam maupun di luar negeri, termasuk pernikahan megah para selebritis tersohor dan anak konglomerat sekalipun, tetap saja pernikahan putri sultan dari Keraton Jogja ini punya pesona berbeda. Budaya Jawa Keraton, itulah yang membedakannya.
Wajar bila masyarakat negeri ini bahkan dunia ingin melihat dan mengabadikannya. Boleh dibilang, pernikahan gaya Keraton Jogja ini punya nilai jual tinggi dan bermagnet kuat menjaring wisatawan baik lokal, Nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Menyedot Wisatawan
Prosesi pernikahan sang putri raja Jogja ini dimulai sejak Minggu pagi (16/10/2011) sampai dengan Rabu (19/10/2011). Puncak acaranya yakni akad nikah dan resepsi berlangsung pada Selasa (18/10/2011). Pada kirab kereta kuda yang membawa pengantin dan kerabatnya, Jalan Malioboro akan ditutup untuk kendaraan.
Untuk memeriahkan acara tersebut akan ada 150 angkringan yang bakal menjamu masyarakat dan pengunjung di Alun-Alun Utara dan Selatan serta di sepanjang Jalan Malioboro. Angkringan kali ini juga sebagai salah satu bentuk partisipasi warga Jogja terhadap hajatan rajanya.
Pernikahan putri sultan ini diprediksi bakal menyedot wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara, mengingat acara spesial ini terbilang langka karena bukan event tahunan yang dapat dilihat setiap tahun.
Melihat kekhasan royal wedding salah satu kerajaan tersohor di negeri ini, rasanya sayang jika Anda lewatkan. Datang saja ke Jogja dan nikmati suasana pernikahan putri sang raja yang juga menjadi bagian dari simbol kekuatan dan kebanggaan warga Jogja.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Sebagaimana anak-anak raja di negara lain, setiap melangsungkan pernikahan selalu saja menyita perhatian bukan saja seluruh bangsanya pun masyarakat dunia.
Contoh pernikahan yang disebut-sebut terbesar sepanjang sejarah antara Pangeran William putra raja Inggris dengan Kate Middleton, Sabtu, 29 April 2011 lalu di Westminster Abbey, London yang disaksikan miliaran orang dari seluruh penjuru dunia.
Kini giliran putri Sri Sultan HB X, raja dari Kesultanan Jogja yang menguras perhatian bukan saja warga Jogja pun Indonesia bahkan dunia. Mengapa?
Keraton Jogja dengan segala isinya, termasuk sang sultan, keluarga dan anak-anaknya, bukan hanya menjadi simbol sejarah dan budaya masyarakat Jogja, pun lambang jati diri, kebanggan sekaligus harapan. Tanpa semua itu, Jogja timpang. Bisa jadi hilang karakternya.
Keistimewaan lain, pernikahan ala Keraton Jogja ini amat sarat dengan budaya tradisional khususnya budaya Jawa Jogja yang sudah barang tentu tak dapat ditemukan di keraton lain atau bahkan di belahan dunia manapun.
Ada upacara plangkahan dan ngabekten untuk mempelai perempuan dan upacara nyantri untuk pengantin pria. Dalam Plangkahan yang digelar Minggu pagi, diserahkan bermacam perhiasan, tas, sepatu, dan dompet juga setangkep pisang sanggan sebagai bentuk syarat plangkahan.Dilanjutkan dengan upacara ngabekten yakni pengantin perempuan sungkem kepada Sri Sultan HB X dan GKR Hemas.
Juga akan ada persembahan Tari Bedoyo yang ditarikan penari perempuan dan juga Tari Lawung Ageng yang dibawakan 15 penari pria dengan membawa lawung atau tombak.
Yang menarik dan dipastikan bakal ditunggu-tunggu masyarakat juga wisatawan adalah kirab pengantin dengan 5 kereta kuda untuk membawa kedua mempelai dengan kerabatnya dari keraton melewati Alun-alun Utara sisi Barat, ke Utara membelah Jalan Malioboro menuju Kepatihan.
Kereta Kuda Jong Wiyat peninggalan Sultan Hamengku Buwono VII akan dipakai pengantin. Sementara keluarga pengantin akan naik Kereta Kuda Kyai Permili, Kyai Roto Biru, Kyai Kus Cemeng, dan Kyai Kus Ijem. Semua itu hanya ada di Jogja, ya cuma khas Keraton Jogja.
Kentalnya adat Jawa ditambah semangat masyarakat Jogja yang begitu tulus mencintai rajanya, keluarga dan keratonnya, itulah yang membuat Keraton Jogja ini terasa begitu kokoh hingga kini meski dibombardir budaya global dari segala penjuru arah.
Sekalipun ada banyak pernikahan besar yang digelar anak-anak raja dari kerajaan lain baik di dalam maupun di luar negeri, termasuk pernikahan megah para selebritis tersohor dan anak konglomerat sekalipun, tetap saja pernikahan putri sultan dari Keraton Jogja ini punya pesona berbeda. Budaya Jawa Keraton, itulah yang membedakannya.
Wajar bila masyarakat negeri ini bahkan dunia ingin melihat dan mengabadikannya. Boleh dibilang, pernikahan gaya Keraton Jogja ini punya nilai jual tinggi dan bermagnet kuat menjaring wisatawan baik lokal, Nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Menyedot Wisatawan
Prosesi pernikahan sang putri raja Jogja ini dimulai sejak Minggu pagi (16/10/2011) sampai dengan Rabu (19/10/2011). Puncak acaranya yakni akad nikah dan resepsi berlangsung pada Selasa (18/10/2011). Pada kirab kereta kuda yang membawa pengantin dan kerabatnya, Jalan Malioboro akan ditutup untuk kendaraan.
Untuk memeriahkan acara tersebut akan ada 150 angkringan yang bakal menjamu masyarakat dan pengunjung di Alun-Alun Utara dan Selatan serta di sepanjang Jalan Malioboro. Angkringan kali ini juga sebagai salah satu bentuk partisipasi warga Jogja terhadap hajatan rajanya.
Pernikahan putri sultan ini diprediksi bakal menyedot wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara, mengingat acara spesial ini terbilang langka karena bukan event tahunan yang dapat dilihat setiap tahun.
Melihat kekhasan royal wedding salah satu kerajaan tersohor di negeri ini, rasanya sayang jika Anda lewatkan. Datang saja ke Jogja dan nikmati suasana pernikahan putri sang raja yang juga menjadi bagian dari simbol kekuatan dan kebanggaan warga Jogja.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar