. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 31 Oktober 2012

Lagu Asal Papua Juara Lomba Cipta Lagu Pop Daerah Nusantara 2012

Lagu pop daerah dari Papua berjudul Sio Ugude menjadi lagu terbaik pertama Lomba Cipta Lagu Pop Daerah Nusantara (LCLPDN) 2012 yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Ikatan Alumni SMAN VI Yogyakarta. Pengumuman pemenangnya berlangsung Selasa, (30/10) di Jakarta.

Lagu karya Nova Anugrah Hani dan Ronald Wilson ini mengalahkan lima lagu daerah lainnya yang menjadi finalis LCLPDN 2012. 

Juara kedua diraih lagu daerah dari Jawa Timur berjudul Tanah Jawi ciptaan Dhanny Nugraha. Sedangkan juara tiga lagu daerah asal Sumatera Utara berjudul Ingot Toba karya Jefrey Antonius Situmeang. Juara 1, 2, dan 3 itu pun berhak atas hadiah uang sebesar Rp30juta, Rp20 juta, dan Rp10juta.

Sedangkan juara harapan 1, 2, dan 3 diraih lagu pop daerah dari Sumbar dengan judul Ranah Bundo karya mantan penyanyi cilik Cikita Meidy. Disusul lagu dari Jawa Timur lainnya yang berjudul Lagu Darjo ciptaan Arief Firman dan Fenny Febiani, serta lagu melayu Riau berjudul Bangkit Budak Melayu karya Theja Fathasena. Masing-masing berhak atas hadiah Rp6,5 juta, Rp 6juta, dan Rp5juta.

Wamenparekraf Sapta Nirwandar berharap dengan lomba ini akan memunculkan lagu-lagu pop daerah baru yang lebih kekinian dan segar. “Masa dari dulu lagu pop daerah kita cuma itu-itu saja, “ singgungnya.

Apa yang dikatan Sapta bukan tanpa alasan. Sudah 52 tahun lagu pop daerah boleh dibilang “mati suri”, tergilas oleh kejayaan lagu pop Indonesia yang kini pun tengah diserbu oleh kekuatan lagu dari negeri ginseng Korea berlabel K-pop. “Mudah-mudahan lagu-lagu daerah yang baru ini juga bisa mengalahkan kehebatan K-Pop juga,” tambah Sapta.

Lomba Cipta Lagu Pop Daerah Nusantara 2012 diikuti 80 lagu, lalu dipilih menjadi 33 lagu untuk seleksi awal masuk tahap ketiga. Kemudian ada 10 lagu terbaik dan 6 lagu pop daerah yang dinyatakan sebagai finalis.

“Enam finalis ini lagunya akan direkam dan dipublikasikan dalam bentuk CD. Kita juga akan gunakan lagu-lagu itu dalam berbagai kesempatan memperkenalkan wisata dan budaya Indonesia di dalam dan luar negeri,” lanjut Sapta.

Dewan juri LCLPDN 2012 terdiri atas budayawan Remy Silado, Dwiki Darmawan, Trie Utami, Bens Leo, dan Rahayu Kertawiguna dari perusahan rekaman Nagaswara.

Remy Silado mengatakan setelah 52 tahun, baru kali ini lomba lagu daerah mendapat perhatian lagi.

Pada 1960, presiden Sukarno dalam pidato Manifesto Politik menjadikan lagu daerah menjadi bagian musik pop Indonesia. Lalu melarang musik cha-cha-cha atau musik ngak-ngik-ngok. Pasca pidato itu munculah lagu daerah Aceh hingga Papua seperti lagu Sing Sing So, Butet, Kampuang nan Jauh di Mato, Kabire bire, O Ina Ni Keke, Angin Mamiri, dan Rasa Sayange.

Sayangnya setelah lahirnya birokrasi, lagu pop daerah hanya bertahan dua tahun. “Pada 1962, setelah presiden Sukarno membuka Asian Games, pop Indonesia serta-merta menggilas lagu pop daerah,” jelas Remy.

Ketua panitia LCLPDN 2012 Totok Sediyantoro mengatakan juara pencipta lagu pop daerah ini ditentukan berdasarkan kriteria melodi lagu, harmoni, lirik, komposisi, dan kesesuaian tema yang mengangkat destinasi pariwisata. “Selain itu juga dinilai keontetikan dan pengangkatan kearifan lokal masing-masing daerah,” jelasnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Tiga Festival Digelar Kemenparekraf di NTT November Ini

November tahun ini bisa jadi waktu yang tepat untuk Anda berkunjung ke sejumlah lokasi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasalnya ada tiga festival yang digelar Dirokterat Jenderal Pemasaran Pariwisata Dalam Negeri (Ditjen PPDN), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di provinsi ini. 
Ketiga festival itu adalah Festival Sasando yang akan digelar pada tanggal 12-13 November 2012 di Kupang, Ibukota NTT, lalu Komodo Carnaval (17-18/10) di Labuan Bajo, Flores Barat, dan Festival Kelimutu pada 24-25 November nanti di Ende, Flores. 

Dua event yakni Festival Kelimutu dan Komodo Carnaval merupakan event yang baru pertama kali digelar tahun ini oleh Kemenparekraf bekerja dengan pemprov dan pemkab/pemkot setempat.

“Tujuannya untuk menjaring wisatawan baik wisnus dan wisman ke NTT,” jelas Gayatri selaku Kepala Wilayah IV yakni Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT, Ditjen PPDN, Kemenparekraf di Atambua beberapa waktu lalu saat meninjau pelaksanaan Festival Wisata Perbatasan Timorleste.

Total kegiatan yang digelar wilayah IV tahun ini, lanjut Gayatri ada 24 kegiatan. Dari semua kegiatan itu ada 4 kegiatan khusus direct promotion (DP) antara lain DP Jatim di Bali yang mengantungi transaksi sebesar Rp 1.8 miliar selam dua hari dan DP plus table meeting serta wisata ziarah ke makam-makam Wali Songo di Jatim yang mengantongi transaksi sebesar Rp 1 miliar selama 2 hari.

Anggaran semua kegiatan itu berasal dari APBN. “Beberapa biaya untuk kegiatan di wilayah IV tahun 2013, bisa jadi akan berkurang karena akan dialihkan untuk Konferensi APEC tingkat menteri di Bali,” jelasnya.

Terkait Festival Wisata Perbatasan Timoresia, Gayatri menilai kekuatan menarik wisman Timor Leste dari festival ini hanya bersifat sementara.

“Perlu dicari jalan keluar yang tepat agar wisman Timor Leste ketergantungan datang ke wilayah Indonesia khususnya ke daerah perbatasan dan Atambua. Misalnya dengan membuat mall, pusat hiburan, dan fasilitas olahraga di daerah perbatasan Indonesia,” jelasnya.

“Solusi lain, memperbanyak event lain yang berbeda di daerah perbatasan untuk menarik pengunjung dari negara tetangga itu,” ujarnya.

Khusus Festival Sasando, lanjut Gayatri digelar sekaligus untuk melestarikan instrumen musik petik tradisional dari Pulau Rote, NTT.

Rencananya 100 pemain sasando yang disebut ta'e sasanu akan berpartisipasi dalam festival ini. “Musisi Dwiki Darmawan akan berkolaborasi dengan mereka,” tutup Gayatri.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Selasa, 30 Oktober 2012

Hotel Berbintang Segera Hadir di Atambua

Atambua, ibukota Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur makin ramai dikunjungi wisatawan maupun pebisnis. Maklum kota ini menjadi transit poros Kupang ke Dili, ibukota negara Timor Leste. Buktinya jumlah hotelnya kini terus bertambah. Sekarang ini, sekurang ada 10 hotel kelas melati yang layak diinapi di Atambua. Bahkan dalam waktu dekat bakal dibangun hotel berbintang. 

 “Kapasitas 10 hotel melati yang ada di Atambua dapat menampung sampai 500 orang,” kata Hendrik Oematan, manager Hotel Nusantara Dua, salah satu hotel melati ternama, beberapa waktu lalu di Atambua.

Khusus di hotel Nusantara Dua sendiri, lanjutnya dapat menampung sekitar 70 orang. “Tarifnya mulai dari Rp 135.000 sampai dengan Rp 285.000 per malam per kamar. Ekstra bad-nya Rp 50.000 per hari,” jelasnya.

Yang menarik hotel-hotel di Atambua ini justru ramai pada hari-hari biasa, mulai Senin sampai Jum’at. “Biasanya yang datang para pebisnis dari Kupang dan kota lain juga dari Dili serta instansi pemerintah,” akunya.

Perkembangan hotel di Atambua, tambah Hendrik semakin marak setelah tahun 1999. “Setelah kondisi aman dari konflik, rupanya banyak pihak yang tertarik membangun hotel di kota transit ini,” terangnya.

Kata Hendrik lagi, rencananya dalam waktu dekat Grup Aston akan membangun hotel berbintang di kota ini. “Namun sampai sekarang belum terlaksana, kalau tidak salah lantaran belum mendapat lahan yang cocok,” ujarnya.

Atambua dilirik pebisnis karena kota ini menjadi sentra dagang hasil bumi dari sejumlah daerah di Kabupaten Belu dan sekitarnya. “Hasil bumi disini terutama buah Mangga dan Jeruk. Tapi produksinya baru mencukupi untuk kebutuhan masyarakat lokal. Pernah jeruk dikirim ke Surabaya dalam jumlah relatif kecil sekitar 100 ton,” jelas pengusaha kontraktor ini.

Kota ini juga menjadi pintu perdagangan ternak sapi. “Sapi dari Atambua dan sejumlah daerah di Kabupaten Belu dikrim ke Jakarta sekitar 500 ekor tahun ini sebelum Idul Adha. Harga sapi dewasa siap potong di sini Rp5 juta-an,” katanya.

Murahnya harga seekor sapi di Atambua, bisa jadi salah satu faktor mengapa orang Minang, Sumatera Barat banyak yang membuka usaha restoran padang yang menunya banyak menggunakan bahan daging sapi di kota ini, termasuk di sejumlah tempat di Kabupaten Belo dan kabupaten lain di poros Kupang-Atambua hingga perbatasan.

Atambua juga diminati wisatawan karena ada obyek alam dan budaya di sekitarnya. Sekurangnya ada sepuluh obyek wisata di Atambua dan daerah lain di Kabupaten Belu.

“Kendalanya, aksesnya belum semuanya mulus. Dan belum ada brosur informasi mengenai obyek-obyek tersebut. Saya pernah meminta pihak terkait disbudparnya untuk menyediakannya. Tapi jawabannya belum ada dengan alasan tidak ada biaya untuk membuatnya,” akunya.

Wisman yang kerap datang ke Atambua, lanjut Hendrik dari Timor Leste, Australia, dan Eropa. Sisanya dari negara Asean dalam jumlah kecil. “Biasanya wisman transit di Atambua, sebelum ke Kota Dili, Timor Leste,” paparnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Biarkan Kuda-Kuda Bebas Bercinta di Lembah Fulan Fehan

Di lembah ini kuda-kuda bebas berlarian, merumput, dan bercinta. Di lembah ini kaktus tumbuh subur, berbuah, dan berbunga cerah. Di lembah ini bukit-bukit karang berdiri perkasa, begitu gagah menjaga bumi. Di lembah ini langit biru tak jenuh bermesra dengan gumpalan awan putih beragam bentuk. Semuanya membuahkan pesona

Itulah pesona khas yang ditawarkan Lembah Fulan Fehan di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), sekitar 26 Km dari Atambua, ibukota Kabupaten Belu. Lembah yang berbatasan dengan Timor Leste ini masih apa adanya. Polos. 

Tak ada rumah, tak ada warung, tak ada hiruk-pikuk. Yang ada hanya beberapa kelompok kuda yang tengah bercanda dan bermanja-manja di padang luas dan berbukit. Pun segerombolan sapi berwarna kecoklatan yang tak henti menguyah rumput yang masih tersisa di puncak musim kemarau ini.

Tumbuhannya pun minim. Yang ada cuma tanaman kaktus yang tumbuh mengelompok di beberapa tempat makin mencuatkan karakter khas lembah ini. Kaktusnya berbuah dan bermekaran bunganya saat kemarau, menambah keeksotisan lembah ini.

Melihat kemolekan khasnya itulah, banyak pihak meliriknya. Bahkan pemerintah setempat berencana menjadikannya padang golf. Benarkah? Jujur, rencana itu pun dicemaskan banyak pihak karena akan menghilangkan kepolosan dan kekhasan lembah ini.

Menurut mereka, akan jauh lebih menarik, jika lembah ini tetap apa adanya. Tetap alami. Dikhawatirkan dengan munculnya lapangan golf diikuti bangunan dan fasilitas pendukungnya, bakal mengganggu kelestarian alam dan kehidupan penghuninya. Kuda-kuda pun pastinya tak akan lagi bebas bercinta di alam terbuka.

Meski luas dan agak gersang saat kemarau, lembah Fulan Fehan tidak sendiri. Dia ditemani obyek-obyek lain yang saling melengkapi.

Tak jauh dari lembah ini ada Benteng Lapis Tujuh di puncak Bukit Makes. Di sudut lainnya berdiri Gunung Laka’an yang seolah menjadi penjaga abadi lembah ini.

Ada juga Bukit Batu Maudemu di Desa Maudemu, Kecamatan Lamkanen.Bukit berbentuk kapal laut ini merupakan sumber batu marmer asli yang gagal ditambang oleh pihak Dinas pertambangan Kabupaten Belu karena di puncaknya terdapat beberpa peninggalan bersejarah berupa sadan dan kuburan-kuburan bekas bangsa Melus yang pernah menghuninya.

Di ujung Timur lembah ini ada situs bersejarah Kikit Gewen. Berupa kuburan tua dan sakral. Jika ingin mendatanginya harus ditemani juru kunci dari Suku Lepo. Juga dua air terjun berair jernih dan segar yakni Air Terjun Sihata Mauhale di antara Desa Aitoun dan Desa serta Air Terjun Lesu Til di Weluli, Ibu Kota Kecamatan Lamaknen.

Buat penggemar fotografi, kekhasan dan keindahan Lembah Fulan Fehan berikut penghuninya, kuda, sapi, kaktus, bukit karang, langit biru yang menaungi, dan lainnya, menjadi obyek foto yang unik dan menarik untuk diabadikan. Jika ingin sukses mengabadikan kuda-kuda bercinta lebih dekat lagi di lembah ini, disarankan membawa lensa tele.

Musim kemarau merupakan waktu yang tepat untuk menikmati dan mengabadikan lembah menawan ini. Saat itulah kekhasan karakter alamnya begitu mencuat.

Naskah & Foto: Adji Kurnaiwan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

NTT Dapat Dana PNPM Pariwisata Rp 4M Lebih Tahun 2013

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapatkan alokasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) bidang pariwisata sebesar Rp 4.025.000.000 tahun depan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Jumlah tersebut meningkat daripada tahun ini yang hanya Rp 3.950.000.000. 

“Angaran PNPM bidang pariwisata tahun ini dibagi 46 desa wisata di 33 kecamatan di 15 kabupaten. Sebanyak 6 kabupaten lagi belum mendapatkan bantuan itu. Mudah-mudahan tahun depan semua kebagian,” kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. NTT Doris Alexander Rihi di Atambua, Ibukota Kabupaten Belu, Jum’at (26/10/2012) lalu, saat meninjau pelaksanaan Festival Wisata Perbatasan Timoresia yang diselenggarakan Dirjen Pemasaran Parwisata Dalam Negeri, Kemenparekraf bekerjasama dengan Pemprov NTT, dan Pemkab Belu.

Kabupaten Belu, lanjutnya tahun ini mendapat dana PNPM untuk 3 desa yakni Desa Fatuketi, Kenebibi, dan Desa Dua Laus. “Ketiga desa ini memang kerap dikunjungi wisatawan. Khusus Kenebibi dan Dua Laus merupakan desa penenun dan pengrajin anyaman serta kuliner bandeng presto, letaknya dekat pantai,” terangnya.

Setiap kelompok di desa yang mendapat bantuan PNPM pariwisata berkisar antara Rp75juta sampai dengan Rp100juta. “Dana tersebut digunakan untuk pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia desa setempat seperti pengembangan usaha kuliner, tenun dan lainnya,” terangnya.

NTT mulai mendapat anggaran PNPM parwisata, lanjut Doris mulai tahun 2009 dengan jumlah desa wisata yang menerimanya semakin meningkat.

Pada tahun 2011, NTT mendapat alokasi anggaran tersebut sebesar Rp2 miliar untuk 27 desa sasaran PNPM yang tersebar di 11 kabupaten dan 16 kecamatan. “Dana bantuan ini sudah dianggarkan pemerintah pusat. Pemprov NTT memintanya dengan mengirim proposal sesuai kebutuhan setahun sebelumnya, jelasnya.

Menparekraf Mari Elka Pangestu pernah menyampaikan bahwa alokasi anggaran ini baru untuk 15 kabupaten/kota. Enam kabupaten lain akan menyusul pada perubahan anggaran 2013 nanti.

Ke-15 kabupaten/kota di NTT yang menarima dana PNPM pariwisata 2013 adalah Kabupaten Ende ada 4 desa yakni Desa Nuamuri, Raporendu, Potulando, dan Desa Ndetundora. Kabupatean Manggarai Barat ada 7 desa (Desa Komodo, Pasir Panjang, Batu Cermin, Gorontalo, Golombu, Nampar Mancing, dan Galang). Kabupaten Lembata ada 4 desa (Desa Lamalera A, Lamalera B, Belabaja, dan Desa Beang). Kabupaten. Manggarai Timur ada 3 desa (Desa Nangalabang, Golo Rutuk, dan Desa Watunggene). Kabupaten Ngada ada 2 desa (Desa Tiworiwu dan Nangamese). Kota Kupang untuk Kelurahan Lasiana. Kabupaten Rote Ndao ada 2 desa (Desa Nemberala dan Desa Bo'a).

Sedangkan Kabupaten Flores Timur ada 4 desa (Desa Sinar Hading, Bantala, Ilepadung, dan Desa Lwoklouk). Kabupaten Belu ada 3 desa (Desa Fatuketi, Kenebibi, dan Desa Dua Laus). Kabupaten Sumba Timur ada 2 desa (Desa Kuta dan Rindi). Kabupaten Alo ada 2 desa (Desa Alor Kecil dan Alor Besar). Kabupaten TTS ada 2 desa (Desa Fatumnasi dan Boti). Kabupaten Manggarai ada 4 desa (Desa Pongkor, Todo, Compang Cibal, dan Desa Wudi). Kabupaten. Nagekeo ada 2 desa (Desa Wajo dan Tonggurambang), dan Kabupaten Sikka ada dua desa yakni Desa Wolowiro dan Desa Sikka.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Senin, 29 Oktober 2012

Menikmati Pesona Perbatasan dari Puncak Gunung Laka’an

Kalau Anda suka naik gunung, sayang kalau tidak meluangkan waktu mendaki Gunung Laka’an saat berkunjung ke Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Bukan semata karena gunung ini  atap tertingginya kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste, namun salah satu gunung tertinggi di Pulau Timor ini memang menawarkan pesona khas dan cerita panjang.

Gunung Laka’an bukan sekadar gundukan batu karang yang menjulang mengerucut di tengah lembah. 

Gunung setinggi 1.580 mdpl ini ini punya arti penting bagi masyarakat Belu bahkan dianggap sakral dan suci. Maklum, di atas puncaknya terdapat Patung Kristus Raja dan Patung Bunda Maria sehingga menjadi tempat ziarah. Setiap tanggal 7 oktober, gunung ini ramai didaki para peziarah untuk mengikuti misa dan berdoa.

Gunung ini juga dinilai unik. Disebut begitu karena di puncaknya tumbuh pohon bakau, tanaman penyerap air yang biasanya tumbuh di pesisir pantai dataran rendah. Konon. Dulunya, seluruh daratan Kabupaten Belu merupakan lautan. Daratan yang tersisa hanyalah puncak Gunung Laka’an yang ditumbuhi bakau.

Sebagai puncak tertinggi di Kabupaten Belu, orang Belu pun menjuluki puncak gunung itu dengan julukan Baudinik Mesak atau Seperti Bintang Tunggal. Ada juga yang menyebutnya Sa Mane Mesak (Seperti Lelaki Tunggal), Foho Laka An (Gunung Yang Memiliki Cahaya Sendiri), dan sebutan Manu Aman Laka An yang berarti Ayam Jantan Merah Bercahaya Sendiri.

Keunikan lainnya, puncak gunung ini diyakini masyarakat Belu sebagai tempat lahirnya manusia pertama Belu. Leluhur pertama orang Belu yang pertama kali menetap di puncak gunung ini memberi nama manusia pertama Belu yang tak lain seorang putri cantik dan sakti dengan nama Laka Lorak Mesak yang dalam bahasa Belu berarti Putri tunggal yang tidak berasal usul.

Karena kesaktiannya yang mumpuni, Laka Lorak Mesak dapat melahirkan anak dengan suami yang tidak pernah dikenal orang. Itu sebabnya putri ini mendapat julukan lain Nain Bilakan yang berarti berbuat sendiri dan menjelma sendiri. Salah satu anak keturunan putri ini menetap di Belu dan kemudian turun-temurun menjadi masyarakat Belu. Keturunannya yang lain tinggal di Timor Leste, Timor Tengah Utara, dan Flores.

Dari kisah ini muncul kebiasaan di Belu dimana anak-anak selalu mengikuti keluarga ibu hingga sekarang. Kisah ini pun membuat keyakinan bahwa orang Belu,  Timor Leste, Timor Tengah Utara maupun orang Flores adalah bersaudara.

Sekarang penduduk Belu semakin bertambah. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 lalu, jumlahnya 352.400 jiwa, terbesar kedua sesudah penduduk Kabupaten Timor Tengah Selatan. Mereka menetap di wilayah kabupaten seluas 2.445,57 Km2 di Pulau Timor.

Sebagai bukti bahwa di puncaknya dulu menjadi tempat tinggal leluhur orang Belu, ada tiga buah tunggu yang masing-masing bernama. Konon ada ceritera bahwa tiga tunggu ini lambang berpisahnya tiga nenek moyang orang Belu yang berpisah di atas puncak ini, yakni; Sabu Mau, Belu Mau dan Rote Mau.

Tak sulit mendaki gunung ini, cuma butuh sekitar 1 jam dari lembah di kakinya. Dari puncaknya, di sebelah Utara Anda bisa melihat rerimbunan hutan yang menutupi Benteng Tujuh Lapis yang berada di kaki gunung ini atau berada di puncak Bukit Makes.

Di arah lainnya, Anda dapat melihat suguhan menawan Lembah Fulan Fehan dan beberapa lembah berbukit dan berkaktus lainnya serta deretan perbukitan yang berbatasan dengan Timor Leste.

Untuk menjangkau desa terakhir di kaki gunung ini, dari Kupang Ibukota NTT, Anda bisa naik kendaraan umum dua kali ganti ke Atambua. Lalu dilanjutkan dengan bus travel ke kaki gunung ini, kemudian treking atau berjalan kaki. Bisa juga dari Kupang naik pesawat kecil ke Atambua lalu naik mobil travel ke lokasi.

Usai mendaki gunung ini, Anda bisa melanjutkan kunjungan ke Benteng Tujuh Lapis. Lembah Fulan Fehan, Desa Dirun, dan Air Terjun Sihata Mauhale serta situs bersejarah Kikit Gewen.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Memutar Waktu di Benteng Lapis Tujuh Bukit Makes

Dulu, batu berbentuk lonjong di tengah lingkaran pusat benteng itu, menjadi wadah kepala musuh yang dipenggal oleh para pejuang usai berperang. Setelah kepala musuh diletakkan di atas batu itu, semua orang masuk dalam lingkaran batu itu untuk merayakan kemenangan sambil menari tarian likurai. Kini tempat itu menjadi obyek wisata sejarah yang (masih) apa adanya. Lingkaran batu bersusun itu merupakan puncak utama dari Benteng Lapis Tujuh. 

Disebut benteng lapis tujuh karena untuk mencapai pusat benteng itu ada pagar dari sususan batu karang alam yang mengelilingi lingkaran batu itu sampai tujuh lapis.

Ada juga yang menyebutnya Benteng Makes. Yang ini lantaran benteng itu berada di atas Bukit Makes, tepatnya di wilayah Desa Dirun Kecamatan Lamakne, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Benteng yang berada wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste ini merupakan salah satu peninggalan bersejarah para pejuang lokal yang mempertahankan NKRI dari penjajahan bangsa Portugis.

Benteng yang diperkiraan dibangun tahun 1800 ini disusun dari batu-batu karang yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh kala itu.

Selain batu lonjong di pusat lingkaran, juga ada sebuah meriam tua peninggalan tentara Portugis di dekat pintu masuk lingkaran tersebut. Sementara di luar lingkaran terdapat beberapa peninggalan tua antara lain kuburan batu raja, kuburan batu pelat bersusun dan beberapa kuburan para leluhur dari berbagai suku yang masih utuh. Semuanya hampir tertutupi lumut. Jadi agak samar-samar bentuknya.

“Di dalam lingkaran batu bersusun berdiamater 6 meter inilah para pejuang, dulu melakukan pertemuan saat melawan penjajah bangsa Portugis,” kata Ignatius Bere, salah seorang tokoh masyarakat Desa Dirun.

Benteng ini, kata Ignatius lagi sudah ada jauh sebelum penguasaan Portugis. “Benteng ini beberapakali pindah tangan sampai akhirnya dijaga oleh tiga pahlawan lokal dari tiga suku lokal yakni Suku Monesogo, Loos, dan Suku Sri Gatal,” jelasnya.

Berada di benteng ini, serasa kita berada di era kerajaan tempo doeloe. Waktu seakan berputar ke masa lampau. Susunan batu karang yang berlumut, dikelilingi hutan yang rimbun, menguatkan atmosfir itu. Begitu hening.

Benteng Makes berada 25 Km. sebelah Timur Kota Atambua. Perlu waktu sekitar 2 jam untuk mencapainya dengan kendaraan roda empat. Aksesnya belum sepenuhnya mulus. Jalannya menanjak dan berkelok-kelok.

Pemandangan Menawan
Namun pemandangan yang ditawarkan, dipastikan bakal menebus lelah. Sebelum mencapai bukit ini, ada Lembah Fulan Fehan yang menawan. Letaknya arah Selatan dari Bukit Makes.

Lahan lapang berupa padang rumput yang berbukit diselingi tumbuhan kaktus dengan bunga-bunganya yang berwarna cerah dan pohon ekaliptus serta bukit-bukit karang, sungguh menghadirkan panorama berbeda, sedap dipandang mata. Belum lagi langitnya biru dihiasai gumpalan awan putih beragam bentuk. 

Dari pinggiran bukit itu terlihat jelas negara tetangga Timor Leste dan wilayah desa-desa lain yang ada di perbatasan.

Di sebelah Barat tampak Gunung Laka’an yang menjulang gagah sebagai salah satu gunung tertinggi di Pulau Timor. Di arah Utara ada Lembah Balokama yang diapit Bukit Makes dan Gunung Laka’an.

Pemandangan desa-desa di wilayah perbatasan seperti Desa Leowolu, Kewar, Makir, Henes, Lakmaras dan lainnya juga menghadirkan pesona lain yang berbeda dengan pemandangan di desa-desa di Jawa. Beberapa rumah di sana masih ada yang beratap rumbai dari daun lontar walaupun sudah banyak yang beratap seng.

Di kaki Bukit Makes, ada Desa Dirun yang pada jaman kerajaan dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Laku Mali. Namun setelah orde baru, desa itu di pimpin seorang kepala desa sampai sekarang.

Dulu pusat desa ini berada di Benteng Makes namun setelah Indonesia merdeka, pindah ke kaki Bukit Makes. Keseluruhan perkampungan di desa ini beserta pemandangan alam sekitarnya jelas terlihat dari Bukit Makes, tepatnya di belakang Benteng Tujuh Lapis.

Di desa ini, ada beberapa peninggalan bersejarah yang dulunya digunakan untuk ksadan atau upacara adat antara lain besi dara yaitu tempat keramat yang dipakai untuk ritual jika ada warga hendak merantau atapun berperang. Sarat ritual tersebut dengan memotong ayam jantan merah dan babi.

Selain itu ada rumah-rumah adat dan bangunan tua tempat kediaman Raja Laku Mali serta sebuah Kapela tua permanen pertama di Lamaknen yang di tengah perkampungan Desa Dirun.

Tak heran desa yang belum dialiri listrik ini juga kerap didatangi turis asing. Biasanya kunjungan turis ke wilayah perbatasan ini selain ke Benteng Makes juga ke puncak Gunung Laka’an lalu mampir ke Desa Dirun.

Mobil travel yang biasa mengantar turis dari Atambua ongkosnya cuma Rp 15ribu per orang sampai Desa Dirun. Bisa juga mencarter hingga lembah Fulan Fehan lalu treking berjalan kaki sekitar 20 menit ke Benteng Makes.

Kalau turun di Desa Dirun, dilanjutkan treking lewat jalur jalan utama sekitar 2 jam melewati Lembah Fulan Fehan. Pilihan lain buat yang suka jalur trek yang lebih menantang bisa lewat belakang desa, menapaki medan menanjak terjal sekitar satu jam ke puncak Bukit Makes.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Seribu Wajah dan Kisah Tapal Batas Indonesia-Timor Leste

Wilayah perbatasan makin dilirik wisatawan. Tak terkecuali di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Pasalnya ada banyak hal menarik di sana. Ada banyak kisah yang tak pernah habis untuk diceritakan. Dan jelas ada perbedaan wajah terdepan di antara kedua negara bertetangga itu. 

Di ujung Mota’Ain, wilayah perbatasan milik Indonesia, ada deretan bangunan permanen dengan dinding bercat kuning dan beratap genteng berwarna hijau yang berfungsi sebagai kantor-kantor. Ada kantor khusus bea cukai, imigrasi, karantina, kepolisian dan lainnya. Di belakang bangunan itu ada jejeran kios pasar tradisional Mota’Ain dan juga warung makan, salah satunya warung makan RW alias daging anjing.

Salah satu rekan bertanya RW itu apa? Rekanku yang lain langsung menjawab RW itu singkatan Raja Wug-Wug. Jawabannya itu kontan jadi bahan tertawaan rekan-rekanku yang lain.

Di sisi lain, ada sebuah bank swasta merangkap money changer secara legal. Kendati buka, bank itu nampak sepi. Di depannya ada papan putih bertuliskan harga beli 1 dollar AS Rp 9.500, harga jualnya Rp 9.650, yang disandarkan di atas kursi plastik berwana biru.

Dan di sisi kiri bank tersebut ada gedung Pos Mota’ain berdinding cat hijau muda dan di samping gerbang ada tenda hijau tempat tentara kita tengah berjaga-jaga. Beberapa lagi berjaga di pos pertama sebelum perkantoran dan di pos gerbang selamat datang Indonesia.

Di samping gerbang itulah ada batu putih dengan lempengan hitam yang ditandatangani oleh menteri luar negeri RI Hasan Wirayuda dan perwakilan dari Timor Leste Ramos Horta tertanggal 30 Agustus 2005. Dua tandatangan itu sebagai garis akhir wilayah Indonesia dan awal dari negara muda Timor Leste.

Di sebelah batu tugu, ada Jembatan Mota’Ain I yang berpagar semen dengan cat merah putih. Jembatan itu berada di atas sungai yang menjadi pembatas alam antara wilayah RI dengan Timor Leste.

Sebelum perkantoran itu, ada rumah makan padang yang dibuka seorang ibu dari Jawa Timur. Dan ada juga rumah makan bermenu masakan Jawa.

Meski kedua warungnya sederhana justru keduanya menjadi primadona bukan hanya warga Indonesia yang tinggal di perbatasan itu termasuk para pegawai perkantoran serta tentara, pun warga Timor Leste yang ada di perbatasan, para pegawai, dan juga tentara negara muda yang dulunya merupakan bagian dari provinsi RI yang bernama Timor-Timor.

Kedua warung itu, setiap hari ramai pembelinya. Banyak warga dan polisi Timor Leste yang berjalan kaki menembus perbatasan, hanya untuk makan di warung yang berada sekitar seratus meter dari tapal batas.

Warga lokal Timor Leste cukup melapor ke petugas imigrasi di loket keberangkatan yang ada di bagian depan dengan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) negaranya. Setelah kenyang mereka kembali mengambil KTP-nya lalu pulang berjalan kaki lagi melewati gerbang perbatasan.

Beberapa orang Timor Leste mengaku masakan yang dijual di kedua warung itu lebih enak dan variatif di banding yang ada di wilayah perbatasan Timor Leste.

Petugas imigrasi di Atambua sempat menjelaskan kalau masyarakat perbatasan yang biasa modar-mandir Timor Leste ke daerah perbatasan Indonesia cukup menunjukan pemakai lintas batas. Sementara yang bertujuan khusus wisata dan lainnya selama beberapa hari, harus menggunakan paspor dengan membayar visa. “Warga Timur Leste dikenakan visa Rp 35.000 per orang sedangkan warga Indonesia yang hendak ke Timor Leste lebih murah dikenakan visa Rp 30.000 per orang,” jelas petugas itu.

Sebenarnya, beberapa ratus meter sebelum di ujung Mota’Ain itu, pemandangan menarik sudah saya jumpai saat berada di depan Polsubsek Mota’Ain, yang berada tepat di pertigaan jalan arah ke Atapupu, Silawan, dan arah ke perbatasan.

Setiap mobil yang ingin ke perbatasan harus membuka kaca dan turun melapor maksud dan tujuan ke petugas polsubsek tersebut. Petugas kepolisian cukup ramah menyapa pengunjung. 

Yang menarik, di sana ada beberapa warga lokal menawarkan mata uang dolar Amerika, baik kepada warga Indonesia yang hendak ke Timor Leste atau sebaliknya. Aksi mereka terang-terangan.

Sejak menjadi negara, Timor Leste menggunakan mata uang dolar Amerika. Sejak itu pula dolar bukan hal baru di Mota’Ain. Terlebih perbatasan Mota’Ain menjadi perbatasan utama Indonesia dengan Timor Leste. Pintu perbatasan lainnya ada di Motamasin masih di Kabupaten Belu, Napan dan Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara, serta Oepoli di Kabupaten Kupang.

Puas berfoto-foto di gerbang selamat datang Indonesia di Mota’Ain, saya dan rekan-rekan lain memasuki wilayah Timor Leste didampingi salah seorang TNI. Bambang, namanya yang mengaku sudah 6 bulan bertugas di tapal batas itu.

Kalah Megah

Cerita tentang wilayah terdepan Timor Leste lebih bagus, mentereng, dan canggih terjawab sudah ketika saya memasuki halaman depan Timor Leste.

Sama halnya dengan perbatasan lainnya, pembangunan dan infrastruktur di pintu perbatasan Motaain dan Motamasin di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini kalah cepat dan kalah lengkap dibanding dengan milik pemerintah Timor Leste. Padahal negara tetangga itu baru baru merdeka 10 tahun itu.

“Infrastruktur di pintu perbatasan di Timor Leste lebih megah bahkan canggih karena dilengkapi dengan peralatan seperti mesin pendeteksi barang masuk dan keluar. Di kita masih manual,” aku Bambang.

Sebelum masuk ke pintu gerbang Timor Leste berupa loket dan sebuah bangunan besar, ada jembatan berkerangka baja yang menarik perhatian bertuliskan selamat datang di Timor Leste.

Di depan loket ada tugu yang bertuliskan Timor Leste. Banyak pengunjung yang berfoto di jembatan dan berlatarbelakang tugu itu, termasuk saya dan beberapa rekan. Ini membuktikan, bangunan yang dibuat menarik, akan menarik perhatian orang.

Kendati wajah terdepan Indonesia dengan Timor Leste kalah megah dan lengkap, tetap saja warga Timor Leste yang berada di perbatasan memilih belanja dan makan di wilayah Indonesia. Bahkan beberapa lainnya memilih berwisata ke beberapa obyek wisata yang ada di sekitar Mota’Ain. Biasanya mereka menggunakan mobil travel dari Timor Leste sampai di Mota’Ain lalu ganti mobil travel menuju Atambua, ibu kota Kabupaten Belu.

Obyek-obyek wisata yang biasa mereka kunjungi antara lain Pasir Putih, Sukaer Laran, Kolam Susuk, dan Tanjung Gurita yang berjarak beberapa kilometer dari Mota’Ain, termasuk menyaksikan sejumlah acara Festival Wisata Perbatasan Timoresia di Atambua dan pacu kuda di Desa Tnimanu yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Belu, NTT setiap tahun.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Benahi Mota’Ain, Pemerintah Kucurkan 40 Miliar Rupiah

Melihat ketertinggalan pembanguan di Mota’Ain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur yang menjadi pintu gerbang perbatasan Indonesia dengan Timor Leste, pemerintah pusat akan membangun pos terpadu dengan dana Rp40 miliar tahun 2013.

Fasilitas bangunan yang berada di Mota’Ain Desa Silawan Kecamatan Tasifeto Timur dan Motamasin di Desa Alas Selatan Kecamatan Kobalima Timur akan dikerjakan ulang semua. Bantuan ini dari pemerintah pusat yang akan dikerjakan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) bekerjasama dengan Dirjen Cipta Karya.

Demikian disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Belu Valens Pareira di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, Kamis (25/10/2012) lalu saat memantau pelaksanaan Festival Wisata Perbatasan yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Pemrov NTT dan Pemkab Belu dari tanggal 23 s/d 26 Oktober 2012.

“Pemkab Belu telah menyediakan rencana induk pembangunan pos utama lintas batas tersebut. Semua desainnya disetujui oleh pemerintah melalui Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum RI,” jelasnya.

Pemkab Belu juga menyediakan lahan tambahan termasuk yang sudah ada saat ini menjadi 7,2 hektare.

Kata Valens, pembangunan fasilitas baru di pintu perbatasan Mota’ain dan Motamasin akan digeser 500 meter, dari pintu utama penyeberangan. “Bangunan pasar dan terminal di Mota’ain dan bangunan lain akan dirobohkan, diganti yang baru,” terangnya.

Valens menambahkan, pembangunan itu tinggal tunggu eksen-nya “Mudah-mudahan selesai tahun 2013 juga," ungkapnya.

Bupati Belu Joachim Lopez mengatakan pos lintas batas utama RI-Timor Leste di Mota`ain sudah tidak layak dijadikan pos perlintasan. “Standarnya tidak baik, kalah dibanding milik Timor Leste. Jadi harus dibongkar dan diganti yang baru yang sesuai standar,” akunya.

Pembangunan pos utama lintas batas di Mota’Ain, lanjutnya sudah mendesak dilaksanakan. “Selain untuk memperlancar tugas menjaga keutuhan NKRI, pembanguan tersebut sekaligus menjaga harga diri bangsa Indonesia di dunia internasional,” jelasnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Koes Plus Memukau Warga Perbatasan NTT dan Timor Leste

Grup band legendaris Koes Plus memukau masyarakat perbatasan dua negara saat meramaikan Festival Wisata Perbatasan Timoresia ke-4 di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Konsernya bukan saja diminati para penggemarnya yang berusia senja pun kaula muda bahkan anak-anak. 

"Saya senang bisa kembali ke Atambua. Ini kunjungan kami kedua kali di Atambua. Pertama tahun 1970 silam, saat kampanye Golkar di Atambua dan sekarang ini dalam rangka meramaikan Festival Wisata Perbatasan" ujar Yon Koeswoyo vokalis Koes Plus mengawali konsernya, Kamis malam, (25/10/2012) . 

“Waktu pertama tampil di sini, lagu Koes Plus masih sedikit. Sekarang umur Koes Plus sudah 43 tahun, lagunya banyak, ada seribu lebih,” tambah Yon. Sebagai lagu pembuka, Yon yang ditemani tiga personil Koes Plus berusia muda membawakan lagu “Kolam Susu”.

Lagu ini sengaja dipilih sebagai lagu pembuka mengingat banyak pihak termasuk masyarakat Belu menilai Koes Plus menciptakan lagu tersebut terinsipirasi dari salah satu obyek wisata di Kabupaten Belu yang bernama Kolam Susuk.

Padahal ketika dikonformasi, Yon mengatakan sebenarnya lagu tersebut terinsiprasi dari seorang turis Jerman yang mengatakan kepadanya bahwa negara Indonesia terutama perairannya seperti kolam susu yang kaya hasil lautnya dan indah pemandangannya dihiasi pulau-pulau. “Itu dikatakan oleh orang Jerman pada tahun 60-an.

Dari pernyataan itulah Koes Plus terinspirasi bikin lagu Kolam Susu. Jadi bukan karena obyek wisata Kolam Susuk,” katanya saat ditemui di Kolam Susuk yang berada di Dusun Susuk, Desa Jenelu, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu sebelum dia mentas.

Yon pun mengaku tidak tahu kenapa bisa ada penilaian seperti itu. Bisa jadi karena judul lagu tersebut hampir mirip dengan obyek yang dimaksud. “Tapi kalau itu dapat mengangkat obyek wisata Kolam Susuk, ya mongo-monggo saja dikait-kaitkan dengan lagu Kolam Susu,” ujarnya.

Lagu pertama yang dibawakannya malam itu pun disambut hangat penonton. Uniknya, penonton yang ikut bernyanyi bukan cuma kalangan orang tua pun anak-anak muda yang usianya berjarak dengan Koes Plus. Ini membuktikan lagu-lagu band senior ini juga familiar di telinga anak muda sekarang, sekalipun berada jauh dari Jakarta.

Tanpa banyak basa-basi, Yon langsung meneruskan konsernya dengan membawakan lagu kedua berjudul Why Do You Love Me. “Lagu ini pernah ngetop di Australia selama sepekan pada tahun 70-an” jelasnya. Lagu ini pun turut dinyanyikan secara koor oleh penonton.

Begitupun lagu ketiga dan seterusnya seperti lagu berjudul Bujangan, Pelangi, Diana, Bis Sekolah, Kisah Sedih di Hari Minggu, Muda-Mudi, Buat Apa Susah, Ku Jemu, Manis dan Sayang, Kembali ke Jakarta, Andai Kau Datang, sampai lagu penutup yang berjudul Kapan-Kapan.

Ketika hendak menyanyikan lagu “Kisah Sedih di Hari Minggu”, Yon meminta Bupati Kabupaten Belu naik ke panggung dan bernyanyi bersama. Sayangnya bupati Belu mengaku kurang tahu lagu-lagu Koes Plus. Akhirnya dia hanya mendampingi Yon bernyanyi saja.

Dan ketika Yon menyanyikan lagu Manis dan Sayang, dia meminta Direktur Pemasaran Pariwisata Dalam Negeri, Kemenparekraf Faried M untuk naik panggung. Permintaan itu disanggupi Faried. Bahkan Faried me-request lagu kedua bertajuk Kembali ke Jakarta. Mereka pun bernyayi bersama, diikuti penonton.

Hampir 2 jam lebih Koes Plus memukau pentonton yang bukan saja warga Atambua dan sekitarnya pun mayarakat Timor Leste yang ada di perbatasan termasuk perwakilan dari kementerian pariwisatanya.

Usai berkonser, Yon mengucapkan terimakasih kepada warga Atambua dan perbatasan yang begitu antusias menikmati konsernya.

Yon menilai Atambua sudah sangat jauh berbeda dibanding tahun 1970 silam. “Saya senang bisa kembali dan melihat Atambua lagi. Dulu waktu pertama kali konser di sini, penonton sedikit. Kali ini luar biasa, penontonnya begitu berjubel,” jelasnya.

Penyanyi bersuara khas ini berjanji akan kembali ke Atambua jika ada yang mensponsori. "Kalau ada yang sponsor untuk nyanyi lagi di sini, saya pasti ke Atambua lagi," tegasnya.

Yon menilai festival ini sangat positif karena dapat membangun kedamaian di wilayah perbatasan antarkedua negara. “Mudah-mudahan acara semacam ini diteruskan pada tahun-tahun mendatang. Dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi kedua masyarakat bertetangga ini,” harapnya.

Festival wisata perbatasan merupakan kegiatan yang digelar Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Acara festival wisata perbatasan keempat tahun ini berlangsung selama 4 hari dari tanggal 23 s/d 26 Oktober 2012. Ada delapan mata acaranya, yakni konser musik, pagelaran seni dan budaya, pasar malam, pameran, kuliner, pacuan kuda, musik suling bambu, dan door prize.

Festival wisata perbatasan yang diberi nama Timoresia ini bertujuan meningkatkan hubungan kekeluargaan antara warga Indonesia dan Timor Leste, terutama yang bermukim di sepanjang perbatasan. Di samping itu untuk memperkuat zona damai sebagai salah satu rekomendasi Komite Kebenaran dan Persahabatan Indonesia-Timor Leste serta memajukan kepariwisataan kedua negara.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Timor Leste Bakal Terus Ikut Festival Wisata Perbatasan Timoresia

Festival Wisata Perbatasan Timoresia antara Indonesia dan Timor Leste sudah empat kali digelar di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dan Timor Leste dua tahun berturut-turut mengikutinya sejak tahun lalu. Tahun depan dan seterusnya, Timur Leste akan berpartisipasi lebih luas lagi. Demikian disampaikan Direktur Marketing Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Timor Leste, Aquilino Santos Cairo di Atambua, Kabupaten Belu, NTT, Kamis (25/10/2012) lalu. 

Tujuan Timor Leste mengikuti kegiatan in untuk mempromosikan wisata dan seni budaya masyarakat Timor Leste di Perbatasan kepada mayarakat Indonesia. “Festival ini sangat bermanfaat karena mempererat tali persahabatan bagi masyarakat digaris perbatasan,” jelasnya.

Selama dua tahun berturut-turut mengikuti festival ini, lanjutnya, pihaknya hanya melibatkan masyarakat di garis perbatasan Indonesia dan Timor Leste. “Kedepan kami mengupayakan agar diikuti juga oleh warga dari distrik-distrik lain hingga Lospalos, Timor Leste,” jelasnya.

Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Faried M mengatakan festival ini digelar untuk mempromosikan wisata Kabupaten Belu kepada wisatawan luar negeri, terutama warga Timor Leste, yang berbatasan langsung dengan Indonesia. “Diharapkan, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke wilayah Kabupaten Belu dan Indonesia pada umumnya, bisa meningkat, terangnya.

Pada tahun lalu, wisman yang masuk dari pintu Atambua tercatat 18ribu orang. Dan tahun ini sampai Agustus sudah mencapai 17ribu orang. “Dengan membuat program-program kreatif dan khas, pasti bakal menarik lebih banyak wisman dari Timor Leste,” tambahnya.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Sekda Belu, Petrus Bere mengatakan festival ini harus terus dilaksanakan mengingat Timor Leste dan Belu maupun masyarakat Timor seluruhnya memiliki serumpun budaya yang sama. “Event ini pun untuk mempererat tali persaudaraan dan menciptakan perdamaian,” jelasnya.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Pacu Kuda Ramaikan Festival Wisata Perbatasan Timoresia

Festival Wisata Perbatasan-TimorEsia antara Timor Leste dan Indonesia, di Kota Atambua, Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu lalu diramaikan dengan lomba Pacu Kuda yang diikuti sejumlah pejoki cilik dari kedua negara.  

Demikan disampaikan Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), M Faried, di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, NTT Kamis (25/10/2012) lalu. 

Pacu Kuda dipilih mengingat olahraga ini memasyarakat di kedua negara. “Pacu kuda olahraga yang banyak penggemarnya, baik masyarakat di Kabupaten Belu maupun di Timor Leste,” kata Faried.

Festival wisata perbatasan tahun ini yang ke empat digelar Kemenparekraf di Atambua selama 4 hari dari tanggal 23 s/d 26 Oktober 2012. Festival pertama dan kedua sebagai penjajakan, acaranya berdurasi 3-4 jam dalam bentuk konser musik. “Ternyata mendapat respon positif oleh karenanya penyelenggaraan tahun ketiga dan keempat dikemas dalam bentuk festival dengan durasi 2-3 hari,” jelasnya.

Atambua dipilih mengingat kota ini sebagai poros Kupang dan Dili. “Dengan begitu dapat menarik kunjungan wisman maupun pebisnis yang melintas di kota ini dengan tujuan Kupang ke Dili dan sebaliknya,” terangnya.

“Kegiatan ini diharapkan kian menarik perhatian wisatawan baik dari Timor Leste. Jangan apriori dengan potensi pasar dari Timor Leste”, tambah Faried yang mengupayakan festival ini menjadi agenda tetap tahunan dan akan terus dilakukan di Kabupaten Belu.

Kadis Peternakan Kabupaten Belu Yeremias Kali Taek yang menjadi tim teknis lomba pacu kuda di Desa Tnimanu sekitar 44 Km dari Kota Atambua ini mengatakan lomba pacu kuda tahun ini diikuti 122 ekor kuda dengan 9 kelas. “Pesertanya datang dari berbagai kabupaten di NTT dan juga peserta dari Timor Leste sebanyak 8 kuda,” jelasnya.

Hadiah untuk pacu kuda tahun ini lebih tinggi. “Juara 1 mendapat hadiah uang empat juta rupiah. Juara dua dan tiga masing-masing tiga dan dua juta rupiah. Sedangkan harapan satu dan dua masing-masing lima ratus ribu rupiah,” jelasnya.

Selain pacuan kuda, festival ini juga diramaikan dengan Belu Expo berupa pameran produk ekonomi kreatif masyarakat Belu seperti tenun ikat, makan khas daerah, gerabah, dan lainnya.

Tak ketinggalan pentas seni budaya tradisional dari dua negara. "Kabupaten Belu antara lain menampilkan tarian tebe dan tarian likurai, persembahan musik dari grup Fafudi serta musik bambu, dan atraksi budaya lainnya," sambung Kepala Dinas Kebudayaan dan Parwisata Kabupaten Belu, Dominikus Mali.

Sementara acara hiburannya berupa tarian modern, konser musik baik grup band lokal Universal maupun band nasional Koes Plus yang membawakan sekitar 20-an lagu lawasnya.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Selasa, 23 Oktober 2012

Pendaki Kaki Satu itu Incar 5 Puncak GunungTertinggi Dunia

Usai sukses menggapai dua dari tujuh puncak gunung tertinggi di dunia yakni Kilimanjaro berketinggian 5,893 Meter di atas permukaan laut di Tanzania dan Elbrus (5642 Mdpl) di Rusia tahun lalu, Sabar Gorky, si pendaki kaki satu asal Indonesia mengincar lima atap bumi tertinggi lagi tahun ini dan tahun depan. 

Lima puncak yang diincar Sabar adalah Carstensz Pyramid (Puncak Jaya) yang berketinggian 4.884 Mdpl di Papua, Indonesia, Vinson Massif (4.892 Mdpl) di Antarctika, Denali (McKinley) setinggi 6198 Mdpl di Alaska, Amerika Utara, Aconcagua (6.962 Mdpl) di Argentina, Amerika Selatan, dan Everest (8848 Mdpl) di Nepal-China, Asia. 

“Tahun lalu saya telah mendaki dua dari tujuh puncak tertinggi di dunia, yakni Elbrus di Rusia dan Kilimanjaro di Tanzania.Tahun ini saya berencana mendaki Carstenzs dan Aconcagua di Argentina. Dan tahun depan sisanya,” jelasnya saat ditemui di acara pameran "Ekspedisi Rakyat Merdeka Menuju Tanah Papua" di Cilandak Town Square (Citos), Jakarta Selatan, Minggu (21/10/2012).

Ayah satu anak kelahiran Solo, 1968 ini optimis berhasil mendaki 5 gunung tertinggi di dunia itu. “Do’akan saja semoga saya selalu sehat dan semua pihat terkait dapat membantu kelancaran ekspedisi ini,” jelas pendaki tunadaksa yang mulai naik gunung tahun.

Karena berkaki satu, Sabar yang mengaku mendaki Gunung Lawu adalah gunung pertama yang didakinya itu menggunakan teknik mnedaki yang agak berbeda dengan pendaki berkaki lengkap.

"Kalau dijalur sempit dan mudah, saya menggunakan teknik mendaki gaya kijang berlari. Tapi kalau jalurnya agak lebar saya gunakan teknik mendaki kuda berlari. Sementara saat turut medannya curam, saya pakai teknik merosot, “ akunya.

Teknik itu pun sempat diagunakan waktu mendaki kilimanjaro dan Elbrus. Berkat keberhasilannya menggapai puncak Elbrus tepat di HUT ke-66 Republik Indonesia, 17 Agustus 2011, pukul 16.45 waktu setempat, namanya pun disejajarkan dengan pendaki legendaris Elbrus lainnya.

Ketangguhan Sabar tidak kalah dengan dua pendaki yang berkaki lumpuh, Vladimir Krupennikov (1997) dan Yakov London dari Rusia (2001) ataupun si buta Erik Weihenmayer dari Amerika Serikat (2002). Bahkan Sabar disebut-sebut tuna daksa berkaki satu pertama di dunia yang telah menaklukkan Elbrus.

Berkat kegigihannya itu, beberapa temannya di Moskow agar nama Gorky disematkan di belakang namanya. Sejarah Rusia mencatat,  perjalan hidup pujangga Alexey Maximovich Peshkov yang berliku mendapatkan panggilan baru Maxim Gorky, alias Maxim si empunya hidup pahit. Nama akhir gorky (pahit) yang awalnya merupakan olok-olokan bagi si Maxim kini justru menjadi sebuah julukan bernilai positif. Sabar dinilai pantas menyandang nama itu di belakangnya hingga kini dia bernama Sabar Gorky.

Kegiatan eksebisi menuju Tanah Papua ini diselenggarakan tiga hari, mulai Jumat ini hingga Minggu (19-21/10).

Acara yang diprakarsai Tim Ekspedisi Rakyat Merdeka yang dimotori Rakyat Merdeka Online bersama organisasi pemuda pecinta alam Top Ranger And Mountain Pathfinder (TRAMP) di dimulai dengan pembukaan dari aktivis Papua yang juga bekas Jurubicara Presiden era Abdurahman Wahid, Adhie Massardi. Dilanjutkan sendratari Papua yang dibawakan Grup Mambesak.

Kegiatan ini juga diramaikan dengan pameran foto hasil perjalanan Tim Ekspdisi Rakyat Merdeka sejak tahun 2011, talk show bersama para pendaki gunung Indonesia anatra lain Sabar Gorky, sahabat pecinta alam, dan instansi pemerintah yang akan diwakili oleh beberapa menteri terkait serta anggota DPR.

Tak ketinggalan talkshow bertema Papua serta ada climbing excebition (panjat dinding) berupa miniatur papan panjat setinggi 10 meter yang aman dipanjat anak-anak. 

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com) .

Read more...

Senin, 22 Oktober 2012

Tiga Es Krim Wall’s Terbaru Maksimalkan Akhir Pekan Bersama Keluarga

Akhir pekan menjadi waktu yang tepat untuk berkumpul bersama anak. Untuk memaksimalkan kebersamaan anak dan orang tua, maka es krim Wall's meluncurkan kampanye "48 Hours Weekend Selection sekaligus memperkenalkan tiga varian rasa baru es krim Wall’s Selection untuk menarik dan memancing anak lebih aktif berinteraksi dengan kakak, adik, dan orangtuanya. 

Brand Manager Wall's in Home Nuning Wahyuningsih menjelaskan kampanye ini bertujuan mengajak keluarga Indonesia mengoptimalkan 48 jam yang berharga di akhir pekan. 

“Kampanye ini mempererat hubungan keluarga dengan melakukan kegiatan bersama yang menyenangkan sambil menikmati es krim wall’s," ujarnya saat jumpa pers tiga varian rasa baru es krim wall’s selection di Senayan City, Jakarta Selatan, Jumat (19/10/2012) lalu.

Sosiolog perkotaan jebolan Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine mengatakan kegiatan bersama di akhir pekan memiliki banyak manfaat positif untuk anggota keluarga, antara lain menambah keakraban sekaligus menjadi sumber energi baru untuk memulai pekan yang baru.

Berakhir pekan bisa, lanjut Daisy dapat dilakukan dimana saja, termasuk di mall. Yang terpenting waktu 48 jam tersebut diisi secara maksimal. “Yang terpenting lagi kualitas berakir pekan bersama keluarga itulah yang utama. Bukan asal ngumpul meliankuan juga beribnteraksi dan menciptakan kreativitas-kreativitas baru,” jelasnya.

Pendiri Komunitas Piknik Asik, Indira Bayurini menambahkan liburan bersama keluarga tidak harus ke luar rumah dan berbiaya mahal. “Liburan tak melulu harus di luar rumah. Di rumah pun bisa berlibur dengan anak-anak. Misalnya main masak-masakan, main bisokop-bioskopan dan sebagainya,” terangnya.

Akhir pekan, tambah Nuning merupakan waktu yang tepat untuk membangun kebersamaan antara anggota keluarga.”Karena itu kami bantu maksimalkan kebersamaan dengan menghadirkan es krim yang disukai orang tua dan anak,” katanya.

Untuk menambah keceriaan akhir pekan, Wall's Selection meluncurkan tiga varian baru es krimnya, yaitu Strawberry Cheesecake, Choco Almond Fudge, dan Caramel Fudge Brownie. “Varian rasa baru es krim Wall’s Selection ini untuk membantu para orang tua membangun kedekatan dengan anak di akhir pekan,” ungkapnya.

Artis dan pemandu acara Novita Angie mengaku butuh sesuatu untuk memancing kedua anaknya yakni Jeremy (8thn) dan Jemima (7thn) mau berinteraksi dengannya. “Saya biasakan hindari gadget apapun itu saat ngobrol dengan anak. Karena kalau sudah pegang gadget mereka asyik sendiri dengan dunianya. Makanya saya memilih snack seperti es krim wall’s selection ini untuk memancing mereka lebih aktif berinteraski,” ujarnya.

Nuning membenarkan pendapat Angie bahwa butuh seuatu untuk menarik perhatian anak agar mau berinteraksi dengan orangtuanya terutama ibunya. “Tentu sesuatu itu harus lebih menarik daripada gadget itu sendiri,” terangnya.

Dia berharap tiga varian rasa baru es krim wall’s selection ini menjadi sesuatu yang lebih menarik perhatian anak sehingga dapat menjembatani keakraban anak dengan orang tua saat berkumpul di rumah atau dimanapun, terutama saat mengisi akhir pekan.

Tiga varian baru es krim wall’s yang memiliki taburan isian yang melimpah ini, lanjut Nuning sudah dipasarkan sejak September 2012 di sejumlah supermarket dan mini market di seluruh Indonesia. Tiga rasa baru ini menambah varian Walls Selection sebelumnya, yaitu Chocky Rocky,Double Dutch, Cookies and Cream, Fruit Salad, dan Mocha Crumble.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Nilai Investasi Sektor Pariwisata Naik Hampir Dua Kali Lipat

Minat investor dalam dan luar negeri menanamkan modalnya di sektor pariwisata di Indonesia semakin tinggi. Terbukti hingga Juni 2012 realisasi investasi untuk Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai 4,187 triliun rupiah atau hampir naik dua kali lipat dibanding tahun lalu 2,422 triliun rupiah. Sementara untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) bernilai 678,5 miliar rupiah, meningkat jauh dari tahun lalu yang bernilai 394,2 miliar rupiah pada periode yang sama.

Demikian disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu sebelum membuka acara Indonesia Tourism Investment Day (ITID) 2012 di JW Marriot Hotel, Jakarta, Senin (22/10/2012). 

Untuk menggairahkan lagi invetasi di sektor pariwisata, lanjut Marie, Kemenparekraf akan berkerjasama dengan pihak terkait memberikan kemudahan bagi investor dan membentuk kawasan pariwisata. 

Hal ini sesuai Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) yang terdiri dari 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan dari 88 KSPN ada 16 KSPN yang akan diprioritaskan untuk 3-5 tahun ke depan. 

“Cara seperti ini efektif untuk meningkatkan minat investor dan kualitas wisatawan. Dengan kawasan pariwisata akan banyak daya tarik yang bisa kunjungi turis. Pada akhirnya ini akan meningkatkan lama tinggal dan jumlah uang yang dibelanjakan. Manfaat lain, masyarakat di sekitar kawasan juga mendapat keuntungan,” tambah Marie. 

Dalam kegiatan ITID 2012 ditandatangani dua nota kesepahaman. Pertama, antara PT Banten West Java (Tanjung Lesung Project) dengan Longlife Holding CO.,Ltd dan Damac Holding Co. Kedua, antara PT Bali Tourism Development Corporation (Mandalika Project) dengan PDAM Lombok Tengah dan PLN Pusat. 

Selain itu ditandatangi pula Lease Agreement antara PT Bali Tourism Development Corporation dengan pihak Novotel Lombok.

“Nilai investasi ketiga proyek ini diperkirakan Rp2 triliun yang terdiri atas rencana pembangunan dan pengembangan sarana akomodasi, marina dan senior citizen housing,” paparnya. 

Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenparekraf, Firmansyah Rahim menjelaskan ITID 2012 terselanggara berkat kerjasama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Kehutanan serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. “Acara ini untuk menggenjot investasi bidang pariwisata,” jelas Firmansyah singkat. 

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelpus@yahoo.com)

Read more...

Sepuluh Obyek Wisata Alam Tereksotis di Indonesia

,
Ada ribuan obyek wisata alam yang tersebar di Indonesia. Namun tidak semua dinilai eksotis dan menarik dikunjungi wisnus dan wisman. Sekurangnya ada 10 obyek wisata alam yang dinilai paling eksotis di Indonesia. Obyek-obyek tersebut pun diminati investor dalam negeri dan asing. 

Pertama, Pulau Komodo, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur 

Taman Nasional Komodo (TNK) menawarakn pesona keindahan daratan, perairan dan dasar laut. Kawasan berpulau-pulau ini menjadi rumah tinggal atau habitat komodo (Varanus komodoensis), biawak purba raksasa yang masih tersisa di bumi ini. Kondisi alamnya unik anatra lain savana yang luas dengan pohon lontar (Borassus flabellifer). 

TNK berada di selat antara Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB).. Pemandangan dasar perairan TNK juga termasuk yang terbaik di dunia. Tak heran bila kawasan ini mendapat predikat keajaiban alam dunia. 

Kedua, Raja Ampat, Papua Barat 

Lima tahun belakangan ini, Raja Ampat menjadi pusat perhataian sekaliguan daerah tujuan utama para penggila olahraga menyelam (diving). Raja Ampat terdiri dari 4 pulau besar yaitu Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo. 

Sama halnya TNK, Perairan Raja Ampat memiliki pemandangan daratan dan bawah laut yang sama menawan. Bahkan ada yang mengkalim sebagai salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah airnya. Ada sekitar 75% spesies karang yang menghuni perairanya. 

Selain itu, ada spesies unik beberapa jenis kuda laut kerdil, wobbegong, dan Manta Rays.There juga ikan endemik Raja Ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Pada Manta Point yang terletak di Arborek, Selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa Manta Rays jinak, seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. 

Ketiga, Pulau Bintan, Kepulauan Riau 

Daya tarik utamanya pantai dengan pasir putih berkilauan, air biru, dan pepohonan yang membuatnya begitu eksotis. Pulau ini juga memiliki beragam resor mewah yang dapat disewa untuk bulan madu, pantai pribadi, dan berolaraga air seperti snorkeling, diving dan lainnya. Tak heran pulau ini dijuluki juga pulau resort. 

Keempat, Ngarai Sianok, Bukittinggi, Sumatera Barat 

Ngarai menawan ini membentang dari selatan Nagari Koto Gadang hingga ke utara Sianok, Nagari Enam Suku, dan berakhir di Palupuh dengan panjang 15 Km, kedalaman 100 meter dan 200 meter . Ngarai Sianok atau 'Quiet Valley' merupakan lembah yang indah, hijau dan subur. 

Di bagian bawah mengalir sungai berkelok-kelok indah, menelusuri celah-celah tebing dengan berlatar belakang Gunung Merapi dan Singgalang. Keindahan alamnya menjadikan objek foto wisatawan dan sumber inspirasi bari para pelukis. Ditambah dengan goa jepang yang bernilai sejarah serta Jam Gadang yang berada tak jauh dari lembah ini. Tak heran kawasan ini menjadi eksotisme tersendiri darah ranah minang. 

Kelima, Kaliurang, Yogyakarata 

Kaliurang adalah 28 kilometer Utara dari pusat kota Yogyakarta, tepatnya di dusun Kaliurang, Hargobinangun, Pakem, Sleman merupakan kawasana wisata alam dan budaya yang menawan. Disini banyak desa wisata yang menawarkan kehidupan pedesaan Jawa khas kaki Gunung Merapi. 

Nama besar Gunung Merapi menambah daya tarik Kaliurang yang sempat porak poranda diterjang debu dan lahar dari letusan Merapi beberpa waktu lalu. 

Keenam, Danau Tiga Warna, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur 

Danau yang terletak di Gunung Kelimutu, Flores, NTT ini memiliki tiga danau yang airnya berbeda warna dan bias berubah-ubah warnanya. Karena itula, danau kelimuti dimasukan sebagai salah satu dari sembilan keajaiban dunia ini. 

Ada tiga danau yang berdekatan di puncak gunung Kelimutu ini. Pertama, Tiwu Ata Polo (danau merah), Tiwu Nua Muri Kooh Fai (danau hijau), dan Tiwu Ata Mbupu (danau biru). Danau Kelimutu merupakan satu-satunya danau di dunia yang airnya dapat berubah setiap saat, dari merah menjadi hijau tua hijau dan merah marun, hijau gelap ke terang, coklat kehitaman menjadi biru langit. Fenomena alam ini membuat namanya tersohor dan memukau wisnus dan wisman. 

Ketujuh, Danau Gunung Tujuh, Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi 

Danau Gunung Tujuh di ketinggian 1.996 meter di atas permukaan laut menjadikannya sebagai danau tertinggi di Asia Tenggara. Danau ini dikelilingi enam gunung, yaitu Gunung Hulu Tebo dengan ketinggian 2.525 meter di atas permukaan laut / dpl, Gunung Hulu Sangir (2330 meter dpl), Gunung Mandura Besi (2.418 meter dpl), Gunung Selasih (2230 meter dpl), Gunung Jar Panggang (2469 meter dpl), dan Gunung Tujuh (2732 meter dpl) sebagai puncak tertinggi. 

Di sekitar danau ini kaya akan keanekaragaman hayatinya. Ada Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis),owa, beruang madu, babi hutan, tapir , berbagai macam burung, dan kupu-kupu. Tanamannya antara lain berbagai jenis anggrek liar dan semar kantong. 

Obyek lain di sekitar danau ini Gunung Tujuh Waterfall, dengan ketinggian puluhan meter yang bersumber dari Danau Gunung Tujuh.

 Kedelapan, Pulau Sangalaki, Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur 

Sangalaki, pulau kecil seluas sekitar 13 hektar berstatus Taman Wisata Alam (TWA) ini asyk untuk dikelilingi sekitar 30 menit. Selama perjalanan, dapat dijumpai pantai berpasir putih dan laut yang menawan. Pagi dan sore hari, dapat menikmati fenomena alam matahari terbit dan terbenam yang menakjubkan.

 Fauna yang dapat dilihat antara lain kepiting kelapa, biawak, elang berani, burung gosong dari Filipina, egrets karang, laut pergam burung dan lainnya. Bawu lautnya juga menawan dan juga salah satu yang terbaik di dunia. Berdasarkan survei tahun 2003 Laeden Museum Naturalis, di perairan Pulau Sangalaki dan Derawan Isalnds telah ditemukan 40 spesies karang fungis (karang jamur). 

Pulau ini juga rumah bagi 1.051 spesies ikan karang dan lima spesies lamun. Yang menarik lagi, pulau ini menjadi tempat pendaratan penyu dan airnya juga lokasi agregasi Manta Rays. 

 Kesembilan Pulau Moyo, Nusa Tenggara Barat 

Pulau Moyo selian dikenal sebagai tempat berbulan madu eksotis di Indonesia. Selian asri, indah dan sepi, pulau ini memiliki resort berfasilitas lengkap. Alamnya menawan berupa pasir putih, dan perairannya berterumbu karang lengkap dengan ikan laut berwarna-warni. Ditambah air terjun dan kolam renang alami. Pulau ini juga menjadi lokasi berburu yang mengasyikkan. 

Kesepuluh, Wakatobi, Sulawesi Temggara

 Wakatobi merupakan kepulauan yang terdiri dari Wangi Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko Kepulauan. Kepulauan ini terkenal dengan keindahan alam bawah laut yang kaya akan terumbu karang dan spesies laut lainnya. Peraiarannya menjadi tempat tiinggal bagi ratusan spesies terumbu karang hingga dinobatkan sebagai pusat Segitiga Terumbu Karang (segitiga terumbu karang dunia, yang terdiri dari Indonesia, Filipina, Papua Nugini, Brunei Darussalam, Kepulauan Solomon dan Timor Leste). Tak cuma itu ada gua-gua bawah laut yang letaknya berdekatan. Selain diving dan snorkeling, juga asyik untuk eksplorasi di pulau-pulau. Di samping Pulau Tomia, seluas 8 km2 disebut Pulau Tolandona (Onernobaa Island) disebut-sebut pulau yang sangat unik karena dikelilingi taman laut yang indah. 

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelpus@yahoo.com)

Read more...

Kontribusi Fotografi Bagi PDB Capai 1,74 Triliun Rupiah

Fotografi yang menjadi bagian dari subsektor ekonomi kreatif dari film, video, dan fotografi ternyata memberi sumbangan cukup siqnifikan terhadap Product Domestic Bruto (PDB). Pada tahun 2010 lalu saja sumbangannya mencapai Rp1,74 triliun atau 0,73% dari keseluruhan PDB nominal industri kreatif. Sumbangan tersebut diperkirakan meningkat pada tahun ini. 

Demikian disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu saat membuka Pameran Lomba Foto 2012 di Galeri Alun-Alun, Grand Indonesia, Jakarta, Senin (22/10/2012). 

Tenaga kerja yang diserap dari usaha fotografi pada 2010 sekitar 7.158 orang, tumbuh dengan rata-rata 5,8 setiap tahunnya sepanjang 2002-2010. “Jumlah usaha fotografi sekitar 611 pada tahun yang sama,” tambah Marie. 

Namun estimasi nilai ekspor fotografi masih kecil namun prosfeknya tetap menjanjikan. “Ekspor fotografi tumbuh rata-rata 32% setiap tahun dalam kurun waktu 8 tahun dari 2002 hingga 2010,” jelasnya. 

Untuk meningkatkan kontribusi fotografi, Kemenparekraf akan terus mendukung subsektor ini anatra lain dengan menggelar workshop mengenai fotografi termasuk penyelenggaran lomba foto sekaligus pamerannya. “Tak hanya itu kami akan menggunakan foto-foto hasil lomba teresbut untuk keperluan berbagai promosi pariwisata termasuk untuk pembuatan postcard, kalender dan lainnya,” terangnya.

 “Tak kalah penting memberi pencerahan mengenai hak cipta foto bagi fotografernya agar mereka tahu hak dan nilai jual foto hasi karnyanya,” ujarnya. Lomba dan pameran foto, lanjut Mare itu penting. “Ini sebagai bentuk pengakuan sekaligus member inspirasi kepada fotografer lainnya,” jelasnya. 

Direktur Jenderal Ekonopmi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Kemenparekraf Ukus Kuswara menjelaskan Lomba Pameran Foto 2012 bertema “Cinta Indonesia dari Mata ke Hati” ini bertujuan menyebarluaskan keindahan obyek wisata dan atraksi wisata dari berbagai daerah di Indonesia. 

Lomba dan pameran foto ketiga ini berhasil menjaring 12.808 karya foto. “Naik lebih dari 500% dibanding tahun sebelumnya yang hanya 2.575 foto,” terangnya. 

Pameran lomba foto kali ini memamerkan 280 karya foto, termasuk para pemenang lomba antara lain foto berjudul “Pacu Jawi” karya Zulkifli dari Padang, Sumatera Barat yang menjadi juara pertama untuk kategori umum. “Foto tersebut saya ambil saat ada Pacu Jalur, Januari 2012 lalu di Tanah Datar. Saya bersama empat fotografer lainnya berada di tempat agak tinggi jadi saya bisa mengambil angle dari atas,” jelas Zulkifli. 

Gunadi salah satu juri di lomba foto membocorkan rahasi kemenagan foto karya Zulkifli tersebut. “Foto tersebut membawa misi mempromosikan atraksi wisata, punya unsur keunikan dengan angle berbeda serta sesuia dengan tema,” akunya. 

Selain di Grand Indonesia, pameran lomba foto ini juga digelar di Promenade LG Terra, Central Park, Jakarta sampai dengan 28 Oktober 2012.  

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Mekarsari Puaskan Pengunjung dengan Terus Bersolek

Taman Buah Mekarsari, 14 Oktober 2012 lalu berusia 17. Di usia muda belia ini, taman hiburan yang mengusung konsep agrowisata di kawasan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini terus bersolek mempercantik diri untuk memuaskan pengunjung.

"Seperti anak muda ber usia 17 tahun yang sedang senang-senangnya bersolek agar selalu tampil menarik, begitulah Taman Mekarsari saat ini. Kami juga sedang dan terus bersolek," ujar Direktur Taman Buah Mekarsari, Ahmad Widodo, di sela perayaan HUT Mekarsari ke 17 di Bangunan Air Terjun (BAT) Mekarsari, Minggu (21/10/12). 

Dengan terus bersolek dan bertambah usia, diharapkan Mekarsari dapat memuaskan bukan hanya pengunjung yang bertujuan belajar dan meneliti pun masyarakat yang ingin berlibur.

Ada beberapa hal yang tengah dipersolek Mekarsari guna menambah pelayanan dan memgembangkan wisata yang ada di dalamnya. Salah satunya dengan terus menambah koleksi varietas kebun-kebun. “Kami juga mengadakan bidang edukasi yang di dalamnya terdapat paket baru bernama Silabus. Paket tersebut dibuat untuk melayani para pengunjung yang berasal dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi,” terangnya.

Saat ini Mekarsari, lanjut Ahmad tengah melakukan riset dengan spesifikasi pangan khusus umbi-umbian dan juga melakukan riset serta pelestarian tanaman lama yang sudah beratus-ratus tahun lalu dan sudah mulai langka.  "Semua yang dilakukan Mekarsari semata untuk memuaskan pengunung yang berwisata, menuntut ilmu dan lainnya,” ungkapnya.

 Moment peryaaan HUT Mekarsari ke-17 ini diharapkan menjadi batu pijakan untuk terus berbenah dan bersolek secara efiseian dengan inovasi tiada henti dan menjadikan kepuasan pelanggan atau pengunjung sebagai pelayanan paripurna di segala bidang.

Semarak Mekarsari Sweet 17
Sejumlah acara digelar Mekarsarai untuk marayakan HUT-nya yang ke-17. Mulai donor darah pada 18 oktober lalu. grand launching kemitraan inti plasma PR Mekar Unggul Sari (MUS) sebagai CSR Mekarsari kepada penduduk sekitar Mekarsari dengan membagikan 17 varietas dalam 170 bibit tanaman kepada 17 petani mitra binaan. 

Sementara buat pengunjung, dalam perayaan HUT-nya yang ke-17 ini Mekarsari memberikan potongan harga sebesar 17 persen, dan tiket gratis masuk.

Public Relations Mekarsari Putri Ayu Pratama, hadiah spesial pengunjung antara lain gratis masuk bagi pengunjung yang berusia 17 tahun di 2012 dan lahir pada 14 Oktober. Gratis masuk Mekarsari berlaku mulai dari 21-31 Oktober dengan syarat menyertakan KTP dan identitan lainnya.

Sementara potongan harga sebesar 17 persen untuk sejumlah wahana seperti pongo show, perahu naga dan sepeda air. Selian itu potongan harga untuk bibit tertentu di Garden Center, dan buah di bursa buah. "Kami juga menggelar "Clown show 17' yang dibuat lebih istimewa dengan menampilkan 17 icon Mekarsari," katanya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Minggu, 21 Oktober 2012

Sawahlunto Pun Menuju Kota Homestay

Kendati jumlah hotelnya masih minim, Kota Sawalunto di Sumatera Barat pun tak berdiam diri. Gedung-gedung tuanya disulap menjadi mess dan sejumlah rumah warga dijadikan homestay untuk menampung wisatawan selama berwisata di kota wisata tambang ini. Berkat keseriusan pemkotnya dalam mencari alternatif akomodasi ini, kota penghasil Dendeng Batokok dan Tenun Silungkang ini dipercaya menjadi tuan rumah Homestay Fair ASEAN pada April 2013.
“Acara ini akan diikuti seluruh anggota ASEAN dengan peserta sekurangnya 1.000 orang,” jelas Walikota Amran Nur di Jakarta beberapa waktu lalu saat jumpa pers persiapan acara Sawahlunto Kreatif yang akan digelar di Theater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), 30-31 Oktober 2012.

Amran membenarkan bahwa beberapa bangunan tua bekas peninggalan Belanda di Sawahlunto selain dipergunakan untuk perkantoran, pun dijadikan hotel dan mess penginapan. Sementara sejumlah rumah penduduk disulap menjadi homestay. “Semua itu untuk meningkatkan ekonomi rakyat,“ jelasnya.

Saat ini sudah ada 76 homestay dengan total 140 kamar belum termasuk ekstra bed. Tarifnya Rp 150 ribu per malam sudah termasuk sarapan. “Kamarnya bertaraf standar hotel bintang satu. Sementara hotel baru ada dua dan rencananya akan ada dua tambahan hotel baru lagi,” terangnya.

Mengingat keterbatasan lahan dan kontur Sawahlunto yang berada di cekungan dengan dikelilingi perbukitan, pemkotnya lebih mengembangkan homestay sebagai alternatif bermalam di Sawahlunto. “Ketika acara Tour de Singkarak beberapa waktu lalu, sebanyak 600 atlit mampu tertampung di semua homestay yang ada,” paparnya.

Dengan dipercaya sebagai tuan rumah Homestay Fair ASEAN 2013, Amran berharap Sawalunto yang selama ini dikenal sebagai kota wisata tambang dan kini juga merangkak menjadi kota kreatif, lambat laun juga diharapkan dikenal sebagai kota homestay yang mampu menaikkan pendapatan rakyat dari kunjungan wisnus dan wisman.

 Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Arsitektur Penyumbang PDB Keempat Tertinggi dari 15 Subsektor Ekonomi Kreatif

Arsitektur memberikan sumbangan cukup signifikan terhadap Product Domestic Bruto (PDB). Pada tahun 2010, arsitektur menjadi penyumbang keempat tertinggi dari 15 subsektor ekonomi kreatif dengan prosentasi 4,2% atau senilai 19,9 triliun rupiah. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menilai subsektor ini penting dan harus didukung.  

Hal ini disampaikan Menparekraf Mari Elka Pangestu sebelum membuka acara Jakarta Architecture Triennale di Energy Building SCBD, Jakarta, Sabtu malam (20/10/2012).

“Subsektor ini (arsitektur_red) pada tahun 2010 menyerap 36.659 tenaga kerja, mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 17%. Dan produktivitasnya juga tertinggi di antara 15 subsektor ekonomi kreatif lainnya jika diukur dari nilai tambah yang dihasilkan per pekerja per tahun, ” ungkap Marie. 

Melihat peningkatan kontribusi arsitektur terhadap PDB pada 2010, Marie yakin pada tahun 2012 meningkat. “Seharusnya meningkat. Namun kita belum menghitung berapa besar peningkatnya mengingat proses pembangunan arsitektur ini minimal bisa 2 tahun dan masih ada yang tengah berlangsung,” jelasnya. 

Kata Marie, pariwisata tidak mungkin berkembang tanpa arsitektur, mengingat subsektor ini memberi nilai lebih terhadap bangunan hotel, galeri, museum, resto dan lainnya. 

Ikon arsitektur, lanjutnya bisa menjadi obyek wisata yang dapat menjaring wisatawan seperti yang ada di beberapa negara lain. “Di dalam negeri contohnya arsitektur Masjid Istiqlal di Jakarta yang juga berhasil menarik perhatian wisatawan baik wisnus maupun wisman,” ujarnya. 

Namun Marie akui, peran arsitektur dalam pengembangan destinasi wisata belum maksimal. “Masih banyak destinasi yang belum memiliki suguhan arsitektur yang indah atau belum mengelolanya dengan maksimal,” akunya. 

Indonesia, tambah Marie memiliki arsitektur sangat kaya, salah satunya gedung-gedung tua dan bersejarah di kota-kota lama. 

Disamping itu, merancang sebuah kota yang lebih baik dan memikirkan transportasi atau konektivitas untuk mencapai obyek-obyek tersebut. “Tak kalah penting menjaga arsitektur tradisional seperti gedung-gedung lama mengingat heritage itu juga penting,” kata Marie. 

Mari juga berpesan supaya arsitek-arsitek Indonesia mampu membuat karya-karya arsitektur yang dapat bersaing dengan arsitek internasional. “Atau bersama mereka (arsitek internasional_red) membuat karya arsitektur kolaborasi yang membanggakan,” jelasnya.  

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Sabtu, 20 Oktober 2012

Sektor Ekonomi Kreatif Menyerap 140 Triliun Rupiah

Sektor Ekonomi Kreatif tahun ini menyerap pemasukan sampai 140 triliun rupiah. Penyerapan tersebut berasal dari semua item ekonomi kreatif yang ditangani Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yakni film, musik, seni pertunjukan, periklanan, arsitektur, desain, IT & software, game & interaktif, fashion, kerajinan, dan pasar barang seni serta kuliner. 

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar menjelaskan sektor pariwisata dengan ekonomi kreatif itu adalah mutualis simbolisme yang saling menguntungkan. Dan pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyerap produk ekonomi kreatif terbesar. 

"Contohnya dari perhotelan saja sebesar 40 persen menggunakan produk dari ekonomi kreatif mulai dari kerajinan tangan sampai bunga dan segala macam pendukungnya. Sementara restoran dan kafe menggunakan produk kuliner mulai dari makanan pembuka, utama hingga penutup dan minumnya, " jelasnya usai membuka pameran pariwsiata dan ekonomi kreatif terbesar di Indonesia bertajuk Indonesia Tourism & Economy Fair (ITCEF) 2012 di Jakarta Convention center (JCC), Senayan, Jakarta, Sabtu (20/10/2012), didampingi Wamendikbud Windu Nuryanti, ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) Yanti Sukamdani, dan pakar pemasaran Hermawan Kertajaya.

"Jumlah pemasukan dari sektor ekonomi kreatif ini masih terus bertambah sampai akhir tahun ini. Namun kita belum menghitung berapa total penyerapannya," lanjut Sapta sambil meninjau beberapa stand pameran ITCEF.

Yanti Sukamdani menjelaskan ITCEF 2012 merupakan program kerja terbesar pertama BPPI yang berbasis creative tourism, selain program kerja kecil lainnya yang sudah dan tengah berjalan. "Saya berharap pameran ini dapat mendorong pertumbuhan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain menjadi tempat bertemunya kalangan industri pariwisata Indonesia dengan pembeli paket dari luar negeri serta penikmat kuliner," jelasnya.

BBPI, lanjut Yanti tidak hanya bertanggungjawab mempromosikan potensi pariwisata Indonesia pun menjembatani pemerintah dengan pelaku usaha pariwisata.

ITCEF berlangsung sampai Minggu, 30 Oktober 2012. Ada sekitar 200 sellers yang mengikuti pameran. Di samping itu ada tabel top meeting yang mempertemukan para sellers dengan sekitar 100 buyers dalam dan luar negeri.

Yang menarik pameran ini juga menggelar konferensi dengan tema "Indonesia Tourism: The Role of Private Sector" dengan pembicara antara lain Sapta Nirwandar. "Diharapkan konperensi ini melahirkana grand design pariwisata Indonesia yang sudah lama menjadi impian para pelaku pariwisata guna memaksimalkan pengembangan pariwisata di Tanah Air," tambah Yanti.

Venue pameran ini terbagi dua. Di dalam JCC khusus produk keranjinan tangan seperti aneka batik, tenun, aksesoris, dan paket-paket wisata. Sementara di halaman Parkir Timur, khusus pameran kuliner Nusantara yang bertajuk Ina Culinary 2012 yang menyajikan aneka ragam soto, makanan khas dari berbagai daerah termasuk bermacam panganan kecil.

Di pameran ini juga ditampilkan tumpeng berukuran raksasa. "Mudah-mudahan nanti masuk rekor MURI," tutup Yanti.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Senam Sehat Gaungkan Musi Triboatton 2012

Usai launching Musi Triboatton 2012 beberapa hari lalu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwarparekraf) mengelar acara senam sehat ‘‘Road to Musi Triboatton 2012” di halaman Gedung Sapta Pesona Jakarta, Jumat (19/10/2012).

 "Acara ini untuk menggaungkan penyelenggaraan Musi Triboatton 2012 yang akan digelar di Sumatera Selatan pada 6–11 November mendatang," jelas Direktur Pencitraan Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Esthy Reko Astuty, didampingi Kabid Wilayah Sumatera, Ditjen Pemasaran Pariwisata Dalam Negeri Raseno Arya. 

"Acara senam sehat yang mengundang sejumlah pelajar SMA, Putri Pariwisata Indonesia, perwakilan dari 18 instansi pemeriontah dan BUMN serta komunitas kebugaran Indonesia ini diharapkan mampu menduniakan Sungai Musi di Sumatera Selatan sebagai wisata sungai," tambahj Esthy.

Esty yakin dalam dua sampai tiga tahun ke depan, ajang triboatton yang menempuh jarak 500 kilometer ini akan booming. "Ini lomba wisata olahraga terunik di dunia. Karena baru pertama kali digelar di dunia, tambahnya.

Raseno Arya memastikan ada 10 tim yang akan mengikuti Musi Triboatton 2012 yang terdiri atas 6 etape ini. Selain tim tuan rumah Indonesia, juga ada tim dari Brunei Darusalam, Thailand, Singapura, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Australia, Selandia Baru, dan Nepal.

 Raseno berharap acara senam sehat road to Musi Triboatton ini dapat menarik masyarakat di Jakarta untuk datang ke Sumsel menyaksikan para tim triboatton bertanding. "Disamping menyaksikan Musi Triboatton, masyarakat bisa menikmati kuliner khas Palembang dan daerah lain di Sumsel serta obyek-obyek wisatanya, " jelasnya. Kegiatan senam sehat road to Musi Triboatton ini dipandu oleh instruktur senam profesional.

Finish di Jembatan Musi
Acara pembukaan Musi Triboatton 2012 akan berlangsung di Empat Lawang pada Selasa 6 November. Etape pertama start di Tanjung Raya , finish di Tebing Tinggi sepanjang 40 Km setelah acara pembukaan. 

Etape kedua, Rabu dari Tebing Tinggi ke Muara Kelinge (90 Km). Etape ketiga, Kamis dari Muara Kelingi ke Sekayu (150 Km). Etape keempat , Jum'at dari Sekayu ke Pengumbuh (90 Km). Etape kelima, Sabtu dari Pengumbuh ke Palembang (90 Km). Dan etape keenam atau terakhir, Minggu, 11 Novemner dari Benteng Kuto Besak ke Jembatan Ampera sepanjang 1 Kilometer.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP