Koes Plus Memukau Warga Perbatasan NTT dan Timor Leste
Grup band legendaris Koes Plus memukau masyarakat perbatasan dua negara saat meramaikan Festival Wisata Perbatasan Timoresia ke-4 di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Konsernya bukan saja diminati para penggemarnya yang berusia senja pun kaula muda bahkan anak-anak.
"Saya senang bisa kembali ke Atambua. Ini kunjungan kami kedua kali di Atambua. Pertama tahun 1970 silam, saat kampanye Golkar di Atambua dan sekarang ini dalam rangka meramaikan Festival Wisata Perbatasan" ujar Yon Koeswoyo vokalis Koes Plus mengawali konsernya, Kamis malam, (25/10/2012) .
“Waktu pertama tampil di sini, lagu Koes Plus masih sedikit. Sekarang umur Koes Plus sudah 43 tahun, lagunya banyak, ada seribu lebih,” tambah Yon. Sebagai lagu pembuka, Yon yang ditemani tiga personil Koes Plus berusia muda membawakan lagu “Kolam Susu”.
Lagu ini sengaja dipilih sebagai lagu pembuka mengingat banyak pihak termasuk masyarakat Belu menilai Koes Plus menciptakan lagu tersebut terinsipirasi dari salah satu obyek wisata di Kabupaten Belu yang bernama Kolam Susuk.
Padahal ketika dikonformasi, Yon mengatakan sebenarnya lagu tersebut terinsiprasi dari seorang turis Jerman yang mengatakan kepadanya bahwa negara Indonesia terutama perairannya seperti kolam susu yang kaya hasil lautnya dan indah pemandangannya dihiasi pulau-pulau. “Itu dikatakan oleh orang Jerman pada tahun 60-an.
Dari pernyataan itulah Koes Plus terinspirasi bikin lagu Kolam Susu. Jadi bukan karena obyek wisata Kolam Susuk,” katanya saat ditemui di Kolam Susuk yang berada di Dusun Susuk, Desa Jenelu, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu sebelum dia mentas.
Yon pun mengaku tidak tahu kenapa bisa ada penilaian seperti itu. Bisa jadi karena judul lagu tersebut hampir mirip dengan obyek yang dimaksud. “Tapi kalau itu dapat mengangkat obyek wisata Kolam Susuk, ya mongo-monggo saja dikait-kaitkan dengan lagu Kolam Susu,” ujarnya.
Lagu pertama yang dibawakannya malam itu pun disambut hangat penonton. Uniknya, penonton yang ikut bernyanyi bukan cuma kalangan orang tua pun anak-anak muda yang usianya berjarak dengan Koes Plus. Ini membuktikan lagu-lagu band senior ini juga familiar di telinga anak muda sekarang, sekalipun berada jauh dari Jakarta.
Tanpa banyak basa-basi, Yon langsung meneruskan konsernya dengan membawakan lagu kedua berjudul Why Do You Love Me. “Lagu ini pernah ngetop di Australia selama sepekan pada tahun 70-an” jelasnya. Lagu ini pun turut dinyanyikan secara koor oleh penonton.
Begitupun lagu ketiga dan seterusnya seperti lagu berjudul Bujangan, Pelangi, Diana, Bis Sekolah, Kisah Sedih di Hari Minggu, Muda-Mudi, Buat Apa Susah, Ku Jemu, Manis dan Sayang, Kembali ke Jakarta, Andai Kau Datang, sampai lagu penutup yang berjudul Kapan-Kapan.
Ketika hendak menyanyikan lagu “Kisah Sedih di Hari Minggu”, Yon meminta Bupati Kabupaten Belu naik ke panggung dan bernyanyi bersama. Sayangnya bupati Belu mengaku kurang tahu lagu-lagu Koes Plus. Akhirnya dia hanya mendampingi Yon bernyanyi saja.
Dan ketika Yon menyanyikan lagu Manis dan Sayang, dia meminta Direktur Pemasaran Pariwisata Dalam Negeri, Kemenparekraf Faried M untuk naik panggung. Permintaan itu disanggupi Faried. Bahkan Faried me-request lagu kedua bertajuk Kembali ke Jakarta. Mereka pun bernyayi bersama, diikuti penonton.
Hampir 2 jam lebih Koes Plus memukau pentonton yang bukan saja warga Atambua dan sekitarnya pun mayarakat Timor Leste yang ada di perbatasan termasuk perwakilan dari kementerian pariwisatanya.
Usai berkonser, Yon mengucapkan terimakasih kepada warga Atambua dan perbatasan yang begitu antusias menikmati konsernya.
Yon menilai Atambua sudah sangat jauh berbeda dibanding tahun 1970 silam. “Saya senang bisa kembali dan melihat Atambua lagi. Dulu waktu pertama kali konser di sini, penonton sedikit. Kali ini luar biasa, penontonnya begitu berjubel,” jelasnya.
Penyanyi bersuara khas ini berjanji akan kembali ke Atambua jika ada yang mensponsori. "Kalau ada yang sponsor untuk nyanyi lagi di sini, saya pasti ke Atambua lagi," tegasnya.
Yon menilai festival ini sangat positif karena dapat membangun kedamaian di wilayah perbatasan antarkedua negara. “Mudah-mudahan acara semacam ini diteruskan pada tahun-tahun mendatang. Dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi kedua masyarakat bertetangga ini,” harapnya.
Festival wisata perbatasan merupakan kegiatan yang digelar Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Dalam Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Acara festival wisata perbatasan keempat tahun ini berlangsung selama 4 hari dari tanggal 23 s/d 26 Oktober 2012. Ada delapan mata acaranya, yakni konser musik, pagelaran seni dan budaya, pasar malam, pameran, kuliner, pacuan kuda, musik suling bambu, dan door prize.
Festival wisata perbatasan yang diberi nama Timoresia ini bertujuan meningkatkan hubungan kekeluargaan antara warga Indonesia dan Timor Leste, terutama yang bermukim di sepanjang perbatasan. Di samping itu untuk memperkuat zona damai sebagai salah satu rekomendasi Komite Kebenaran dan Persahabatan Indonesia-Timor Leste serta memajukan kepariwisataan kedua negara.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar