Hotel Berbintang Segera Hadir di Atambua
Atambua, ibukota Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur makin ramai dikunjungi wisatawan maupun pebisnis. Maklum kota ini menjadi transit poros Kupang ke Dili, ibukota negara Timor Leste. Buktinya jumlah hotelnya kini terus bertambah. Sekarang ini, sekurang ada 10 hotel kelas melati yang layak diinapi di Atambua. Bahkan dalam waktu dekat bakal dibangun hotel berbintang.
“Kapasitas 10 hotel melati yang ada di Atambua dapat menampung sampai 500 orang,” kata Hendrik Oematan, manager Hotel Nusantara Dua, salah satu hotel melati ternama, beberapa waktu lalu di Atambua.
Khusus di hotel Nusantara Dua sendiri, lanjutnya dapat menampung sekitar 70 orang. “Tarifnya mulai dari Rp 135.000 sampai dengan Rp 285.000 per malam per kamar. Ekstra bad-nya Rp 50.000 per hari,” jelasnya.
Yang menarik hotel-hotel di Atambua ini justru ramai pada hari-hari biasa, mulai Senin sampai Jum’at. “Biasanya yang datang para pebisnis dari Kupang dan kota lain juga dari Dili serta instansi pemerintah,” akunya.
Perkembangan hotel di Atambua, tambah Hendrik semakin marak setelah tahun 1999. “Setelah kondisi aman dari konflik, rupanya banyak pihak yang tertarik membangun hotel di kota transit ini,” terangnya.
Kata Hendrik lagi, rencananya dalam waktu dekat Grup Aston akan membangun hotel berbintang di kota ini. “Namun sampai sekarang belum terlaksana, kalau tidak salah lantaran belum mendapat lahan yang cocok,” ujarnya.
Atambua dilirik pebisnis karena kota ini menjadi sentra dagang hasil bumi dari sejumlah daerah di Kabupaten Belu dan sekitarnya. “Hasil bumi disini terutama buah Mangga dan Jeruk. Tapi produksinya baru mencukupi untuk kebutuhan masyarakat lokal. Pernah jeruk dikirim ke Surabaya dalam jumlah relatif kecil sekitar 100 ton,” jelas pengusaha kontraktor ini.
Kota ini juga menjadi pintu perdagangan ternak sapi. “Sapi dari Atambua dan sejumlah daerah di Kabupaten Belu dikrim ke Jakarta sekitar 500 ekor tahun ini sebelum Idul Adha. Harga sapi dewasa siap potong di sini Rp5 juta-an,” katanya.
Murahnya harga seekor sapi di Atambua, bisa jadi salah satu faktor mengapa orang Minang, Sumatera Barat banyak yang membuka usaha restoran padang yang menunya banyak menggunakan bahan daging sapi di kota ini, termasuk di sejumlah tempat di Kabupaten Belo dan kabupaten lain di poros Kupang-Atambua hingga perbatasan.
Atambua juga diminati wisatawan karena ada obyek alam dan budaya di sekitarnya. Sekurangnya ada sepuluh obyek wisata di Atambua dan daerah lain di Kabupaten Belu.
“Kendalanya, aksesnya belum semuanya mulus. Dan belum ada brosur informasi mengenai obyek-obyek tersebut. Saya pernah meminta pihak terkait disbudparnya untuk menyediakannya. Tapi jawabannya belum ada dengan alasan tidak ada biaya untuk membuatnya,” akunya.
Wisman yang kerap datang ke Atambua, lanjut Hendrik dari Timor Leste, Australia, dan Eropa. Sisanya dari negara Asean dalam jumlah kecil. “Biasanya wisman transit di Atambua, sebelum ke Kota Dili, Timor Leste,” paparnya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar