Arsitektur Penyumbang PDB Keempat Tertinggi dari 15 Subsektor Ekonomi Kreatif
Arsitektur memberikan sumbangan cukup signifikan terhadap Product Domestic Bruto (PDB). Pada tahun 2010, arsitektur menjadi penyumbang keempat tertinggi dari 15 subsektor ekonomi kreatif dengan prosentasi 4,2% atau senilai 19,9 triliun rupiah. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menilai subsektor ini penting dan harus didukung.
Hal ini disampaikan Menparekraf Mari Elka Pangestu sebelum membuka acara Jakarta Architecture Triennale di Energy Building SCBD, Jakarta, Sabtu malam (20/10/2012).
“Subsektor ini (arsitektur_red) pada tahun 2010 menyerap 36.659 tenaga kerja, mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 17%. Dan produktivitasnya juga tertinggi di antara 15 subsektor ekonomi kreatif lainnya jika diukur dari nilai tambah yang dihasilkan per pekerja per tahun, ” ungkap Marie.
Melihat peningkatan kontribusi arsitektur terhadap PDB pada 2010, Marie yakin pada tahun 2012 meningkat. “Seharusnya meningkat. Namun kita belum menghitung berapa besar peningkatnya mengingat proses pembangunan arsitektur ini minimal bisa 2 tahun dan masih ada yang tengah berlangsung,” jelasnya.
Kata Marie, pariwisata tidak mungkin berkembang tanpa arsitektur, mengingat subsektor ini memberi nilai lebih terhadap bangunan hotel, galeri, museum, resto dan lainnya.
Ikon arsitektur, lanjutnya bisa menjadi obyek wisata yang dapat menjaring wisatawan seperti yang ada di beberapa negara lain. “Di dalam negeri contohnya arsitektur Masjid Istiqlal di Jakarta yang juga berhasil menarik perhatian wisatawan baik wisnus maupun wisman,” ujarnya.
Namun Marie akui, peran arsitektur dalam pengembangan destinasi wisata belum maksimal. “Masih banyak destinasi yang belum memiliki suguhan arsitektur yang indah atau belum mengelolanya dengan maksimal,” akunya.
Indonesia, tambah Marie memiliki arsitektur sangat kaya, salah satunya gedung-gedung tua dan bersejarah di kota-kota lama.
Disamping itu, merancang sebuah kota yang lebih baik dan memikirkan transportasi atau konektivitas untuk mencapai obyek-obyek tersebut. “Tak kalah penting menjaga arsitektur tradisional seperti gedung-gedung lama mengingat heritage itu juga penting,” kata Marie.
Mari juga berpesan supaya arsitek-arsitek Indonesia mampu membuat karya-karya arsitektur yang dapat bersaing dengan arsitek internasional. “Atau bersama mereka (arsitek internasional_red) membuat karya arsitektur kolaborasi yang membanggakan,” jelasnya.
Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
0 komentar:
Posting Komentar