. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 25 Februari 2013

Menyiasati Mitos dan Medan Panjang Gunung Ganda Dewata

Sejak berita Farham, anggota Mapalasta UIN Alauddin, Makassar yang ditemukan tewas di Gunung Ganda Dewata baru-baru ini tersiar, nama gunung yang berada di Sulawesi Barat ini pun kontan menasional, terlebih di kalangan pendaki. Padahal sebelumnya gunung berketinggian 3.037 meter di atas permukaan laut (m dpl) ini tidak begitu tersohor lantaran medannya sulit dan konon diselimuti mitos.

Ganda Dewata dipenuhi mitos. Setidaknya itulah yang kerap terdengar dari ucapan warga setempat yang tinggal di kaki gunung tertingi kedua di gugusan pegunungan Quarles Sulawesi. Quarles merupakan gugusan gunung batu berhutan tropis, yang membentang di tengah Pulau Sulawesi dari Tengah, Tenggara, Barat hingga bagian Selatan Sulawesi.

“Kalau terdengar suara gendang dari puncak gunung, berarti orang tersebut sudah hilang dan meninggal,” kata warga lokal yang enggan disebut namanya.

Sebuah batu berbentuk seperti gendang di atas gunung ini mengeluarkan gema ketika warga Mamasa menabuh gendang di desa saat prosesi ritual kematian. Padahal Jarak antara desa dengan tempat batu tersebut sangat jauh.

Seringnya terdengar suara gendang itulah yang membuat gunung yang berada dalam wilayah administrasi tiga kabupaten di Sulbar yakni Kabupaten Mamasa, Mamuju, dan Kabupaten Majene ini disebut juga Gandang Dewata.

Gema batu itu tidak diketahui dari mana, orang Mamasa tempo dulu meyakini suara itu datang dari Dewa. Gema dari batu menjadi informasi bagi warga yang sementara dihutan mengambil rotan atau berburu bahwa dibawa sana ada warga yang meninggal dunia. Karena suara batu itu tidak diketahui dari mana, orang Mamasa tempo doeloe meyakini suara itu datang dari Dewa. Melekatlah nama gunung ini dengan sebutan Gandang Dewata.

Kendati tinggi tak sampai 4.000 mdpl, gunung yang di hutannya masih dihuni beragam fauna asli Sulawesi seperti Anoa dan Burung Rangkong ini termasuk gunung yang sulit untuk diraih puncaknya. Bayangkan, untuk menggapai puncaknya diperlukan waktu minimal 8 hingga 12 hari. Ini dikarenakan lokasinya yang cukup sulit serta susahnya akses dan alat transportasinya.

Kedua faktor itulah yang membuat gunung ini jarang sekali didaki, termasuk para pendaki di Sulawesi. Padahal pemandangan dari puncaknya tak kalah menawan dibanding puncak-puncak gunung tersohor sekalipun. Kelebihan lain, banyak terdapat sungai berair jernih.

Jalur ke puncak gunung ini pertama kali dirintis oleh warga setempat pada tahun 1963. Baru tigapuluh tahun kemudian (1993), mapala dari salah satu pengurus tinggi di Yogyakarta melakukan pendakian. Sejak itu, mulailah dikenal istilah adanya pos 10 di gunung ini.

Sampai kini, ada 10 pos atau camp yang harus dilalui pendaki jika ingin menggapai puncaknya. Pendaki harus melintasi 9 gunung, yakni Gunung Lante Bobbok, Parandangan, Pappandangan, Lantang Lomo, Lombok Silenda, Damak-damak, Penga, Naik Daeng, dan terakhir Ganda Dewata.

Perjalanan pendakian dari Pos I hingga Pos V melewati hutan belantara asli dan jalan setapak yang naik turun punggungan bukit. Waktu yang dibutuhkan 4-5 hari perjalanan, tergantung kecepatan ritme langkah.

Di Pos VI, barulah dapat melihat Puncak Gunung Ganda Dewata. Di PosVII terdapat sumber air berupa sungai yang cukup besar dan berair jernih. Menuju pos VIII, medan pendakian kembali menanjak cukup curam dan licin sampai Pos IX.

Dari Pos IX ke puncak jalur pendakiannya ditumbuhi lumut hingga semata kaki. Daerahnya terbuka. Beberapa pohon tumbang dihantam angin kencang. Terlihat juga beberapa dinding tebing yang longsor. Waktu yang dibutuhkan dari Pos IX hingga puncak sekitar 4 jam.

Seperti puncak gunung lainnya, di puncak Gunung Ganda Dewata juga terdapat tiang triangulasi. Dari puncaknya, kita dapat menyaksikan panorama indah berupa rangkaian pegunungan Sulawesi antara lain Pegunungan Latimojong dan Gunung Kambuno.

Mengingat medan pendakiannya panjang dan membutuhkan waktu berhari-hari, pendaki yang hendak menggapai puncaknya harus memiliki persiapan fisik dan mental prima termasuk perlengkapan dan perbekalannya.

Tips Pendakian

Sebelum memulai pendakian, sebaiknya setibanya di Mamasa mampir ke rumah kepala desa/kampung atau tokoh adat setempat untuk meminta ijin. Lengkapi dengan surat jalan dari komunitas/organisasi atau RT/RW, dan surat jalan dari kepolisian. Dan jika tidak tahu medan, ada baiknya membawa pemandu, baik pendaki yang pernah ke sana maupun penduduk lokal.

Untuk mencapai Mamasa, Anda bisa naik bus 3/4 dari terminal luar kota di Makassar, Sulawesi Selatan dengan tujuan Mamasa. Tarifnya Rp 55.000/orang. Dari Mamasa ke desa terakhir yakni Desa Rante Pongko dengan naik Ojeg motor Rp 20.000/orang. Pilihan lain menuju Mamasa dari Makassar ke Panikang-Polewali-Mamasa.

Bila persiapan sudah terpenuhi, kemungkinan kejadian yang dialami Farham, salah satu dari lima pendaki yang hilang di Gunung Ganda Dewata, tidak terulang lagi. Empat rekan Farham berhasil ditemukan dalam keadaan selamat dua pekan lalu. Sementara jasad Farham baru ditemukan akhir pekan kemarin oleh tim Mapala di dekat puncak gunung yang dianggap keramat ini.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Dikmensi, Belajar di Alam Gaya SMP Bakti Idhata

Media pendidikan luar ruang atau biasa disebut outbound, dilirik SMP Bakti Idhata, Cilandak, Jakarta Selatan mulai tahun ini. Outbound yang diterapkan oleh sekolah yang di kepalai Drs. H. Adi Dasmin, M.M ini diberi nama Dikmesi alias Pendidikan Mental dan Spiritual. Outbound plus ala SMP Bakti Idhata ini memadukan beragam kegiatan outbound dengan kegiatan spritual dalam kemasan santai tapi serius.

Lokasi outbound yang digunakan SMPN Bakti Idhata di Kampung Ciputang, Desa Talaga, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Di areal seluas sekitar 4 hektar yang di dalamnya terdapat satu rumah permanen dan 3 rumah panggung serta 5 MCK terpisah, termasuk 4 balong (empang) yang berisi ikan nila, emas, dan lele, serta beberapa petak sawah dan kandang kambing.

Kendati hanya berdurasi 3 hari 2 malam, outbound yang dilakukan SMP Bakti Idhata terasa selangkah lebih maju. Pasalnya, pada malam kedua, siswa-siswi yang menjadi peserta diharuskan bermalam di rumah penduduk sekitar yang sudah ditentukan sebelumnya oleh panitia dalam hal ini guru pendamping.

Ketika dikmesi kelima digelar, ada 32 murid kelas 8B yang ikut serta dengan lima guru pendamping yakni Bashar Kalam, Mansur, Swastika Kesdiyanti atau biasa disapa Tika, Muhasan, dan Syarifudin yang akrab dipanggil Syarif. “Tiga murid tidak bisa ikut karena sakit,” jelas Bashar.

Dalam Dikmensi SMP Bakti Idhata, tidak menggunakan tenaga profesioal outbound. Para guru dilibatkan secara langsung dalam kegiatan ini secara bergantian. Mereka bukan saja sebagai pendamping, pun sekaligus instruktur outbound dan spiritual-nya.

Bashar misalnya, guru olahraga SMP Bakti Idhata ini dipercayakan sebagai instruktur utama khusus outbound dalam Dikmensi tahun ini berkat pengalamannya sebagai pembina pramuka dan pegiat kesenian khususnya seni Betawi. Kegiatan outbound sudah tak asing buat guru yang gemar memancing ini. Kegiatan bidang spiritual dipegang

Mansur yang tak lain guru Agama Islam dibantu Syarif sebagai guru bimbingan dan konseling serta muhasan sebagai guru matematika. Baik Muhasan dan Syarif juga merangkap sebagai pendokumentasi kegiatan ini. Kedua guru muda ini sama-sama gemar memotret.

Sementara Tika bertugas memantau prilaku siswa-siswa selama dikmensi berlangsung sekaligus mengatur konsumsi dan keuangan.

Pada hari pertama, selepas makan siang, seluruh peserta mendapat tugas awal yakni mengumpulkan 10 jenis daun tanaman pangan, buah dan tanaman obat-obatan sesuai yang tertera di LKS. Menurut Bashar, kegiatan ini berkaitan erat dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

“Banyak pelajara cuma tahu buahnya tapi tidak mengenal pohon atau tanamnya. Jadi kegiatan ini bermanfaat untuk memperkenalkan pelajar dengan sejumlah pohon yang memang sulit ditemukan di Jakarta,” jelasnya. Kesepuluh tanaman yang dicari itu antara lain padi, kelapa, sirsak, durian, sereh, kumis kucing, mangga, dan
lainnya

 Treking 6 Km 


Selesai menyelesaikan tugas tersebut, peserta dikmensi melanjutkan kegiatan treking atau jalan lintas alam ke luar lokasi sejauh lebih kurang 6 kilometer. Bashar mempimpin kegiatan outbound berunsur petualangan ini ditemani Mang Dedi, warga lokal sebagai pemandu.

“Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan alam pedesaan kepada siswa berikut kehidupan masyarakatnya secara langsung dan sekaligus melatih stamina fisik mereka,” terang Bashar. Rute treking diawali dari lokasi menuju perkampungan, selanjutnya memasuki areal persawahan dengan medan naik turun.

Di beberapa rumah di desa ini terdapat kegiatan pembuatan panganan seperti kue tambang, bandrek, dan biskut wijen yang dijual hingga keluar sukabumi. Bahkan ada juga yang membuat kerajinan berupa pelampung jala yang bentuknya menyerupai gangsing, yang diekspor hingga ke Taiwan. Beberapa siswa memesan kue tambang untuk oleh-oleh. Harganya Rp 5.000/bungkusnya.

Sayang, dalam dikmensi yang baru pertama digelar SMP Bakti Idhata tahun ini, tidak melakukan kunjungan ke rumah industri kecil-kecilan itu. Padahal itu ada kaitannya dengan ilmu ekonomi berbasis ekonomi rakyat pedesaan yang menarik diketahui lebih jauh.

Selepas perkampungan, hujan turun. Rombongan sempat berteduh di rumah kosong. Beberapa siswa mendapat suguhan minuman teh hangat dari warga setempat.

Warga Desa Talaga terbilang ramah dengan tamu. Bahkan setiap bertemu dengan orang luar yang datang ke daerahnya, mereka selalu berjabat tangan.

Selepas hujan berhenti, rombongan kembali beranjak. Kali ini medan sawah menjadi sajian utama. Mulai dari setapak kecil sampai jalan pematang sawah yang memisahkan antara petak sawah satu dengan sawah lainnya menjadi rute treking. Tanah yang becek dan licin sedikit menyulitkan pergerakan. Tapi semangat para siswa begitu berapi-api. Mereka seakan tak ada lelahnya.

Jelang sore rombongan tiba di lokasi. Mereka istirahat sejenak kemudian mengikuti fun games yakni meniti jembatan bambu yang membentang di atas empang berisi air sampai berhasil mengambil bendera merah putih yang tertanam di ujung titian disebilah bambu. “Permainan ini untuk melatih keseimbangan fisik siswa sekaligus menanamkan cinta tanah air dan menumbuhkan semangat pantang menyerah,” papar Bashar.

Satu per satu siswa bergantian meniti jembatan bambu yang beberapa bagiannya dilumuri lumpur dan air. Licin sudah pasti. Alhasil pada putaran pertama dan kedua, tak ada satupun siswa yang berhasil mencapai ujung titian. Semuanya kecebur ke empang dan jadi tertawaan peserta lain dan juga beberapa warga yang menonton permainan yang mengundang tawa itu. Baru pada putaran berikutnya, beberapa siswa dan siswi ada yang berhasil mencabut bendera merah putih itu.

Di permainan ini terlihat jelas, ada beberapa siswa dan siswi yang begitu bersemangat pantang menyerah menggapai ujung titian sekalipun beberapa kali jatuh dan bermandi air keruh dan berlumpur. Dan tak sedikit yang terlihat mudah menyerah.

Malam harinya giliran acara bertema spiritual menjadi menu utama. Selepas Shalat Magrib bersama para guru pendamping yang dipimpin Mansur menggelar zikir bersama sampai Shalat Isya berjamaah.

Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan yang diberi nama Emosional Aqidah atau disingkat Esa. Kegiatan yang tersebut diisi dengan pembekalan spiritual berisi nasihat dan penyadaran atas dosa-dosa agar siswa bertaubat dan kembali menjadi pribadi taat agama dan patuh kepada orangtua, guru, dan menghargai perbedaan dengan sesama.

“Hampir semua siswa menangis saat mengikuti Esa. Bahkan ada yang teriak menyebut mama-nya,” kata Syarif.

Keesokan harinya sejumlah kegiatan berunsur pendidikan kembali dilakukan siswa-siswi, antara lain memeras sapi di luar lokasi dengan berjalan kaki terlebih dahulu sekitar 2 Km untuk mengetahui cara memeras sapi yang benar dan memelihara sapi perah. Beberapa pelajar memesan susu sapi segar untuk dibawa pulang. Harganya Rp 6.000/liternya.

Dilanjutkan mengunjungi Pasar Ikan Talaga untuk mencatat jenis ikan tawar yang dijual dan proses pengembangbiakannya.

Kemudian peserta kembali ke lokasi dengan menggunakan angkot untuk sarapan pagi dan mengikuti kegiatan membajak sawah, menanam padi dan beberapa fun games yang bertujuan membentuk kerjasama dan kekompakan seperti permainan menyeberangi jala dan tower air.

Sorenya mereka mengikuti kegiatan santai memancing ikan di salah satu empang. “Kegiatan memancing ini selain sebagai rileksasi juga untuk membentuk jiwa sabar dan konentrasi agar siswa kelak lebih fokus dalam belajar,” aku Bashar lagi.

Malam kedua, peserta diharuskan bermalam di rumah penduduk. Ada 12 rumah penduduk yang dijadikan lokasi bermalam. Setiap rumah diinapi 2 sampai 3 peserta. Kegiatan terakhir inilah yang membedakan outbound SMP Bakti Idhata dengan outbound sekolah lainnya.

Meskipun hanya bermalam, setidaknya mereka sudah merasakan bagaimana menginap di rumah penduduk desa yang atmosfir dan fasilitasnya jauh berbeda dengan kediaman mereka masing-masing.

Kurang Kritis 

Berdasarkan pantauan penulis, selama berlangsungnya dikmensi para murid masih takut mengeluarkan pendapat. Daya kritis-nya amat minim. Komunikasi masih berlangsung satu arah, yakni dari guru sebagai pendamping kepada murid yang melulu menjadi pendengar.

Padahal diharapkan dalam kegiatan ini, murid berani kritis dan bertanya secara logis serta mengungkapkan alasan dan sarannya. Bisa jadi ini dampak dari metode mengajar yang selama ini melanda sejumlah sekolah di Tanah Air, termasuk di SMP Bakti Idhata, dimana kurangnya membangun jiwa berani berpendapat, berdiskusi dan berdebat atas sebuah soal atau kasus terhadap murid-muridnya sejak dini.

Kendati begitu banyak kelebihan yang terlihat dari kegiatan pendidikan alam terbuka ini. Setidaknya, murid semakin mengenal karakter diri dan teman-temannya serta tidak ada lagi pengelompokan (gank). Mereka semakin membaur dan melebur satu sama lain.

Krisnamurti Sugiharto, salah satu siswa kelas 8B SMP Bakti Idhata yang mengikuti dikmensi mengaku senang mengikuti outbound ala sekolahnya ini. Dia bilang banyak mendapat ilmu pengetahuan secara langsung, “Pokoknya lebih enak belajar di alam. Kalau di kelas bikin bête,” akunya jujur.

Keputusan SMP Bakti Idhata menerapkan pendidikan dan latihan di luar kelas ini sangat tepat. Dan sudah saatnya mendapat porsi lebih untuk mengantikan pendidikan konvensional (di dalam kelas/ruangan) yang selama ini begitu mendominasi dan dilakukan secara masif, yang akhirnya lebih berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif, bukan pada proses pengenalan lebih dalam pada sumber-sumber pengetahuan di alam.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Berwisata ke Kampung-Kampung Adat di Jawa Barat

Jawa Barat yang membuahbibir lantaran baru usai menggelar pilgub-nya, memiliki potensi wisata kampung adat yang cukup banyak. Sayang, belum semua tergarap optimal. Padahal jenis wisata ini banyak peminatnya. Sekurangnya ada 9 (sembilan) kampung adat di Jawa Barat, yang menarik untuk ditelusuri lebih jauh. 



Selain itu dapat melihat pengolahan singkong setelah dipanen menjadi aci (sagu). Ampas singkong (setelah sagunya diambil) tidak dibuang tapi dibuat beras singkong (rasi) dan olahan aci oleh beberapa warganya kemudian diolah menjadi berbagai macam panganan yang dapat dijadikan sebagai buah tangan sepulang dari kampung ini.

Kedua, Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar. Lokasinya berada di Desa Cicemet, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, di kaki Gunung Halimun, di tengah hutan yang berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Di kampung adat ini kita dapat menyaksikan acara seren taun yang berpusat di Imah Gede.

Ke Kampung Adat Ciptagelar bisa lewat jalur dari Pelabuhan Ratu menuju Sukawayana sepanjang 28 Km. Selain itu bisa ditempuh melewati Kampung Sirnaresmi sejauh 12,6 km. Jalur lainnyalewat Cicadas-Cikadu-Gunung Bongkok di wilayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, yang merupakan jalur terpendek.

Ketiga, Kampung Urug, Bogor. Masyarakat Kampung Urug menganggap bahwa mereka berasal dari keturunan Prabu Siliwangi, raja di kerajaan Pajajaran Jawa Barat. Jarak tempuh Kampung Urug dari Bandung sekitar 165 Km ke arah Barat. Dari Bogor lebih kurang 48 Km, dari kota kecamatan Sukajaya sekitar 6 Km, sedangkan dari kantor Desa Kiarapandak lebih kurang 1,2 Km.

Kita dapat menggunakan angkutan umum dari pertigaan Jasinga-Leuwiliang menuju ke Cipatat. Di pertigaan jalan raya Cipatat dan jalan desa bisa menggunakan ojeg sampai ke Kampung Urug, atau bisa juga menggunakan mobil Carry dari Jasinga- Leuwiliang sampai ke Kampung Urug.

Keempat, Kampung Kuta, Ciamis. Di kampung adat ini kita dapat melihat upacara nyuguh dilakukan oleh seluruh masyarakat Kampung Kuta bertempat dibalai dusun. Upacara ini diadakan setiap bulan Mulud (Maulud) sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur karena masyarakat Kampung Kuta telah diberi rejeki, dan terhindar dari malapetaka. Selain itu upacara Hajat Bumi yang bertujuan mensyukuri atas keberhasilan masyarakat Kampung Kuta dalam bercocok tanam padi. Waktunya antara bulan September sampai bulan November.

Dari kota Ciamas ke Kampung Kuta sekitar 34 km ke arah Utara. Kita dapat naik mobil angkutan umum sampai ke Kecamatan Rancah. Lalu naik ojeg motor. Begitu juga dari Kecamatan Tambaksari dapat menggunakan kendaraan umum mobil sewaan atau ojeg motor.

Kelima, Kampung Pulo, Garut. Lokasinya di pulau kecil di tengah Situ Cangkuang. Situ ini terletak di Kecamatan Leles, bisa dicapai 1, 5 jam perjalanan dari Bandung atau 30 menit dari Garut.

Di Kampung adat ini selain dapat melihat Candi Cangkuang dan berkeliling Setu Cangkung dengan rakit bambu, kita juga dapat melihat 6 rumah adat dan 1 masjid berfondasi batu dengan konstruksi kayu, berdinding bambu dan beratap genting tanah liat.

Keenam, Kampung Dukuh, Garut. Kampung adat ini menghuni Desa Cijambe, Kacamatan Cikelet. Wilayah adatnya di Utara dibatasi oleh Gunung ragas (haur duni Istilah masyrakat lokalnya). Sebelah Selatan dibatasi oleh laut kidul (Pantai selatan), sebelah Barat dibatasi oleh Sungai Cimangke, dan sebelah Timur dibatasi oleh Sungai Cipasarangan.

Batas-batas ini kemudian secara administratif di jadikan batas Desa Cijambe. Sekitar tahun 1984 batas wilayah adat dukuh secara administratif dimekarkan menjadi 2 desa, yaitu menjadi Desa Karang Sari dan Desa Cijambe sampai saat ini.

Ketujuh, Kampung Naga, Tasikmalaya. Kampung ini secara administratif berada di wilayah desa Neglasari, Kecamatan Salawau, Kabupaten Tasikmalaya. Lokasinya tak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan Kota Tasikmalaya. Dari kota Tasikmalaya ke Kampung Naga sekitar 30 Km, sedangkan dari kota Garut 26 Km.

Di sini kita bisa melihat rumah panggung dari bambu dan kayu yang beratap daun nipah, ijuk, atau alang-alang, dengan lantai rumah terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumahnya tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok, walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung (gedong). Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan tempat tidur.

Kedelapan, Kampung Cikondang. Lokasinya di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Yang dapat dilihat Seleh Taun Mapag Taun (Musiman/Wuku Taun) Upacara ini berkaitan dengan peringatan Tahun Baru Hijriah. Biasanya diperingati setiap tanggal 15 Muharam.

Tujuan upacara untuk mengungkapkan rasa terimakasih dan rasa syukur sekaligus berdo’a, memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa. Upacara diselenggarakan di Bumi Adat. Selain itu Ngaruat Lembur (Hajat Lembur). Upacara ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Safar, hari selasa atau kamis, jam 11.00 s.d 15.00. Upacara ini dilaksanakan di tengah-tengah kampung.

Kesembilan, Kampung Mahmud, Bandung. Lokasi di Desa Mekarrahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, tepatnya di sebuah delta, belokan Sungai Citarum. Di kampung ini ada makam yang dikeramatkan warga setempat antara lain makam Sembah Eyang Dalem Haji Abdul Manaf, pendiri kampung ini, keturunan dari Syarif Hidayatuliah seorang wali asal Cirebon.

Luas Kampung sekitar 4 hektar dihuni sekitar 200 kepala keluarga yang mayoritas petani. Masyarakatnya sangat mencintai dan menghormati leluhurnya, dengan memelihara makamnya dengan baik, bahkan menempatkannya sebagai makam keramat yang senantiasa mereka ziarahi.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Tiga PR Kang Aher dan Demiz di Bidang Pariwisata

Kang Aher (Ahmad Heryawan) dan Demiz (Deddy Mizwar) memenangkan Pilgub Jabar sementara berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei (24/2/2013). Jika Kang Aher dan Demiz menjadi orang nomor satu dan dua Jabar, keduanya harus menepati janji-janjinya saat berkampanye, salah satunya menggratiskan pembayaran sekolah untuk tingkat SMU. Di bidang pariwisata, tiga Pekerjaan Rumah (PR) menanti mereka benahi.

PR pertama yang harus dibenahi Kang Aher dan si-Demiz "Naga Bonar' di bidang pariwisata adalah soal sampah, terutama di Kota Bandung dan kota-kota besar lain di Jabar. Sampah yang menumpuk di beberapa tempat di Bandung, membuat kota yang semua mendapat julukan memikat sebagai Kota Kembang ini, seketika berubah berpredikat menjadi Bandung Kota Lautan Sampah.

Citra tak sedap ini jelas mencoreng kota kreatif yang dulu berhawa dingin namun kini pun mulai memanas ini. Padahal sejak beberapa tahun belakangan ini, Bandung diburu jutaan wisatawan baik wisnus maupun wisman terutama dari Malaysia dan sejumlah negara Asean lain sebagai kota wisata belanja kuliner dan fesyen.

Selama kepemimpinan Kang Aher yang kedua kali dan Demiz (baru kali pertama) diharapkan mampu memecahkan masalah sampah ini lewat solusi terbaik, adil, dan mengagumkan. Pertama, segera membuat Tempat Pembuangan Akhir Sampah di lokasi yang tepat. Kedua, meyakinkan masyarakat bahwa ini untuk kepentingan Jabar terutama pemulihat citra yang tak sedap tersebut. Ketiga, memberi sanksi tegas kepada setiap warga/perusahaan yang membuang sampah/limbah sembarangan.

PR kedua, memperbaiki akses menuju obyek wisata potensial yang ada di Jabar. Jabar memiliki sejumlah obyek wisata yang sebenarnya layak jual dan diminati wisatawan. Sayang akses menuju ke obyek-obyek tersebut masih rusak parah. Contoh obyek wisata Kawah Talaga Bodas di Garut dan Air Terjun Malela di Kabupaten Bandung Barat, dan lainnya.

Perbaikan akses jalan ke obyek wisata bukan semata untuk kepentingan pariwisata pun berdampak baik buat sektor lain seperti pertanian dan ekonomi kreatif. Masyarakat setempat bisa lebih mudah mendistribusikan hasil pertanian, perkebunan, dan kerajingantangannya.

PR ketiga, membenahi kerusakan lingkungan di wilayah pegunungan dan aliran sungai akibat pembukaan lahan untuk perkebunan dan tempat tinggal secara membabibuta. Hutan di Jabar semakin berkurang setiap tahun.

Lahan milik negara di sejumlah taman nasional, seperti Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Salak dan Halimun, Taman Nasional Gunung Ceremei dan beberapa kawasan lainnya rusak parah akibat penyalahgunaan pemanfaatannya.

Ketika musim hujan tiba, banjir, longsor, dan banjir bandang pun tak terelakkan. Ketika musim kemarau mendera, kekeringan pun tak terhindari.

Kang Aher dan Demiz harus tegas memberi hukuman kepada setiap perusak lingkungan dengan dalih apapaun termasuk untuk mata pencaharian sekalipun. Serta memberi jalan keluar agar masyarakat tidak seenaknya mendirikan bangunan, membabat hutan untuk lahan perkebunan, persawahan, perumahan dan lainnya dengan menciptakan lapangan pekerjaan padat karya.

Jika ketiga PR ini berhasil diselesaikan dengan baik oleh Kang Aher dan Demiz dalam waktu singkat, rasanya kepercayaan yang diberikan oleh para pencoblos-nya tidak sia-sia.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan

Read more...

Rabu, 20 Februari 2013

Pesona Anggun Bikin X Factor Indonesia Lebih Memesona

Ajang pemilihan penyanyi berbakat di Indonesia terus bermunculan dengan segala kekhasannya. Ada yang bertahan, tak sedikit yang meredup lalu menghilang. Kini muncul X Factor Indonesia yang langsung merebut perhatian masyarakat, terlebih penikmat musik di Tanah Air. Kehadiran Anggun dengan segala pesonanya sebagai salah satu juri ajang ini, disebut-sebut menjadi salah satu faktor kuat memesonanya program ini dibanding program serupa.

Penilaian itu ternyata bukan isapan jempol. Keterlibatan Anggun di X Factor Indonesia yang pertama ini bukan sekadar membuat program ini terasa punya gigi, kelas, dan bertaji.

Perempuan berzodiac Taurus, benama asli Anggun Cipta Sasmi, kelahiran Jakarta, 29 April 1974 ini pun sekaligus menjadi magnet utama yang kian memperkuat tiga magnet juri lainya yakni Rossa, Ahmad Dhani dan Bebi Romeo.

Sewaktu tampil di Ubud, Bali bersama Lilo, Anggun tampil bersahaja dan santun. Kemeja putih dan celana blue jeans-nya yang dikenakannya tak mengurangi aura-nya sebagai penyanyi berkaliber internasional.

Kesahajaannya justru membuatnya terlihat cantik dan cerdas. Terlebih Anggun begitu ekspresif setiap kali mengamati para kontestan yang diujinya. 

Ketika Bagus, peserta asal Bali membawakan lagu I Feel Good dari James Brown, dia tak sungkan memuji suara khasnya yang memang merdu.

 Dan ketika tampil di malam show case, Anggun lagi-lagi bikin memesona acara ini. Dia tampil tak berlebihan namun tetap elegan. Seperti biasa, rambut panjang hitam lurusnya dibiarkan terurai. Seakan menegaskan dia perempuan Timur, tepatnya Indonesia yang tetap menjaga ke-Indonesia-annya sekalipun dia sudah berkewarganageraan lain dan tinggal nun jauh di negeri lain.

Yang menarik ketika Fatin, gadis berjilbab berusia 16 tahun tampil dengan lagu Diamonds milik Rihanna, Anggun memujinya dianugerahi kelebihan berupa bakat natural yang begitu besar. Yang tak terduga, Anggun pun memuji penampilan Fatin. Dia bilang Fatin sudah punya karakter dan tetap tampil percaya diri dengan busana muslimah panggung yang modis sesuai umurnya.

Ketika Shena Malsiana menyanyikan lagu Pacar Lima Langkah dari Iceu Wong dengan ritme musik yang upbeat dengan maksimal dan begitu menikmati setiap lirik lagu yang dinyanyikannya, pun mendapat sanjungan hangat Anggun. “Saya melihat kamu sangat menikmati saat bernyanyi,” kata Anggun.

Tak beda jauh dengan Novita Dewi Marpaung yang menyanyikan lagu Langit Tak Mendengar milik Peterpan. Anggun tak sungkan mengungkapan perasaan irinya dengan suara ngerock Novita. “Saya ngiri dengan suara kamu,” katanya ekspresif. Setiap pujian yang diutarakannya tak mengada-ada, dan tak pula berlebihan. Dengan gayanya yang tetap ramah dan memberi semangat kontestan.

Sekalipun ada keritik, Anggun menyampaikannya dengan elegan. Anggun pun berusaha jujur kalau sejak dulu dia tidak begitu suka girl atau boyband. Tapi ketika kontestan girlband dadakan, Ilusia Girls yang terdiri atas Iin, Lusi, Annisa, dan Amalia, tampil enerjik membawakan lagu I Love You Like a Love Song milik Selena Gomez, dia jadi berubah suka. Cuma Anggun berpesan jangan sampai girls band terlihat unyu-unyu, so sweet. “Perempuan harus kuat, strong women,” ujarnya.

Kendata Fatin dan Mikha, dua kontestan yang mendapat sorotan lebih di ajang ini dibanding kontestan lain. Namun pesona Anggun dalam duakali kemunculannya di X Factor Indonesia, tak terbantahkan turut mendongkrak program ini menjadi memikat.

Pesona perempuan Indonesia yang elegan, santun, dan mandiri yang dicuatkannya itu, bakal dinanti-nanti jutaan pemirsa setia X Factor Indonesia saban Jum’at malam di layar kaca.

 Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
 Foto: dok. Ist.

Read more...

Beriwisata ke Kota Rambutan, Binjai

Mencicipi Rambutan Binjai memang bisa di mana saja. Pohon dan buahnya sudah menyebar ke sejumlah daerah dan kota di Jawa dan pulau lainnya. Tapi kalau menikmatinya di tempat asalnya yakni Binjai, Sumatera Utara. Hmmmm.., jelas menawarkan atmosfir lain.



Produksi Rambutan Binjai dari kota ini mencapai sekitar 2.400 ton per tahun dari lahan seluas sekitar 425 hektare. Umumnya usaha perkebunan rambutannya dilakukan oleh penduduk secara tradisional.

Kota Binjai berada di bagian Utara Sumut atau 22 Kilometer di sebelah Barat Kota Medan. Kota ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat di sebelah Barat dan Uutara, serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah Timur dan Selatan.

Konon, Kota Binjai berasal dari sebuah kampung kecil yang terletak di pinggir Sungai Bingai. Upacara adat dalam rangka pembukaan Kampung tersebut diadakan di bawah sebatang pohon Binjai yang besar dan rindang serta tumbuh di pinggir Sungai Bingai.

Di sekitar pohon Binjai yang besar itulah kemudian dibangun beberapa rumah yang lama-kelamaan menjadi besar dan luas. Kawasan itu lalu berkembang menjadi bandar atau pelabuhan yang ramai didatangi oleh tongkang-tongkang dari Stabat, Tanjung Pura, dan Selat Malaka. Hingga akhirnya nama pohon Binjai tersebut melekat menjadi nama Kota Binjai. Kalau datang ke Kota

Binjai saat musim rambutan tiba, Anda akan melihat pemandangan pedagang rambutan di sepanjang jalan masuk kota. Para pedagang rambutan tersebut berjualan di tempat-tempat yang sudah dibangun oleh pemkot setempat sehingga memberi kenyamanan saat menyantap rambutan.

Atau bisa juga membawa rambutannya sambil keliling kota melihat bangunan tua dan Tugu Perjuangan 1945 yang menjadi perlambang pintu gerbang Kota Binjai menyambut kedatangan anda yang datang dari luar kota.

Pilihan lain menikmati Rambutan Binjai di Pantai Indah SB yang ramai dikunjungi wargai Binjai dan sekitarnya terutama pada akhir pekan.

SB merupakan singkatan dari nama orang, Suherman Bangun. Dialah yang mengelola lokasi ini. Dulunya Pantai Indah SB hanyalah sebuah sungai biasa, kini ia menjadi objek wisata menarik. Daya tarik utama Pantai Indah SB adalah lokasinya yang masih alami.

Sungainya tersembunyi di balik perkebunan sawit. Air yang mengalir dari Sungai Begulda sangat sejuk dan bening. Banyak pengunjung yang berenenang menggunakan ban. Letaknya sekitar 6 Km dari pusat kota.

Binjai merupakan salah satu tempat transit bagi wisatawan yang ingin menuju ke kawasan wisata Bukit lawang di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser di Kabupaten Langkat yang berjarak 68 Km di Barat Laut Binjai. Bukit Lawang juga merupakan daerah konservasi mawas Sumatera atau orang utan merah.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com).

Read more...

Kamis, 07 Februari 2013

Tour de Singkarak 2013 Berhadiah Total 1,2 Miliar Rupiah

Total hadiah perlombaan balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) 2013 di Sumatera Barat (Sumbar) meningkat dari total Rp 1 miliar pada tahun lalu menjadi Rp 1,2 miliar. Selain itu total jarak yang dilombakan juga bertambah dari 854 kilometer menjadi 1.000 kilometer.



















Read more...

Bukittinggi Jadi Lokasi Start dan Finish Tour de Singkarak 2013

Bukittinggi ditetapkan sebagai tempat start dan finish-nya balap sepeda Tour de Singkarak (TdS) V tahun 2013 ini. Terpilihnya kota sejuk ber-ngarai ini tak lepas dari sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki. TdS 2012 lalu, lokasi finish bertempat di Kota Sawahlunto dan finish-nya di Kota Padang.













Read more...

Selasa, 05 Februari 2013

208 Desainer dan 503 brand Ramaikan Indonesia Fashion Week 2013

Lebih dari 208 desainer lokal dan internasional dan 503 brand dipastikan bakal berpartisipasi dalam Indonesia Fashion Week 2013 yang akan berlangsung di Jakarta Convention Centre pada tanggal 14 – 17 Februari 2013.

Acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ini juga didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Semua produk unggulan yang akan ditampilkan di IFW 2013 dikurasi dengan seksama oleh dewan Indonesia Fashion Week 2013. Produk tersebut memiliki konten lokal dengan standar global.

Sejumlah praktissi mode, desainer, pelaku bisnis mode skala kecil, menengah, hingga besar, baik dari dalam dan luar negeri dipastikan akan terlibat dalam acara ini. IFW 2013 akan menghadirkan rancangan terbaru dan terbaik dari para perancang busana.

Acaranya bukan hanya berpusat pada fashion show, pun seminar, kompetisi, dan pameran produk fashion yang terbagi dalam 9 zona (women, men, kids, accesories, textile, muslim, starting point, concept point dan green point). Peserta pamerannya dari dalam negeri yang akan menampilkan konsep treng berakar pada budaya lokal dan berunsur kreativitas otentik Indonesia.

 IFW diharapkan menjadi cikal pesta mode bagi semua kalangan, sekaligus sebagai ajang pamer potensi kreatif para pelaku mode. Semakin meroketnya kiprah industri fashion tanah air ini tentunya akan memberi dampak baik bagi kenaikan Product Domestic Bruto (PDB).

Pada tahun 2012 bidang fesyen telah memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp164.505,2 (miliar) atau sebesar 28,66% yang telah mengalami kenaikan 0,5% dari tahun 2011 sebesar Rp 147.559,6 (miliar).

Para insan muda yang dikaruniai talenta kreatif di bidang fashion berkontribusi meningkatkan citra Indonesia dalam perhelatan akbar pada dunia fashion.

IFW sangat mendukung lahirnya bakat-bakat baru di dunia fashion. Hal tersebut direalisasikan melalui kompetisi fashion yang digelar pada tahun ini, yaitu Indonesia Fashion Entrepreneur Competition yang dibagi menjadi dua tipe, yaitu busana dan aksesoris. Pemenang kompetisi ini akan dinobatkan menjadi duta muda Ready to Wear Indonesia.

Seperti tahun lalu, IFW kedua ini masih mengusung sarung sebagai tren fashion dalam pertunjukan modenya. Hal ini dikarenakan sarung bersifat fleksibel dan praktis. Sarung juga dipercaya dapat meraih popularitas lebih besar lagi, baik di dalam maupun di luar negeri.

Lebih dari itu, Indonesia memiliki beragam sarung khas daerah yang memiliki nilai serta makna mendalam yang bercerita tentang kehidupan masyarakat Indonesia.

Pembukaan IFW 2013 akan dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ilham-Humas Kemenparekraf

Read more...

Kemenparekraf Segera Merilis Blue Print Ekonomi Kreatif Fashion

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan merilis Blue Print Ekonomi Kreatif Fashion yang telah dirancang Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) bersama Kemenparekraf, melalui Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan Iptek pada pembukaan Indonesia Fashion Week (IFW) 2013 di Jakarta Convention Centre (JCC), 14 Februari 2013.

Blue print tersebut berisi strategi untuk menjadikan Indonesia sebagai sumber inspirasi melalui prognosa tren, dan pemetaan kerja sama empat kementerian yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian serta Kementerian KUKM (Koperasi dan UKM).

Blue print ini mengusung 3 strategi dalam pencapaian inovasi kreatif dengan menjunjung budaya lokal yaitu melalui riset, pembinaan, dan peningkatan kompetensi, serta peningkatan kinerja usaha. Diharapkan industri mode akan bersatu untuk fokus pada produk siap pakai dengan target kelas menengah.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu dalam siaran pers-nya menyatakan bahwa fashion penting diperhatikan dan perlu mendapat dukungan. Bukan semata untuk mengejar program pemerintah yang mencanangkan Indonesia dapat menjadi salah satu pusat mode dunia pada 2025, tapi karena industri fashion sendiri memberi banyak kontribusi terhadap ekonomi masyarakat juga negara.

“Fashion terbukti mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada jutaan orang. Fashion Indonesia juga penting mendapatkan perhatian dalam pengembangannya, karena potensinya besar, baik produknya yang beragam juga potensi penggunanya yang besar,” jelasnya.

Kerjasama semua pihak bukan hanya pemerintah namun juga dunia usaha, asosiasi dan dunia pendidikan diperlukan untuk mencapai visi bersama ini, dengan misi utama mensejahterakan rakyat Indonesia melalui kreatif mode.

 Menurut Marie lagi, visi perlu didukung semua pihak terkait, yaitu pemerintah, dunia usaha, asosiasi profesi dan dunia pendidikan. “Semua itu untuk mencapai misi utama yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ekonomi kreatif di bidang mode,” tegasnya.

Naskah: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)
Foto: Ilham-Humas Kemenparekraf

Read more...

Sabtu, 02 Februari 2013

‘Semalam di Jailolo’ Upaya Mengembalikan Keemasan Halmahera Barat

Pada zaman Kolonial, Halmahera Barat (Halbar), Provinsi Maluku Utara terkenal sebagai sumber rempah-rempah. Namun seiring waktu kejayaannya itu ikut memudar. Kini pemkab setempat berupaya mengembalikan keemasannya dengan menggali semua potensi wisata dan budayanya. Salah satunya dengan menggelar acara seni budaya bertajuk "Semalam di Jailolo" di Jakarta, Kamis lalu.

































Read more...

Jumat, 01 Februari 2013

Yuk Panen Rambutan di Mekarsari

Taman Wisata Mekarsari menawarkan program Tur Rambutan mulai tanggal 1 sampai dengan 28 Februari 2013. Ada tiga jenis rambutan unggulan yang bisa dipanen, yakni aceh lebak, binjai, dan simacan. Program ini tak lepas dari tema bulan Februari ini, yakni “Bulan Rambutan".

Tur Rambutan terdiri atas kegiatan untuk per orang (regular tour) dan untuk per keluarga (family tour).

Untuk tur reguler, pengunjung dapat memanen rambutan binjai langsung dari pohon dengan keranjang yang telah disediakan dan berukuran 1 kilogram. Harga tur-nya Rp 30.000 (tidak termasuk tiket masuk Taman Wisata Mekarsari) tapi sudah termasuk tiket kereta keliling, masuk wahana kebun rambutan, panen rambutan 1 kilogram, dan air mineral.

Untuk tur keluarga, paket berlaku bagi maksimal lima orang. Setiap keluarga dapat memanen rambutan binjai dari satu pohon yang harus dipesan terlebih dahulu sebelum keberangkatan menuju kebun.

Tur keluarga terbagi dua. Untuk pohon berbuah sedang atau bisa mencapai 30 kilogram, pengunjung dikenai biaya Rp 525.000 per keluarga. Tiket sudah termasuk untuk kereta keliling, karung berkapasitas 50 kilogram, tisu basah, air mineral.

Sedangkan untuk pohon berbuah lebat atau bisa mencapai 50 kilogram, pengunjung dikenai biaya Rp 700.000 per keluarga. Pengunjung akan disediakan keranjang untuk memanen rambutan dan menikmatinya sampai puas, tisu basah, suvenir, dan air mineral. Pengunjung juga diberikan karung berkapasitas 50 kilogram agar rambutan yang dipanen bisa dibawa pulang.

 "Durasi pengambilan hanya selama satu hari," kata Manajer Hubungan Masyarakat Taman Wisata Mekarsari Putri Ayu Pratami saat jumpa pers kegiatan selama 2013, Rabu (30/1/2013).



Seperti namanya, badut-badut ini akan “membajak” kereta wisata yang Anda naiki. Sang badut tidak akan berlaku onar, karena dia akan mengizinkan Anda untuk berfoto bersama. Setelah itu, Anda akan dibebaskan seraya diberi seikat rambutan dan suvenir Mekarsari.

Masih dalam rangkaian program “Panen Raya Rambutan”, setiap hari Minggu wisatawan yang sedang bersantai di pinggir danau akan dikagetkan dengan “Grebek Rambutan” yang dilakukan petugas Taman Wisata Mekarsari. Para petugas berpakaian layaknya petani ini menjual rambutan binjai seharga Rp 2.000 per kilogram. Padahal, harga rambutan ini di luar Mekarsari mencapai Rp20 ribu per kilogram.

Kejutan-kejutan lain pada Februari pun menunggu Anda di pintu masuk dan kursi kereta wisata yang membawa Anda berkeliling. Khusus pada 10 Februari 2013, tepat Tahun Baru China, Taman Wisata Mekarsari akan menghadirkan pertunjukan barongsai di area Festival Point. Dalam sehari, akan ada dua kali pertunjukan barongsai.

Naskah: adji kurniawan 
Foto: dok. mekarsari

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP