. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 25 Februari 2013

Menyiasati Mitos dan Medan Panjang Gunung Ganda Dewata

Sejak berita Farham, anggota Mapalasta UIN Alauddin, Makassar yang ditemukan tewas di Gunung Ganda Dewata baru-baru ini tersiar, nama gunung yang berada di Sulawesi Barat ini pun kontan menasional, terlebih di kalangan pendaki. Padahal sebelumnya gunung berketinggian 3.037 meter di atas permukaan laut (m dpl) ini tidak begitu tersohor lantaran medannya sulit dan konon diselimuti mitos. 

Ganda Dewata dipenuhi mitos. Setidaknya itulah yang kerap terdengar dari ucapan warga setempat yang tinggal di kaki gunung tertingi kedua di gugusan pegunungan Quarles Sulawesi. Quarles merupakan gugusan gunung batu berhutan tropis, yang membentang di tengah Pulau Sulawesi dari Tengah, Tenggara, Barat hingga bagian Selatan Sulawesi.

“Kalau terdengar suara gendang dari puncak gunung, berarti orang tersebut sudah hilang dan meninggal,” kata warga lokal yang enggan disebut namanya.

Sebuah batu berbentuk seperti gendang di atas gunung ini mengeluarkan gema ketika warga Mamasa menabuh gendang di desa saat prosesi ritual kematian. Padahal Jarak antara desa dengan tempat batu tersebut sangat jauh.

Seringnya terdengar suara gendang itulah yang membuat gunung yang berada dalam wilayah administrasi tiga kabupaten di Sulbar yakni Kabupaten Mamasa, Mamuju, dan Kabupaten Majene ini disebut juga Gandang Dewata.

Gema batu itu tidak diketahui dari mana, orang Mamasa tempo dulu meyakini suara itu datang dari Dewa. Gema dari batu menjadi informasi bagi warga yang sementara dihutan mengambil rotan atau berburu bahwa dibawa sana ada warga yang meninggal dunia. Karena suara batu itu tidak diketahui dari mana, orang Mamasa tempo doeloe meyakini suara itu datang dari Dewa. Melekatlah nama gunung ini dengan sebutan Gandang Dewata.

Kendati tinggi tak sampai 4.000 mdpl, gunung yang di hutannya masih dihuni beragam fauna asli Sulawesi seperti Anoa dan Burung Rangkong ini termasuk gunung yang sulit untuk diraih puncaknya. Bayangkan, untuk menggapai puncaknya diperlukan waktu minimal 8 hingga 12 hari. Ini dikarenakan lokasinya yang cukup sulit serta susahnya akses dan alat transportasinya.

Kedua faktor itulah yang membuat gunung ini jarang sekali didaki, termasuk para pendaki di Sulawesi. Padahal pemandangan dari puncaknya tak kalah menawan dibanding puncak-puncak gunung tersohor sekalipun. Kelebihan lain, banyak terdapat sungai berair jernih.

Jalur ke puncak gunung ini pertama kali dirintis oleh warga setempat pada tahun 1963. Baru tigapuluh tahun kemudian (1993), mapala dari salah satu pengurus tinggi di Yogyakarta melakukan pendakian. Sejak itu, mulailah dikenal istilah adanya pos 10 di gunung ini.

Sampai kini, ada 10 pos atau camp yang harus dilalui pendaki jika ingin menggapai puncaknya. Pendaki harus melintasi 9 gunung, yakni Gunung Lante Bobbok, Parandangan, Pappandangan, Lantang Lomo, Lombok Silenda, Damak-damak, Penga, Naik Daeng, dan terakhir Ganda Dewata.

Perjalanan pendakian dari Pos I hingga Pos V melewati hutan belantara asli dan jalan setapak yang naik turun punggungan bukit. Waktu yang dibutuhkan 4-5 hari perjalanan, tergantung kecepatan ritme langkah.

Di Pos VI, barulah dapat melihat Puncak Gunung Ganda Dewata. Di PosVII terdapat sumber air berupa sungai yang cukup besar dan berair jernih. Menuju pos VIII, medan pendakian kembali menanjak cukup curam dan licin sampai Pos IX.

Dari Pos IX ke puncak jalur pendakiannya ditumbuhi lumut hingga semata kaki. Daerahnya terbuka. Beberapa pohon tumbang dihantam angin kencang. Terlihat juga beberapa dinding tebing yang longsor. Waktu yang dibutuhkan dari Pos IX hingga puncak sekitar 4 jam.

Seperti puncak gunung lainnya, di puncak Gunung Ganda Dewata juga terdapat tiang triangulasi. Dari puncaknya, kita dapat menyaksikan panorama indah berupa rangkaian pegunungan Sulawesi antara lain Pegunungan Latimojong dan Gunung Kambuno.

Mengingat medan pendakiannya panjang dan membutuhkan waktu berhari-hari, pendaki yang hendak menggapai puncaknya harus memiliki persiapan fisik dan mental prima termasuk perlengkapan dan perbekalannya.

Tips Pendakian

Sebelum memulai pendakian, sebaiknya setibanya di Mamasa mampir ke rumah kepala desa/kampung atau tokoh adat setempat untuk meminta ijin. Lengkapi dengan surat jalan dari komunitas/organisasi atau RT/RW, dan surat jalan dari kepolisian. Dan jika tidak tahu medan, ada baiknya membawa pemandu, baik pendaki yang pernah ke sana maupun penduduk lokal.

Untuk mencapai Mamasa, Anda bisa naik bus 3/4 dari terminal luar kota di Makassar, Sulawesi Selatan dengan tujuan Mamasa. Tarifnya Rp 55.000/orang. Dari Mamasa ke desa terakhir yakni Desa Rante Pongko dengan naik Ojeg motor Rp 20.000/orang. Pilihan lain menuju Mamasa dari Makassar ke Panikang-Polewali-Mamasa.

Bila persiapan sudah terpenuhi, kemungkinan kejadian yang dialami Farham, salah satu dari lima pendaki yang hilang di Gunung Ganda Dewata, tidak terulang lagi. Empat rekan Farham berhasil ditemukan dalam keadaan selamat dua pekan lalu. Sementara jasad Farham baru ditemukan akhir pekan kemarin oleh tim Mapala di dekat puncak gunung yang dianggap keramat ini.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP