. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 28 September 2010

Nikmati Green Tourism di Nusa Dua Fiesta 2010


Belum tahu mau kemana liburan bulan depan? Coba saja ke Bali untuk menikmati green tourism yang dikemas dalam event bertajuk Nusa Dua Fiesta 2010. Di festival tahunan Bali Tourism Development Corporation (BTDC) ini, Anda bakal mendapatkan suguhan bermacam seni pertunjukan, budaya, olahraga, musik, dan pameran serta program peduli lingkungan berlabel Green Camp.

Atraksi seni budaya yang dapat Ada nikmati di Festival Nusa Dua Fiesta 2010 yang akan digelar pada 15-19 Oktober di Nusa Dua, Bali, bukan hanya aneka tarian Bali dari berbagai daerah di Bali. Pun dari sejumlah daerah di Indonesia, antara lain Tarian Kolosal Kebo Iwa dan Putri Nyale dari Lombok. Bukan cuma itu, ada juga suguhan peserta penari mancanegara yang akan membawakan tarian khas negaranya antara lain dari India dan Jepang.

Produk pameran yang dapat Anda beli, berupa aneka kerajinan tangan dari seluruh Bali dan daerah di Tanah Air serta fasilitas-fasilitas hotel dan lainnya yang ada di Bali dan Nusa Dua khususnya.

Di program lingkungan Green Camp dalam festival ini, Anda dapat melihat aktivitas anak-anak sekolah yang melakukan bersih pantai (beach clean up) sepanjang pantai Nusa Dua. Di samping itu bisa mengikuti penyuluhan tantang apa itu Eco-Tourism, kepedulian terhadap sampah plastik, penanaman terumbu karang, kegiatan penghijauan untuk mewujudkan One Man One Tree.

Kegiatan Olah raga yang dapat Anda ikuti atau lihat antara lain wood ball, beach valleyball, billiard, cricket, golf tournament, dan Bali International Marathon. Khusus buat anak-anak Anda, di sejumlah hotel digelar acara hotel’s day, family day dan fun games.

Menurut Ketua Umum Nusa Dua Fiesta 2010 IGK Purnaya, Feastival Nusa Dua Fiesta kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena ada Bali Cullinary Challange 2010 yang memperlombakan masakan tradisional Bali antara lain Bebek Betutu yang diikuti chef seluruh Indonesia. “Wisatawan dapat melihat langsung demo masak masakan tradisional Bali yanag diperagakan para chef,” jelasnya.

Menbudpar Jero Wacik berharap pelaksanaan Festival Nusa Dua Festa 2010 ini akan kian meningkatkan kunjungan wisnus dan wisman ke Bali. “Berapa besar peningkatannya itu belum dapat diukur secepatnya, karena festival semacam ini sebagai pencitraan positif buat pariwisata setempat yang dapat berdampak baik dikemudian hari. Minimal saat pelaksanaannya, dapat menambah masa tinggal wisatawan yang tengah dan akan berlibur di sana,” jelasnya saat perskon Festival Nusa Dua Fiesta 2010 di Jakarta, kemarin (28/9/2010).

Naskah & Foto: Adji Kurniwan (adji_travelplus@yahoo.com)

Cat.: Nusa Dua mudah dijangkau dari Bandara Internasional Ngurah Rai dengan taksi maupun mobil travel. Waktu tempuhnya sekitar 15 menit. Di kawasan elit ini tersedia sejumlah resort dan hotel kelas atas serta obyek alam unik yang disebut water blow, berupa deburan ombak mencapai 15 meter yang keras menghempas batuan karang hingga menimbulkan suara berdentum.

Read more...

Mengenal Identitas Bangsa Lewat Seni Lukis Potret



Ingin tahu lebih jauh tentang Basoeki Abdullah dan lukisannya sambil berwisata museum? Datang saja ke Museum Basoeki Abdullah di Cilandak, Jakarta Selatan. Pasalnya di sana ada pameran bersama seni lukis potret bertajuk Mengenal Identitas bangsa. Pameran yang berlangsung sejak kemarin hingga 20 Oktober 2010 ini, menampilkan sejumlah lukisan masterpiece Basuki Abdulah dan maestro seni lukis Indonesia lainnya.

Pameran yang diselenggarakan Direktorat Jenderal (Ditjen) Sejarah Purbakala (Sepur), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) bekerjasama dengan Museum Basoeki Abdullah serta 3 museum lain yakni Museum Lambung Mangkurat (Kalsel), Museum Purna Bhakti Pertiwi (TMII, DKI Jakarta), Museum Seni Rupa dan Keramik (DKI Jakarta), serta para pelukis profesional ini bertujuan untuk mengenalkan lukisan potret yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia.

“Lewat pameran ini diharapkan mayarakat dapat mengenal jati diri dan meningkatkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia lewat karya seni lukis potret khususnya dan seni lukis umumnya,” jelas Dirjen Sepur, Kemenbudpar Aurora Tambunan saat membuka pameran ini di Museum Basoeki Abdullah, kemarin (28/9/2010).

Lukisan adiluhung karya Basuki Abdullah yang dipamerkan antara lain lukisan potret berjudul Bung Karno tahun 1981, koleksi Museum Basoeki Abdullah. Lukisan berukiran 100 x 81 dengan cat minyak pada kanvas ini memperlihatkan kekharismatikan ketokohan Bung Karno. Pewarnaan coklat kehitaman kian mempertegas kewibawaan sang presiden pertama RI ini.

Lukisan berobyek tokoh ternama negeri ini lainnya ada potret Bung Hatta dan Pak Harto Berjas Hitam yang sama-sama dilukis Basoeki Abdullah pada 1981 dengan cat minyak pada kanvas.

Yang juga menarik untuk Anda simak, lukisan Basoeki Abdullah berjudul Mengaji, koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi, TMII, Jakarta. Lukisan berukuran 122 x 97 cm dengan cat minyak pada kanvas ini menggambarkan seorang wanita berkerudung sedang mengaji (membaca kitab suci al-Qur’an). Lukisan impresionis berwarna coklat dengan sentuhan merah muda ini begitu mencuatkan suasana syahdu.

Lukisan karya maestro seni lukis Indonesia lainnya seperti Affandi dengan lukisan termasyurnya yang berjudul Potret Diri, Koleksi Museum Seni Rupa Indonesia juga dapat Anda lihat. Lukisan tahun 1975 berukuran 113 x 88 cm dengan cat minyak pada kanvas ini berani menorehkan warna dan goresan yang artistik tanpa mengurangi bentuk karakter dirinya.

Goresan serupa juga dapat Anda temukan pada salah satu lukisan Gusti Solihin yang juga bertajuk Potret Diri, koleksi Museum Lambung Mangkurat. Selain berani, goresan pada lukisan tahun 1947 berukuran 68 x 54 cm dengan pastel pada kertas ini amat tegas tanpa keraguan membentuk wajah diri Gusti Solihin.

Anda pun bisa melihat sejumlah koleksi pribadi Basoeki Abdullah di museum ini seperti koleksi jam tangan, kaca mata, dan lainnya. Termasuk mengikuti seminar bertajuk “Seni Lukis Potret Indonesia” pada 19 Oktober 2010 sebagai acara penutup dari serangkaian acara yang digelar sebelum dan saat berlangsungnya pameran ini.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Cat.: Lokasi Museum Basoeki Abdullah di Jalan Keuangan Raya No 19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Kalau Anda dari Terminal Blok M, naik bus metromini 610 jurusan Fatmawati turun di Kompleks Keuangan, sekitar 100 meter dari Pasar Mede. Lalu menyeberang dan jalan kaki sekitar 50 meter.

Read more...

Senin, 27 September 2010

Bali Juara Toilet Umum Bersih Musuem 2010


Bali yang diwakili Museum Gunung Api Batur meraih peringkat pertama Penghargaan Sapta Pesona untuk Lomba Toilet Umum Bersih Museum 2010. Tahun lalu Pulau Dewata ini lewat Bandara Internasional Ngurah Rai menyabet peringkat pertama untuk lomba toilet umum bersih di bandara. Kemenangan keduanya tak urung menyebarkan aroma KKN, mengingat penghargaan ini digelar Kemenbudpar yang menterinya orang Bali dan juri kehormatannya yakni Triesna Wacik, tak lain istri menbudpar. Benarkah?

Sebelum aroma itu berhembus, Triesna Wacik selaku juri kehormatan sekaligus Miss Toilet Indonesia justru lebih dulu menyangkal bahwa kemenangan Museum Gunung Api Batur dari Bali sebagai peringkat pertama itu hasil KKN (Korupsi, Kolusi & Nepotisme). “Ini hasil penilaian tim juri, bukan KKN lho,” katanya saat membacakan hasil peringkat peraih penghargaan tersebut di Gedung Sapta Pesona, Kemenbudpar, Jakarta, kemarin (27/9/2010).

Menbudpar Jero Wacik pun menegaskan Museum Gunung Api Batur berhasil menang karena toilet di museum tersebut memang bersih dan indah. “Di Bali hampir semua musuem itu memiliki galeri yang menjual aneka produk seni seperti lukisan dan ukiran. Jadi ada roda perekonomian yang membuat museum-museumnya mampu membiaya operasionalnya termasuk membuat toilet yang bagus dengan petugas toilet bergaji memadai,” jelasnya.

Tapi, lanjut Jero Wacik, kemungkinan lain karena museum ini baru jadi pengunjungnya belum banyak.

Dari total 275 museum di Indonesia, hanya 53 museum yang bersedia mengikuti Lomba Toilet Umum Bersih Museum 2010 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (Ditjen PDP), Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) dalam rangka program Sadar Wisata. Ini membuktikan bahwa sebagian besar toilet umum di museum masih buruk.

Menurut Ditjen PDP Firmansyah Rahim ada satu museum yang tidak dinilai juri karena tidak mempuyai toilet lain yaitu Museum Sultan Badaruddin di Pelembang, Sumsel. “Museum ini toiletnya masih numpang dengan instansi lain,” jelas Firmansyah yang tak urung membuat tamu undangan tertawa.

Penghargaan Sapta Pesona untuk Toilet Umum Bersih Museum 2010 ini merupakan tindak lanjut dari penghargaan serupa khusus untuk toilet bandara tahun 2009. Menurut Firmansyah lagi penghargaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja para pengelola museum untuk memperbaiki toilet umumnya sehubungan dengan Tahun Kunjungan Museum.

Berikut peringkat peraih Penghargaan Sapta Pesona Lomba Toilet Umum Bersih Museum 2010. Untuk Kategori Museum Swasta peringkat pertama (Museum Satwa, Malang, Jatim), kedua (Museum Rahmat Internasional Wild Life, Medan, Sumut), ketiga (Museum Rudna, Uabud, Bali), keempat (Museum Rumah Budaya Tembi, Bantul, DIY), dan peringkat kelima (Museum Ulen Sentalu, Sleman, DIY).

Untuk Kategori Museum Negeri. peringkat pertama (Museum Gunung Api, Batur, Bali), kedua (Museum Seni Rupa dan Keramik, DKI Jakarta), ketiga (Museum Negeri “La Galigo” Provinsi Sulsel), keempat (Museum Perangko Indonesia, TMII, DKI Jakarta), kelima (Museum Bahari, DKI Jakarta), keenam (Museum 10 November, Suyrabaya, Jatim), ketujuh (Meseum Geologi, Bandung, Jabar), kedelapan ( Museum Benteng Vredeburg, DIY), kesembilan (Museum Joeang 1945, DKI Jakarta), dan peringkat kesepuluh (Museum Sono Budoyo, DIY).

Menurut Triesna Wacik seluruh museum peraih penghargaan ini masih berpredikat cukup atau setara dengan toilet di hotel bintang 3. “Tidak ada satupun yang berpredikat memuaskan atau istimewa sekelas toilet di hotel bintang lima. Mudah-mudahan di tahun-tahun kedepan ada museum yang meraih toilet berpredikat istimewa,” imbuhnya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Minggu, 26 September 2010

Melintasi Tujuh Puncak Merbabu



Dunia boleh bangga punya 7 (tujuh) puncak gunung tertinggi. Tapi Indonesia pun boleh bangga punya satu gunung berpuncak 7 yakni Gunung Merbabu di Jawa Tengah yang menantang untuk didaki.

Mendaki Gunung Merbabu kurang sempurna bila tidak menggapai ketujuh puncaknya. Begitu yang kerap terdengar dari pembicaran sejumlah pendaki. Karena itulah abanyak pendakai yang melakukan hal serupa, termasuki 19 pendaki dari Jakarta yang belum lama ini berhasil melintasi ketujuh puncaknya dari Dusun Thekelan lalu turun ke Dusun Gentis.

Dari Base Camp KOMPPAS (Komunitas Peduli Putra Syarief) di Thekelan, rombongan berangkat sore. Lepas Magrib, rombongan tiba di Pos I atau Pos Pending sekitar 1,5 jam berjalan.

Sejumlah peserta yang membawa beban berat nampak susah payah, maklum fisik belum beradaptasi. Bahkan ada yang nafasnya sesak, dan memohon untuk memasang tenda di pos tersebut untuk istirahat dan bermalam. Padahal sesuai rencana, di Pos I cuma istirahat sejenak lalu mengambil air untuk persedian minum dan masak. Nge-camp-nya di Pos II. Namun kondisi berkata lain, terpaksa memasang tenda, lalu masak, dan bermalam di Pos I.

Pagi, usai sarapan, rombongan berangkat ke Pos II. Melewati sungai kecil yang biasa disebut Kali Sowo. Terus melewati punggungan yang kanan dan kirinya dikelillingi deretan tebing berwarna putih. Itulah tebing yang oleh penduduk setempat dinamakan Pereng Putih. Istirahat sejenak di Pos II Pereng Putih yang juga disebut Pos Seng, karena berupa gubuk kecil yang dinding serta atapnya menggunakan bahan seng.

Dari Pos II menuju Pos III atau Gumuk Menthul sekitar 30 menit. Jalurnya tidak terlalu curam. Keluar dari hutan pos Gumuk Methul, jalur di depan menanjak berkemiringan hampir 30 derajat. Di atas tanjakan ada dataran sedikit lapang. Itulah Pos IV atau pos terakhir.

Dari pos itulah, rombongan harus melewati jalur terberat di Thekelan, sebelum mencapai Puncak I Merbabu, yang punya nama lain Watu Gubung. Beberapa rekan mencatat ketinggian Puncak I per 29 Mei 2010 dan hasilnya tercatat 2.732 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tidak ada perubahan ketinggian.

Dari Puncak I, dilanjutkan ke Puncak II atau Watu Tulis atau juga Pemancar. Disebut pemancar karena di puncak ini terpancang menara pemancar. Pukul 13.00, peserta terdepan tiba di Puncak II dan berhasil mencatat ketinggiannya 2.917 mdpl. Di dekat batu, bebrerpa rekan masak untuk makan siang sambil menunggu rekan lain yang masih berjuang di bawah. Cukup lama beristirahat karena hujan. Untunglah setelah itu udara cerah. Sunset hadir begitu indah, menghapus letih pendakian tadi.

Beberapa rekan lain langsung menuju Heliped, mendirikan tenda untuk bermalam. Paginya, usai sarapan, dilanjutkan ke Puncak III atau Geger Sapi karena lokasinya mirip punggung sapi. Ketinggian yang terdata per 30 Mei 2010 adalah 3.001 mdpl. Dan yang menarik setelah tiba di Puncak IV atau lebih dikenal dengan Puncak Syarief, semula ketinggiannya 3.119 mdpl menjadi 3.132 mdpl. Jadi ada kenaikan 13 meter.

Ketika berada di Puncak V atau Ondorante terdata 3.112 mdpl. Sewaktu menuruni puncak ini perlu kewaspadaan tinggi, karena berupa gigir tebing dengan kiri-kanan jurang. Disarankan tidak membawa barang atau ransel saat menuruni puncak ini.

Rombongan terus menuju Puncak VI atau Kentheng Songo (semilam kentheng). Di puncak itu ada 5 kentheng atau lubang batu yang seolah dipahat membentuk luang berisi air, 1 di padang rumput dan 3 lagi di kawasan bumi perkemahan Desa Ketuk Pakis. Ketinggian puncak ini terdata sama dengan ketinggian Puncak Syarief.

Tepat pukul 12.30 WIB, peserta terdepan tiba di Puncak VII atau Triangulasi yang menjadi puncak utama Merbabu dengan tanda triagulasi bertuliskan 3.142 mdpl. Namun setelah diukur ulang, ketinggiannya 3.158 mdpl. Dengan begitu ada kenaikan 16 meter akibat pergeseran tektonik gempa Jogja dan letusan Merapi setahun lalu.

Pencatatan ketinggian terbaru ketujuh puncak Merbabu ini menggunakan 3 alat pencatat ketinggian digital Garmint GPS map 76, Garmint Vista CX, dan Garmint 60.

Di Puncak Utama, beberapa rekan yang tiba lebih awal mengambil inisiatif memasak sambil menunggu peserta lain yang terlihat sedang mengabadikan gambar di Puncak VI. Usai makan siang, seluruh peserta membuat dokumentasi bersama di Puncak Utama.

Pukul 3 sore, seluruh peserta turun puncak melewati padang rumput (savana). Dan seperti dugaan sebelumnya, savana itu berhasil menghipnotis beberapa rekan hingga lupa waktu, lantaran keasyikan berlama-lama mengambil gambar. Untunglah kelompok peserta terakhir berhasil tiba di Dusun Genting, Selo, meski tengah malam.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Pesona Sunset & Savana Merbabu



Selain 7 (tujuh) puncak-nya, pesona matahari tengge-lam (sunset) dan padang rumputnya (savana) menjadi alasan lain mengapa banyak penggiat alam bebas yang mau mendaki Gunung Merbabu di Jawa Tengah.

Titik terbaik untuk mengabadikan sunset Merbabunya dari ketujuh puncaknya, terutama dari Puncak Utama dan Puncak III. Dari Puncak III yang ditancapi menara pemancar ini, pesona sunset-nya begitu memukau. Warna langit yang muncul sebelum sunset, abu-abu kebiruan dengan aksesori alam berupa gerombolan gumpalan awan putih beragam bentuk yang berarak pelan.

Lambat laut warna langit dan awannya pun berubah. Semakin mendekati mentari tenggelam, warna kuning keemasan begitu mendominasi. Lalu langit memerah dan awan pun berubah menipis kehitaman. Yang lebih menarik lagi ada dua gunung yang berdiri anggun berdampingan yakni Sundoro dan Sumbing. Keduanya menjadi ornammen pemanis sunset Merbabu.

Ketika setengah bulatan matahari senja masuk ke garis batas cakrawala, itulah moment yang paling sempurna untuk mengabadikan sunset Merbabu. Itu pula yang membuat banyak orang terhipnotis pesonanya hingga lupa waktu. Ada yang keasyikan memotret atau merekam fenomena alam yang fantastik itu lewat kamera digital maupun handycam. Ada pula yang terlena berlama-lama mengabadikan diri berlatarbelakang langit memerah hingga tak terasa gelap karena sudah berganti malam.

Savana-nya juga mudah ditemui di beberapa titik, terutama di lembah dan punggungan setelah menuruni puncak utama Merbabu yang ditandai dengan triangulasi. Atau sebelum menuju puncak utama bila pendakian dari Dusun Genting, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, karenanya banyak yang bilang Savana Selo.

Savana Merbabu punya keeksotisan tersendiri. Rumputnya tumbuh di areal cukup luas, mencakup lembah, lereng, dan punggungnya bak hamparan permadani alami raksasa bila dilihat dari kejahuan. Bila dilihat dari dekat, savana-nya berupa padang rumput yang luas, dengan beberapa pohon edelweiss yang tumbuh secara berkelompok maupun menyendiri.

Waktu yang tepat untuk mengabadikan savana Merbabu, saat musim panas. Ketika itu, warna savana-nya hijau muda bercampur kuning keabu-abuan. Pesonanya begitu menggoda dan mampu menerbitkan rasa kagum siapapun.

Sampai kini, 7 puncak, sunset, dan savana Merbabu masih menjadi daya pikat utama orang datang mendaki. Peminatnya bukan cuma pendaki dari berbagai kota dan daerah di Indonesia tapi juga mancanegara seperti Swiss, Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa.

Untuk dapat menikmati sunset dan savana Merbabu, tak ada pilihan lain selain mendaki gunung yang sudah berstatus Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM) sejak 2004 lalu.
TNGM seluas 5.725 Ha ini berada di 3 Kabupaten yakni, Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Selain sunset dan savana Merbabu, TNGM ini menyimpan sejumlah flora antara lain pinus, puspa, bintamin, akasia decuren, dan beberapa jenis perdu, adas, eldeweis serta tanaman efifit.

Hutannya menjadi rumah bagi sejumlah fauna seperti kera ekor panjang, lutung hitam, kijang, musang, macan tutul, landak, luwak, dan beberapa jenis burung seperti elang hitam, kutilang, pentet, sepah gunung, dan puter.

Gunung Merbabu berasal dari kata “meru” yang berarti gunung dan “babu” yang berarti wanita. Kendati memiliki 5 buah kawah yakni Kawah Condrodimuko, Kombang, Kendang, Rebab, dan Kawah Sambernyowo, namun gunung ini dikenal sebagai gunung tidur karena jarang sekali meletus.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Empat Jalur Pendakian Merbabu


Jalur pendakian ke puncak-puncak Gunung Merbabu, Jawa Tengah ada banyak. Namun yang biasa digunakan para pendaki ada 4 jalur yakni Wekas, Chuntel, Gentis, dan Thekelan.

Jalur Wekas sangat populer dikalangan pendaki Kabupaten dan Kota Magelang. Selain lebih dekat juga banyak terdapat sumber air. Lokasi bermalamnya di Pos II. Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira 6-7 jam.

Desa Wekas dapat dicapai dengan naik mobil Jurusan Kopeng - Magelang turun di Kaponan sekitar 9 Km dari Kopeng, tepatnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos pendakian atau sewa mobil bak sayur.

Jalur Chuntel dapat ditempuh dari Kota Salatiga dengan mini bus jurusan Salatiga-Magelang turun di areal Wisata Kopeng, tepatnya di Bumi Perkemahan Umbul Songo. Lalu berjalan kaki menyusuri setapak berbatu sekitar 2,5 Km ke Umbul Songo. Berjalan terus mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp Desa Chuntel pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air. Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa stiker maupun kaos.

Jalur Selo dapat dicapai dari Kota Boyolali dengan bus kecil jurusan Selo. Bus yang langsung ke Selo agak jarang biasanya hanya sampai Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo ganti lagi bus kecil yang menuju Selo. Dari kota Boyolali bus kecil yang menuju Selo ini tidak parkir di Terminal Boyolali. Pendaki harus sedikit berjalan kaki ke Pasar Sapi tempat bus kecil jurusan Cepogo/Selo berhenti mencari penumpang.

Sedangkan jalur dari Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Ketasan, Kabupaten Semarang sangat popular di kalangan pendaki di Kabupaten dan Kota Semarang. Untuk mencapai dusun tersebut bisa dari Yogyakarta naik bus ke Magelang Rp 7.000 per orang. Dilanjutkan naik bus dari Magelang jurusan Salatiga turun di perempatan setelah Kopeng, ongkosnya Rp 4.000 per orang. Kemudian naik ojek sepeda motor ke Dusun Thekelan, Rp 8.000 per orang. Bus dari Jogja ke Magelang beroperasi sampai pukul 8 malam. Sedangkan bus dari Magelang-Salatiga sampai tengah malam.

Di Dusun Thekelan, pendaki diwajibkan melopor dan membayar tiket masuk Rp 3.500 per orang di pos atau rumah penduduk yang dijadikan base-camp oleh pendaki. Bila pendakian memerlukan tenaga porter ataupun pemandu, dapat meminta bantuan Komunitas Peduli Puncak Syarief (Komppas), sebuah kelompok pecinta alam setempat yang dinakodai Tiphuk, Kasiman, dan Kodhek. Tarif porter Rp 150.000 per porter per hari. Logistik porter ditanggung pendaki.

Ada aturan tak tertulis yang patut diindahkan pendaki. Menurut Tiphuk, sebaiknya saat mendaki Merbabu tidak mengenakan pakaian berwarna hijau dan biru Polos. Alasannya, beberapa pendaki yang mengalami kecelakaan dan tewas di gunung ini ditemukan selalu mengenakan kaos berwarna tersebut. Pantangan lainnya, pendaki dilarang mengeluh dan berbuat mesum selama pendakian.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Obyek Wisata Sekitar Merbabu


Selepas mendaki, jangan pulang dulu. Anda bisa melanjutkan ke obyek-obyek wisata yang ada di sekitar Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM).

Banyak obyek wisata yang bisa Anda pilih. Anda bisa ke obyek wisata Kopeng di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang sekitar 14 Km dari Kota Salatiga atau 27 Km dari Magelang. Obyek yang dapat dilihat antara lain wanawisata pegunungan, mata air umbul songo, bumi perkemahan, dan jalur pendakian Gunung Merbabu.

Ketep Pass di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, sekitar 17 Km dari Kecamatan Blabak, 30 Km dari Kota Magelang, 35 Km dari Kota Boyolali, atau 32 Km dari Kota Salatiga. Obyek yang dilihat pemandangan alam Merbabu dan Merapi, pusat informasi tentang gunung berapi dengan didukung sarana museum vulkano, volcano theatre, restoran, pelataran panca arga, dan gardu pandang.

Selo Pass di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali sekitar 20 Km dari Kota Boyolali atau 14 Km dari obyek wisata Ketep Pass. Obyek yang dilihat pemandangan Merbabu dan Merapi dengan fasilitas Joglo Mandala, kios souvenir, volcano theatre, gardu pandang New-Selo, tempat bermain anak, bungalow, dan home stay. Di Kecamatan ini juga ada Goa Raja dan Goa Jepang.

Air Terjun Kedung Kayang di Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang sekitar 4 Km dari Ketep atau 10 Km dari Selo, terletak di jalur Ketep Pass-Selo Pass. Obyek yang dilihat berupa air terjun setinggi sekitar 12 meter dengan fasilitas shelter dan tempat parkir.

Selain obyek alam, Anda pundapat melihat budaya masyarakat yang menetap di sekitar Gunung Merbabu antara lain tradisi memotong rambut gimbal (ruwatan) di Dusun Thekelan, kesenian ketoprak, campur sari, kuda lumping, tari soreng, turonggo seto, jatilan, budi tani, dan tari jelantur.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 16 September 2010

Tradisi Lebaran Ketupat Khas Lombok & Madura


Lebaran ketupat, seminggu pasca ldul Fitri diselenggarakan di sejumlah daerah. Namun yang paling menonjol dan meriah perayaannya cuma di Lombok dan Madura. Di kedua pulau ini terdapat beberapa lokasi khusus untuk merayakan kemenangan kedua setelah berpuasa sunat syawal 6 (enam) hari dengan ketupat dan aneka penganan khas lain serta bermacam aktivitas menarik lainnya.

Di Madura, Jawa Timur acara Pesta Rakyat Lebaran Ketupat digelar di 2 (dua) titik pantai pada Jumat (17/9/2010) yakni kawasan Pantai Bandaran di Kecamatan Tlanakan, Pamekasan dan Pantai Camplong di Kabupaten Sampang. Penumpukan massa di dua lokasi ini diperkirakan akan meluber ke tengah badan jalan dan membuat kemacetan arus lalu lintas luar biasa hingga mencapai 4 Km, seperti terjadi tahun sebelumnya.

Pesta lebaran ketupat di dua pantai ternama di Pulau Garam ini diselanggarakan turun-temurun secara spontan oleh masing-masing masyarakat yang berdomisili di sekitar dua pantai tersebut.

Di Pantai Bandaran, warganya merayakan lebaran ketupat ini dengan berkeliling menaiki becak dan motor di sepanjang jalur Pantai Bandaran. Ada juga yang memberi nuansa hiburan dengan mendirikan panggung musik dangdut oleh sekelompok anak muda yang kerap memicu kemacetan di pinggir jalan Trans Madura karena membuahkan aksi joget massal. Maklum warga dari sejumlah desa se-kabupaten Pamakesan berdatangan ke pantai ini.

Suasana serupa juga terjadi di Kabupaten Sampang, ribuan masyarakatnya berbondong-bondong mendatangi obyek wisata andalan Pantai Camplong untuk merayakan lebaran ketupat sebagaimana tahun sebelumnya.

Enam Lokasi
Perayaan hari lebaran ketupat atau yang lebih dikenal dengan lebaran topat di Lombok, Nusa Tenggara Barat dipusatkan di 6 lokasi. Di Kota Mataram, perayaannya dipusatkan di Makam Loang Baloq atau lubang buaya, yakni salah satu makan keramat yang belakangan ramai dikunjungi pengunjung sebagai objek wisata religi. Di samping makam Loang Baloq terdapat kolam bermain yang dibangun Pemerintah Kota Mataram setahun lalu dengan biaya Rp1 miliar lebih.

Lebaran topat merupakan tradisi yang dilaksanakan masyarakat Lombok sejak ratusan tahun silam seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Pada hari itu masyarakat biasanya ke luar rumah untuk pergi berwisata ke sejumah obyek wisata dan ke makam.

Sehari sebelum perayaan, kaum ibu disana dibantu anak putrinya melakukan penampahan atau memasak ketupat, opor ayam, dan telur serta bantal (jajan khas Lombok terbuat dari ketan) serta berbagai masakan khas Lombok lainnya. Selama hari Lebaran Topat, masyarakat di sana menyantap ketupat sebagai pengganti nasi sejak pagi hingga malam.

Di Lombok Barat, lokasi lebaran topat jumat ini ada di 5 (lima) titik yakni Senggigi-Batu Layar, Pantai Induk, Cemare, Kuranji, dan Taman Narmada. Menurut Bupati Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, H Zaini Arony tujuannya agar tidak terjadi penumpukan massal di satu lokasi. Selian itu, perayaan lebaran topat tahun ini digelar selama dua hari karena jatuh pada hari Jumat.

Pada hari Jumat, dikhusukan untuk kegiatan religi sejak pagi, antara lain berziarah ke beberapa yang dikeramatkan di Lombok Barat, dilanjutkan dengana selakaran dan ngurisan (cukur rambut bayi). Ba’da (setelah) Jumatan atau sekitar pukul 14.00 Wita, masih dilanjutkan dengan kegiatan religi.

Sementara keesokannya, Sabtu (18/9/2010) khusus untuk perayaan seremonial tahunan yang digelar Pemkab Lombok Barat di Pantai Duduk, Kecamatan Batu Layar. Bermacam lomba memeriahkan hari kedua seperti lomba membuat ampas ketupat dan lainnya. Di Taman Narmada, perayaan Lebaran Topat berlangsung selama tiga hari sejak Jumat hingga Minggu antara lain dengan panggung hiburan musik untuk menghibur masyarakat pada hari terakhir.

Lebaran Ketupat di Madura dan Lebaran Topat di Lombok, pada intinya dirayakan oleh orang yang berpuasa sunat selama enam hari pada bulan Syawal setelah Idul Fitri. Tapi uniknya masyarakat yang tidak ikut puasa di kedua pulau itu, ikut bersuka cita dan justru lebih aktif berpartisipasi merayakannya.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Sabtu, 11 September 2010

Sang Pencerah, Memesona & Mencerahkan


Dari beberapa film yang tengah tayang di sejumlah bioskop di kota-kota besar seluruh Indonesia, film Sang Pencerah garapan sutradara Hanung Bramantyo patut Anda tonton untuk mengisi liburan lebaran. Film berkisah tentang sejarah berdirinya Muhammadiyah dan perjuangan sang pendirinya KH Ahmad Dahlan dalam mengajak umat kembali ke ajaran inti Islam ini, sungguh memesona dan mencerahkan.

Film produksi Multi Vision Plus Pictures yang berdurasi 112 menit ini pantas mendapat label memesona, pasalnya sejak awal hingga akhir menyuguhkan bahasa gambar istimewa dan bermakna. Lighting (pencahayaan)-nya ditata sedemikian artistik. Sound effect (efek suaranya) apik memperkuat makna gambar. Termasuk pemilihan lokasi syuting di obyek-obyek wisata seperti Kota Gudeg Jogja, Ambarawa, Kebun Raya Bogor, dan Taman Mini Indonesia Indah yang tepat. Serta penggunaan properti, kostum, dan tata rias yang cermat, sehingga benar-benar menggambarkan setting tahun 1800-an, masa terjadinya peristiwa tersebut.

Film yang serentak diputar di Jakarta, Makasar, Yogyakarta dan kota lainnya sejak 9 September lalu ini pun memesona dari kepiawaian akting para pemainnya. Terutama akting brilian Lukman Sardi yang begitu kuat, seperti saat dia yang berperan sebagai KH Ahmad Dahlan, mengajar anak-anak sekolah khusus orang Belanda dan pribumi kaya. Dia berhasil memikat hati sejumlah anak ketika menjelaskan tentang anugerah bisa kentut, gara-gara salah seorang murid lelaki di kelas tersebut sengaja kentut untuk mencemoohnya. Lukman Sardi berhasil memerankan tokoh pahlawan pendiri organisasi sosial umat Islam ini dengan baik. Rasanya dia pantas mendapat ganjaran piala citra lagi.

Sesuai judulnya, film berbiaya produksi Rp 12 miliar dan Rp 3 miliar untuk promosi ini benar-benar mencerahkan. Film ini berhasil memvisualisasikan begitu beratnya perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam meluruskan bermacam hal yang selama ini dianggapnya keliru, termasuk menentang prilaku muslim Jawa ketika itu yang masih mengkultuskan kyai dan juga penganut lain yang masih berbau animisme.

Sikap penentangan itu sudah nampak terlihat ketika KH Ahmad Dahlan masih remaja, ketika itu namanya masih Muhammad Darwis (diperankan Ihsan Idol). Dia menolak cara-cara orang Jawa kuno seperti sujud kepada kyai saat bertemu. Menurutnya menghormati kyai tidak mesti sampai bersujud-sujud, yang pantas disujudi hanya Allah bukan kyai atau ulama.

Sepulang belajar dari Mekkah dan memunaikan haji, Darwis yang sudah berganti nama menjadi Ahmad Dahlan semakin berani. Dalam setiap ceramahnya dia mengajak orang muslim Jawa berdoa dengan tulus dan sabar sesuai dengan cara Islam yang benar bukan karena patuh atau takut dengan kyai, tapi karena Allah Semata seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

Seruannya itu kerap membuat telinga banyak kyai panas dan tersinggung, termasuk penghulu Masjid Agung Kauman, Kyai Cholil Kamaludiningrat (diperankan Slamet Rahardjo) yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Penghulu.

Sikap pembaharuannya kian mengejutkan banyak pihak, terutama ketika dia berencana membenarkan kiblat masjid dan surau di Kauman yang selama ini mengarah ke Timur Laut, termasuk Masjid Agung Kauman atau Masjid Gede ke arah yang diyakininya benar. Tapi rencana itu ditolak bahkan dimustahilkan.

Sampai suatu hari dia mengadakan pertemuan dengan sejumlah kyai besar untuk menerangkan soal arah kiblat yang benar berdasarkan ilmu falaq yang dipelajarinya yakni ke arah Barat atau 23 derajat dari posisi semula yang dipakai selama ini. Menurutnya perubahan itu tidak perlu sampai merubah apalagi membangun surau atau masjid, hanya menggeser arah kiblatnya.

Tentu saja, banyak kyai yang menentangnya bahkan peta yang dibawa Ahmad Dahlan untuk mempresentasikan perbaikan arah kiblat itu, dituduh buatan orang kafir sehingga usulannya itu dianggap kafir.

Penolakan tersebut, tak membuat Ahmad Dahlan kendur. Justru dia lawan dengan membuat Langgar Kidoel di sebelah kediamannya. Semakin lama pengikutnya semakin bertambah, termasuk anak seorang kyai yang selama ini menentang pemikiran dan ajakannya.

Penambahan jamaah di langgarnya ternyata berdampak pada penurunan jamaah Masjid Gede yang shalat malam atau taraweh pada Ramadhan 1890. Dan hal itu sempat membuat Kyai Penghulu cemas lantaran banyak jamaahnya eksodus ke Langgar Kidoel yang diimani Ahmad Dahlan, dimana kiblatnya mengarah ke kidul (barat), agak menyerong dari arah semula.

Sampai suatu ketika, dia menerima surat dari Kyai Penghulu yang berisi perintah untuk menutup langgarnya. Dia menolak hingga membuat Kyai marah. Kesabaran pengikut Kyai Penghulu habis, mereka menndatangi langgar lalu merubuhkannya.

Tuduhan kafir yang selama ini dilayangkan padanya tak membuatnya putus asa. Tapi ketika melihat Langgar Kidoel yang dibangunnya lulun-lantah, Ahmad Dahlan hampir menyerah. Dia berencana membawa anak dan istrinya hijrah. Namun ketika hendak berangkat dengan kereta di Stasiun Tugu Jogja, dia mendapat spirit baru dari kakak kandungnya hingga dia urung pergi dan kembali ke Kauman. Tak lama kemudian dia membangun Langgar Kidoel Ahmad Dahlan dengan biaya sendiri dan bantuan istri.

Sepulang dari menunaikan ibadah haji keduanya, KH Ahmad Dahlan semakin gigih berjuang dan dia mendapat dukungan Dr. Wahidin Soedirohusodo (diperankan Pangky Suwito), yang kemudian mengajaknya bergabung dengan organisasi Boedi Oetomo, organisasi sosial di bidang pendidikan dan kesehatan. Akhirnya KH Ahmad Dahlan bergabung.

Tak puas sampai disitu, dia mengajak pengikut setianya membangun madrasah dengan biaya sendiri. Dia membuat meja dan kursi dari papan-papan kayu yang dibelinya di Pasar Beringharjo. Lalu dia kumpulkan anak-anak miskin di Kauman dan sekitar Alun Alun Keraton untuk bersekolah di madrasahnya.

Kegiatan barunya itu makin membuat pihak yang berseberangan dengannya termasuk dari kalangan keluarganya sendiri, menganggap dia gila. Bahkan ada seorang kyai dari Magelang yang datang dan memerintahkannya menutup madrasahnya karena dianggap kafir lantaran menggunakan alat-alat tulis seperti kapur dan juga tata cara bersekolah yang biasa diterapkan di sekolah-sekolah khusus orang Belanda dengan menggunakan kursi dan meja. Tapi dengan cerdas dia balik bertanya kepada kyai tersebut dengan apa datang kesini? Kyai itu dengan bangganya menjawab naik kereta. Lalu KH Ahmad Dahlan menjawab lagi, bukankah kereta itu juga produk dari orang kafir. Jawaban vokalnya itu kontan membuat kyai itu kebakaran jenggot lalu pergi.

Film yang juga dibintangi oleh Zaskia A. Mecca sebagai Siti Walidah_istri Ahmad Dahlan, Sujiwo Tejo (Ayah KH Ahmad Dahlan), Ikranegara (Kyai Abu Bakar), Giring Nidji (KH Sudja, murid KH Ahmad Dahlan), dan Joshua Suherman sebagai tokoh Hisyam muda ini juga mencerahkan tentang kewajiban membayar zakat, sebagimana digambarkan pengikut KH Dahlan yang mengumpulkan beras dari warga Kauman sebagai zakat.

Setelah pengikutnya semakin banyak dan wawasannya seputar keorganisasian bertambah, KH Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi sosial Muhammadiyah yang berarti umat Muhammad atau pengikut Mumammad yang tanggal berdirinya ditetapkan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H atau 18 Noavember 1912 di Yogyakarta.

Kehadiran gerakan yang mengajak umat untuk mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW ini, kian mencemaskan sejumlah pihak yang selama ini jelas-jelas menolaknya. Namun KH Ahmad Dahlan tetap tegar memperjuangkan amar makruf nahi munkar berdasarkan Alqur’an dan Sunnah.

Akhirnya pihak yang berseberangan dengannya termasuk Kyai Penghulu sadar dan mendatanginya untuk berembuk. Pertemuan itu secara tidak tertulis menyepakati untuk tetap menjalankan cara dan keyakinan masing-masing sesama muslim, tanpa harus bermusuhan apalagi bertikai.

Film Serius
Kendati film ini dinilai serius oleh beberapa orang termasuk Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, namun berkat kepiawaian sutradaranya meracik unsur-unsur yang ada dalam film ini termasuk menyelipkan potongan gambar dokumenter, membuat film tetap menarik disimak hingga akhir. Bahkan justru terasa durasinya kurang. “Mungkin unsur lucunya perlu ditambah, juga ada kisah percintaan di dalamnya, biar diminati anak-anak muda,” imbuh Jero Wacik usai nonton bareng di Studio XXI Plaza Indonesia, Jakarta beberapa hari lalu.

Sementara Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film (NBSF), Kemenbudpar Tjetjep Suparman menilai film ini meski serius tapi tidak menjenuhkan. “Di awal film sempat bingung karena langsung diajak ke setting tempo dulu. Tapi seterusnya mengalir dengan baik dan mencerahkan,” jelasnya.

Menanggapi masukan Menbudpar Jero Wacik di atas, Raam Punjabi selaku produser film ini punya penilaian sendiri. Menurutnya kalau film ini terlalu banyak adegan lucu atau ditambah dengan kisah percintaan justru mengurangi kekuatan film ini sebagai pencerah. “Saran Menbudpar Jero Wacik itu baik sebagai masukan saja,” jelas Raam yang berencana akan menawarkan film ini untuk ditayangkan ke negara-negara Islam di Timur Tengah Oktober mendatang.

Berdasar animo masyarakat setelah peluncuran perdana film ini, Raam Punjabi optimis bisa meraih box office. Target utamanya memang anggota Muhammadiyah yang kini mencapai 30 juta orang lebih. “Kalau sampai 5% saja orang Muhammadiyah menonton maka target box office tercapai. Belum lagi ditambah penonton yang lain,” jelas Raam yang juga berencana membuat sekuil film ini.

Naskah & foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Kamis, 09 September 2010

Tradisi Unik Lebaran, Menjaring Wisman


Mudik, ziarah ke kubur, silaturahmi saling mema’afkan, mengenakan baju terbaik, menyantap ketupat dan penganan khas lebaran seolah menyatu dalam perayaan lebaran, di hampir semua daerah di Tanah Air. Ternyata selain itu di beberapa tempat, masyarakatnya menyambut dan merayakan lebaran dengan tradisi khusus turun-temurun. Beberapa di antaranya berhasil menjadi obyek wisata budaya yang diminati turis asing. Tradisi khas lebaran apa saja?

Masyarakat Lampung Barat antara lain di Pekon (Desa) Canggu, Kecamatan Batu Brak, Lampung Barat, sekitar 269 Km dari Bandar Lampung misalnya memasang obor dan bakaran dari batok kelapa di sepanjang jalur lintas barat daerah itu dan juga di depan rumah untuk menyambut Idul Fitri sekaligus menjalankan tradisi malam pitu likur atau malam 27 Ramadhan. Alhasil jalur lintas barat dan permukiman warga terang oleh cahaya bakaran tempurung kelapa dan obor tersebut.

Pitu likur berasal dari bahasa Jawa artinya angka ke-27. Kendati begitu, tradisi warisan nenek moyang tersebut dianggap asli Lampung.

Masyarakat di Lampung Barat meyakini budaya malam pitu likur ini dapat menghormati arwah leluhur yang biasanya menjelang Idul Fitri akan bertandang ke rumahnya. Sementara obor yang dinyalakan di jalan dan depan rumah setinggi 1 meter lebih, menjadi rambu pentunjuk sinar jalan agar leluhurnya mudah menemukan tempat tinggalnya dulu.

Tempurung kelapa mulai dibakar pada malam setelapas buka puasa sambil melantunkan doa-doa yang ditujukan ke arwah leluhur tercinta.

Budaya masyarakat Lampung Barat dalam menyambut lebaran ini diperkirakan bakal terus menyala setiap tahun. Kebiasaan yang unik ini bila dikemas menarik bisa menjadi menjadi daya tarik wisata budaya tersendiri, bagi wisatawan dari luar Lampung termasuk mancanegara.

Warga Yogyakarta lain lagi. Sudah ratusan silam masyarakatnya mengadakan upacara grebeg syawal atau pasa sebagai ucapan syukur berkenaan dengan berakhirnya Ramadhan sekaligus terbitnya fajar fitri. Perayaannya berpusat di alun-alun Keraton Jogja.

Acaranya berlangsung pada pukul 08.00 Wib. Tapi sejak pagi buta, masyarakat sudah tumpah ruah di sekitar keraton termasuk beberapa wisatawan lokal dan mancanegara yang sengaja atau cuma kebetulan berada di Kota Gudeg ini untuk mengabadikan jalannya upacara.

Upacara grebeg syawal diawali dengan iring-iringan prajurit keraton yang terdiri atas Prawitotomo, Jogokaryo, Ketangung, Daeng, dan Wirobrojo. Mereka berjalan berbaris rapi memasuki alun-alun utara kota. Saat itulah masyarakat Jogja dan pengunjung lain berdesakan ingin melihat dari dekat barisan prajurit yang mengenakan pakaian lengkap dengan atribut khas keraton, seolah berada di kerajaan tempo doeloe.

Puncak upacara setahun sekali ini terjadi saat pembagian gunungan nasi atau tumpengan. Peristiwa ini hampir serupa dengan upacara grebeg maulud yang digelar dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tumpengan berukuran besar berupa nasi kuning dan lauk pauk serta bermacam sayuran jadi rebutan warga dan pengunjung yang hadir. Mereka yakin tumpengan yang sudah dipanjatkan doa oleh para kyai, mendatangkan berkah dan rezeki.

Upacara serupa juga digelar di Solo, tepatnya di Masjid Agung Solo, Jawa Tengah. Dua gunungan yakni gunungan isteri dan jaler dikirab dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju halaman masjid. Setelah didoakan, kedua gunungan itu menjadi rebutan warga dan pengunjung.

Di Kudus lain lagi. Warganya punya kegiatan khusus merayakan lebaran yang dinamakan bulusan. Seusai silaturahmi mereka mengunjungi sebuah kolam yang berisi penyu bernama Kyai Udo. Konon penyu ini diyakini membawa keberkahan dan keberuntungan bagi siapapun yang mengunjunginya. Kolam penyu tersebut berada di Desa Bareng Kadipolo, Kudus, Jawa Tengah.

Kebiasan lain masyarakat kudus seminggu pasca Idul Fitri melakukan bada kupat, yakni berkunjung ke lokasi wisata setempat seperti Colo Muria, Sendang Jodoh, Sendang Bulusan, dan Gondoarum. Di obyek wisata tersebut biasanya dimeriahkan dengan pesta seni dan musik dangdut.

Meriam Karbit
Di Kalimantan, tepatnya di Pontianak, Kalimantan Barat, warganya punya tradisi tersendiri dalam menyambut dan merayakan lebaran. Di sepanjang Sungai Kapuas yang membelah Kota Pontianak, warga setempat menyalakan meriam dari bambu berukuran besar dengan bahan bakar karbit hingga mendentumkan suara keras.

Tradisi menyembunyikan meriam karbit seolah menjadi ciri khas kota ini, bahkan pernah diperlombakan hingga menjadi tontonan warga dan pendatang termasuk wisatawan.

Tradisi menyulut meriam karbit di Pontianak konon sudah ada sejak ratusan silam. Tepatnya, saat Sultan Syarif Abdulrachman mendirikan Kota Pontianak. Tujuan awalnya untuk mengusir hantu kuntilanak. Tapi seiring waktu berubah maknanya sebagai petanda buka puasa dan juga untuk membangunkan orang sahur. Beberapa tahun belakangan ini, tujuannya bergeser untuk menyambut datangnya lebaran dan sekaligus meramaikannya. Saat itulah, dentuman meriam karbit yang di Jawa disebut bleguran ini terdengar saling bersahutan seperti sedang adu kekuatan.

Tradisi serupa juga kerap dilakukan orang Melayu Riau yang tinggal di pesisir Sumatera atau pulau-pulau sekitar Selat Malaka. Selain menyembunyikan meriam dari bambu kuning mereka juga membuat coluk, yakni sejenis lampu pelita atau di sini dikenal dengan lampu teplok atau obor.

Coluk terbuat dari bambu dan ada juga yang dari kaleng bekas susu yang diisi minyak tanah lalu diberi sumbu. Coluk dinyalakan pada malam-malam terakhir Ramadhan hingga usai Idul Fitri. Coluk biasanya ditempatkan di teras rumah, halaman depan, dan belakang rumah. Banyak juga yang meletakkan di tepi jalan dalam berbagai bentuk, terutama simbol-simbol keislaman seperti kubah masjid dan bintang.

Tradisi Orang Melayu dalam memeriahkan lebaran yang kian memudar padahal dulunya semarak adalah permainan pacu jalur atau perahu di Kuantan, Kabupaten Inderagiri Hulu. Begitupun dengan atraksi silat yang biasanya digelar pada malam-malam menjelang dan setelah lebaran, keesokan harinya dilanjutkan berziarah ke makam para pendekar silat ternama.

Nasib serupa juga dialami pagelaran bolaria, yakni sebuah tradisi budaya memeriahkan lebaran dalam bentuk opera ala Melayu. Pengelaran opera ini biasanya dilakukan warga Penyengat Inderasakti yang dikenal sebagai pulaunya para pujangga penyair Melayu Kuno.

Perang Topat
Lain lagi dengan Suku Sasak yang mendiami Lombok dan sekitarnya di Nusa Tenggara Barat (NTB). Masyarakat muslimnya punya tradisi lebaran yang disebut lebaran topat yang digelar seminggu setelah Idul Fitri.

Tradisi budaya ini diisi dengan serangkaian acara seperi ajang silaturahmi, syukuran (kendurian) di masing-masing rumah, mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid di masjid maupun surau dengan iringan beduk. Dilanjutkan berziarah ke makam alim ulama ataupun tokoh-tokoh agama yang berpengaruh dalam penyebaran Islam di Lombok seperti ke makam Loang Baloq dan makam Batu Layar di Senggigi, Lombok Barat. Ada juga yang ke makam keramat di Lembar dan makam Ketak di Lombok Tengah seraya melaksanakan bermacam kaul seperti memotong rambut atau ngurisan.

Di Pura Lingsar, Lombok Barat kerap diadakan perang topat yakni acara saling lempar ketupat yang dilakukan oleh para petani dan masyarakat yang tinggal di sekitar Pura pada sore hari. Mereka berkeyakinan dengan mengadakan acara tersebut, segala doa akan dikabulkan Tuhan YME.

Usai melakukan syukuran dan ziarah, masyarakat Lombok berduyun-duyun menuju pantai yang membentang sepanjang lebih kurang 95 Km, mulai dari Pelabuhan Lembar sampai ke Lombok Utara. Mereka berjalan beriringan sambil membawa aneka masakan ketupat berserta penganan.

Tradisi lebaran topat ini kerap dimeriahkan dengan bermacam kegiatan seni bernafaskan Islam seperti ceramah keagamaan, lomba kasidahan, zikir, dan lomba beduk sampai atraksi dayung dan berselancar.

Tak jarang pemerintah setempat atau tokoh agama memanfaatkan acara ini untuk memberi penyuluhan tentang masalah sosial, kelestarian alam, dan lainnya yang disisipkan dalam ceramah.

Selain diikuti oleh warga Pulau Lombok dan pengunjung, ritual budaya ini juga diminati wisman. Mereka ikut berbaur bersama warga, bahkan ikut saling lempar ketupat. Mereka tampak antusias dengan tradisi budaya warga Lombok yang mencerminkan kerukunan meski berbeda suku dan agama.

Naskah & foto: Adji Kurniawan
(adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Rabu, 08 September 2010

Thimpan Aceh Versus Dodol Betawi Khas Lebaran



Pas lebaran, ketupat dimana-mana ada dan bentuk-nya hampir serupa. Tapi penganan khas lebaran belum tentu sama. Di Aceh misalnya ada thimpan tapi di Jakarta ada dodol Betawi. Seperti apa dan bagaimana membuat kedua kue utama lebaran itu?

Thimpan adalah kue istimewa dalam kehidupan masyarakat Aceh, khususnya di Sigli, Kota Banda Aceh, Lhokseumawe, Langsa, Bireun, dan lainnya setiap Hari Raya Idul Fitri atau lebaran.

Biasanya thimpan untuk lebaran dimasak pada malam terakhir puasa atau malam takbiran pertama oleh para ibu dibantu remaja puteri di daerah-daerah tersebut. Di luar lebaran, para ibu di sana kurang tertarik membuat thimpan sendiri. Mereka yang ingin makan kue itu biasanya membeli di toko-toko roti, kendati rasanya berbeda bila membuat sendiri.

Harga sebungkus thimpan biasa berukuran kecil sekitar 5 cm standar di kampung-kampung Rp 1.000. Kalau thimpan srikaya, labu atau kelapa Rp 2.000 per bungkus. Sedangkan yang ukurannya lebih besar sekitar 7 cm Rp 2.500 per bungkus yang biasa dijual di toko roti atau pesanan khusus.

Bahan baku thimpan terdiri atas tepung ketan, pisang raja, gula, telur ayam kampung, kelapa, minyak goreng, dan pucuk daun pisang sebagai pembungkus. Kendati harga telur ayam kampung lebih mahal, para ibu di sana lebih memilih menggunakannya dibanding telur ayam buras. Karena rasanya jauh lebih enak.

Cara membuatnya pun tidak rumit, cuma butuh waktu cukup lama. Kalau membuatnya selepas shalat isya, maka thimpan baru masak mendekati subuh. Ada dua jenis thimpan yakni thimpan isi telur dan kelapa. Untuk membedakannya, daun pisang raja untuk membungkus thimpan telur warnanya agak hijau muda keputihan. Sedangkan untuk thimpan kelapa, daunnya lebih hijau atau kemerahan setelah kena uap.

Cara memasak thimpan secara tradisional menggunakan periuk tanah liat yang bagian tengahnya diberi sekat dengan lubang-lubang halus seperti saringan untuk menempatkan thimpan. Di bagian bawah periuk diisi air. Jadi thipan dikukus bukan direbus. Ini biasanya dilakukan para ibu di kampung-kampung. Sementara tukang masak di toko roti di kota menggunakan panci aluminin atau stainless steel untuk mengukus thipan hingga matang. Rasanya jela beda. Lebih enak thimpan yang dikukus dalam periuk.

Rata-rata ibu di Banda Aceh bisa membuat thimpan seperti Rini, pegawai di BPSNT Aceh-Sumut. Ibu muda ini setiap lebaran kadang membuat sendiri untuk disantap atau menjamu tamu. Tapi kalau untuk hantaran ke kolega, saudara atau rekan, biasanya dia memesan di langganannya. “Buat thimpan mudah kok. Cuma harus tahu tekniknya. Kalau salah, orang bisa makan dengan daun pembungkusnya karena lengket,” jelasnya.

Buat orang-orang kampung dan juga warga di Serambi Mekkah, thimpan menjadi kue spesial lebaran yang tetap dipertahankan meskipun bahan bakunya semakin mahal. Tanpa thimpan srikaya ataupun kelapa pada hari raya, lebaran terasa kurang lengkap meskipun sudah ada aneka penganan lain.

Thimpan yang biasanya ditempatkan di nampan lebar atau piring-piring ceper, menjadi kue utama untuk menjamu tamu lebaran. Bagi menantu, thimpan seolah menjadi hantaran wajib ke rumah mertua saat berlebaran. Bila sudah begini, rasanya tak berlebihan bila banyak orang yang bilang thimpan itu kue Aceh paling istimewa untuk lebaran.

Dodol Betawi
Bagi orang Betawi atau masyarakat asli Jakarta yang tinggal baik di Jakarta maupun pinggiran seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan lainnya masih menjadikan dodol Betawi sebagai penganan spesial lebaran meskipun tersedia bermacam kue modern. Buktinya, penganan yang menjadi hantaran wajib bagi pengantin Betawi ini, penjualannya meningkat setiap lebaran.

Namun tidak semua orang betawi bisa membuat penganan ini. Hanya segelincir saja yang masih mahir membuatnya yang diturunkan secara turun temurun. Di antaranya Nawiyah dan Ahmad Rido yang hingga kini masih berjualan dodol Betawi dan penganan khas lebaran lain seperti wajik, geplak, kue pepe, kue akar kelapa, dan manisan jahe dan lainnya di rumah sekaligus warungnya di Tegalrotan, Bintaro.

Dodol Betawi buatan Nawiyah laris setiap menjelang lebaran. Dia bisa mendapat pesanan lebih dari 500 tenong (wadah bulat terbuat dari anyaman bambu) setiap lebaran. Banyak yang bilang dodolnya legit dan rasanyapun tidak terlalu manis. Pembeli bisa memesan rasa dodolnya sesuai selera.

Cara membuat dodol Betawi menurut Nawiyah memang agak sulit dan melelahkan. Butuh waktu sekitar 8 jam berikut mengindahkan tabu tak tertulis seperti tidak boleh bicara selama membuat dodol karena dapat mempengaruhi rasanya. Bahan utama dodol Betawi dari beras ketan yang digiling lalu ditambah gula merah dan sari pati santan kelapa.

Harga dodol Betawi bervariasi tergantung ukuran dan campurannya. Dodol dalam tenong kecil per satuannya Rp 90.000 ribu rupiah. Sedangkan yang besar Rp 180.000. Kalau yang dicampur durian lebih mahal lagi.

Selain dodol, masyarakat Betawi juga punya penganan khas lebaran lain seperti rengginang aneka warna, manisan kolang-kaling atau beluluk, dan tape uli ketan hitamnya. Sedangkan makanan utamanya ketupat dengan santan kacang panjang dan semur kebo (dari daging kerbau).

Semua kue khas lebaran, baik di Aceh, Jakarta dan lokasi lainya, bukan semata menjadi produk budaya lokal yang harus dijaga kelestariannya. Pun dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata kuliner buat pendatang saat bertandang di daerah-daerah tersebut.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@ayahoo.com)

Read more...

Selasa, 07 September 2010

Lampung Bukan Cuma Gajah


Selama ini banyak orang mengidentikkan wisata Lampung itu melulu Gajah. Pasalnya memang ada sekolah Gajah di Way Kambas yang hingga kini masih beroperasi dan berhasil melambungkan pariwisata Lampung ke dunia luar. Padahal provinsi di ujung bawah Pulau Sumatera atau di seberang Banten ini punya banyak potensi wisata lain yang menarik dan menantang. Apa saja?

Kalau Anda suka berwisata bahari, provinsi ini memiliki beberapa pantai eksotis dan pulau-pulau yang menarik untuk dinikmati bersama keluarga, kerabat, dan orang terdekat. Misalnya Pantai Pasir Putih yang berada 15 Km dari Bandar Lampung, Ibukota Lampung ke arah Selatan. Pantainya landai berpasir, dilengkapi bermacam permainan anak.

Belum puas coba ke lebih ke Selatan lagi, tambah 30 km lagi. Di sana ada Resort Krakatoa yang berpantai bersih dilengkapi dengan penginapan memadai dan fasilitas water sports. Resort yang dikelola Grup Bakrie ini bersampingan dengan Pantai Merak Belantung.

Bila suka dengan panorama danau, datang saja ke Lampung Timur. Di sana ada sejumlah danau berair jernih, asyik untuk memancing dan naik perahu seperti Danau Kemuning di Desa Srimenanti, Kecamatan Bandar Sribhawono sekitar 60 Km dari Bandar Lampung dan Danau Beringin di Kecamatan Sukadana.

Mau yang lebih besar lagi, teruskan saja ke Danau Ranau. Danau terbesar kedua di Sumatera setelah Danau Toba ini berada di perbatasan Kabupaten Lampung Barat, Lampung dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Di tengah danau yang dihuni ikan mujair, harongan, kepor, dan ikan kepiat ini, ada pulau bernama Pulau Marisa yang memiliki sumber air panas, air terjun, dan fasilitas penginapan.

Mau mendaki, provinsi ini punya gunung yang turut mensohorkan Lampung sejak dulu. Apa lagi kalau bukan Gunung Krakatau yang kini cucunya semakin membesar yakni Gunung Rakata. Keistimewaan mendaki gunung ini, pendaki benar-benar mendaki dari nol meter di atas permukaan laut (mdpl) atau mulai dari pantai. Yang menarik lagi, pertumbuhan gunung ini termasuk cepat sehingga semakin tinggi. Masih ada gunung lain yang meski tidak populer tapi menarikuntuk didaki seperti Gunung Tanggamus.

Bagi yang hobi snorkeling dan diving, perairan di sekitar bekas Gunung Krakatau juga berpanorama bawah laut khas. Anda bisa melihat bekas lelehan lahar yang mengeras di dasar laut membentuk bebatuan karang beragam bentuk. Gunung Krakatau dapai Anda jangkau dari Canti, Kalianda dengan speedboat atau perahu nelayan.

Mau berwisata konservasi? Jelajahi saja Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Anda bisa menyusuri pantai dari Tampang ke Belimbing sepanjang sekitar 23 Km selama 2 hari 2 malam. Di Belimbing terdapat mercusuar buatan Belanda. Pulangnya bisa lewat jalu hutan, menginap di tengah hutan, menyeberangi sungai, dan singgah di pemukiman transmigran.

Kalau belum puas teruskan ke Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang telah mengharumkan nama Lampung ke dunia luar. TNWK berada 112 km arah timur laut Bandarlampung. Di kawasan konservasi ini Anda bisa melihat lokasi Pusat Latihan Gajah (PLG) di habitatnya berikut menikmati atraksi gajah-gajah terlatih. Anda bisa melihat gajah-gajah dimandikan oleh pelatihnya.

Mumpung Anda ke sini, sempatkan mampir ke Taman Purbakala Pugung Raharjo, sebuah situs arkeologi peninggalan Hindu, Budha, dan Islam berupa punden berundak, batu mayat, benteng, dolmen, arca dan lainnya. Lokasinya di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur.

Kain Tapis & Kripik Pisang
Mau berwisata kuliner dan membeli penganan khasnya buat oleh-oleh, datang saja ke Bandar Lampung. Di Ibukota Lampung yang merupakan penyatuan dua kota besar bertetangga, yakni Tanjungkarang sebagai kota pemerintahan dan Teluk Betung sebagai kota bisnis ini, Anda dapat memborong kripik pisang aneka rasa seperti coklat, keju, dan asin. Belum lagi tempoyak semacam dodol dari durian, empek-empek, dan krupuk kemplang Lampung.

Kerajinan tangannya pun sangat spesial yakni kain tapis dan segala macam variannya seperti dompet, tas, dan pernak-prnik dari kain tersebut. Banyak kolektor kain tradisional mengoleksi kain ini karena nilai jualnya semakin tua semakin tinggi.

Jadi potensi wisiata di Bumi Ruwa Jurai, yang terdiri dari masyarakat adat Sai Batin yang berdomisili di pesisir dengan masyarakat adat Sai Pepadun yang menetap di
pedalaman, bukan cuma gajah. Tapi juga pantai, konservasi, petualangan, dan situs bersejarah.

Untuk bermalam, tak perlu cemas. Di Bandar Lampung tersedia hotel berbintang hingga kelas melati. Kalau mau menikmati kehidupan malamnya, coba saja ke bagian Selatan Bandar Lampung yakni Teluk Betung.

Untuk menikmati semua itu, tidak begitu sulit. Bandar Lampung letaknya strategis di tengah jalur lintas Sumatera dan Jawa, dapat dijangkau dari udara maupun darat. Dari Jakarta berikut penyebrangan Selat Sunda sekitar 6 jam perjalanan. Kalau dengan pesawat udara, tentu jauh lebih cepat. Setiap hari ada penerbangan dari Bandar Lampung ke Jakarta dan sebaliknya.

Dari Bandar Lampung Anda bisa menyewa mobil rental atau membeli paket wisata setempat. Kalau ingin backpacking ada bisa menggunakan kendaraan umum. Kalau mau berpetualang, seperti mendaki gunung dan lainnya, Anda bisa mengajak komunitas atau organisasi pecinta alam setempat untuk membantu memandu Anda.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Senin, 06 September 2010

Kecanduan I’tikaf di Masjid Kubah Mas



Berun-tung bila bisa ber-i’tikaf di 3 (tiga) masjid utama yakni di Masjid al-Haram, Nabawi, dan Masjid al-Aqsha. Tapi bila belum mampu, cukuplah di masjid berdaya pikat khusus yang ada di negeri ini seperti di Masjid Kubah Mas, Cinere Depok. Beri’tikaf di masjid yang kubahnya berlapis emas ini ternyata punya keistimewaan tersendiri hingga banyak jamaah yang kecanduan. Apa gerangan penyebabnya?

Di antara jutaan manusia yang tengah sibuk menyiapkan lebaran termasuk mudik ke kampung atau kota halaman, ternyata masih banyak orang yang melakukan i’tikaf atau berdiam diri di masjid di sepuluh terakhir Ramadhan seperti yang penulis amati di Masjid Kubah Mas, Cinere, Depok beberapa hari lalu.

Dari puluhan jamaahnya yang beri’tikaf di sana, ada beberapa yang sudah berkali-kali melakukannya. Mereka seolah kecanduan ‘mengasingkan’ diri untuk lebih mendekatkan diri padaNya dengan memperbanyak amalan Ramadhan seperti membaca Alqur’an dan shalat sunat.

Munasih (66), mantan kepala Rumah Tangga Direktorat Purbakala yang pensiun 2001 lalu ini misalnya sudah 3 kali beri’tikaf di masjid ini sejak 2008, setelah sebelumnya berkelana i’tikaf di beberapa masjid di Jakarta.

Keindahan dan ketenangan masjid yang hampir keseluruhan lantai dan dindingnya dari marmer pilihan ini membuatnya jatuh hati beri’tikaf di sini. Bahkan ayah 3 anak dan 2 cucu ini beri’tikaf sebulan penuh Ramadhan tahun ini.

Dua kali Ramadhan sebelumnya dia pergi pulang dari rumahnya di Rawa Belong, Jakarta Barat ke masjid ini. Dia mengaku lelah karena beberapa kali ganti kendaraan umum dan kerap terjebak macet. Tahun ini, kakek asli Jogja ini memilih kos di dekat masjid Kubah Mas selama sebulan Rp 900.000 agar bisa lebih khusuk beribadah. Tapi khusus sepuluh hari terakhir Ramadhan, pria yang naik haji tahun 1998 lalu ini menginap di masjid ini untuk beri’tikaf.

Menurut pria yang mengenal menantu pemilik masjid ini, dia menemukan sesuatu yang istimewa hingga membuatnya ketagihan beri’tikaf di sini. Selain lebih khusus beribadah dan menikmati keindahan masjid ini, dia mengaku bisa khatam (tamat) Alqur’an beberapa kali. “Shalat teraweh di masjid ini setiap malam imannya membaca 1 juz. Jadi kalau 30 malam bisa khatam Alqur’an. Belum lagi saya mengaji sendiri bisa khatam 5 kali karena lebih tenang dibanding di rumah,” jelasnya.

Konsisten
Kecanduan beri’tikaf justru lebih dulu dirasakan Kodir (62), pensiunan BUMN Krakatau Steel, Cilegon tahun 2005 ini. Ayah 3 anak 5 cucu ini sudah 4 kali beri'tikaf di masjid ini sejak tahun 2007. Kakek asli Cirebon yang berdomisili di Depok ini sebelumnya pernah beri'tikaf di sejumlah masjid ternama di Jakarta seperti Masjid Istiqlal, Pondok Indah, dan Masjid Al-Azhar.

Tapi setelah beri’tikaf di Masjid Kubah Mas ini dia mengaku langsung suka dan bahkan kecanduan. Menurutnya imam di masjid ini konsisten menunaikan shalat taraweh 23 rakaat. Tidak seperti di beberapa masjid lain yang pernah didatanginya yang menerapkan 1 kapal 2 nahkoda artinya imamnya menunaikan shalat taraweh 11 rakaat dan teruskan 23 rakaat bagi jamaah yang ingin.

Menurut pria yang juga pergi haji saat Indonesia dilanda krisis moneter (krismon) tahun 1998 lalu ini, i’tikaf itu bukan pelarian dari masalah tapi dilakukan dengan tulus Lillahi Ta'ala. “Ini sudah waktunya buat saya lebih mendekatkan diri padaNya. Biar ballance dunia dan akherat,” jelasnya.

Lain lagi dengan Ahmad (50) jamaah dari Bekasi yang juga sudah beberapa kali i’tikaf di masjid ini. Dia mengaku jauh-jauh hari untuk beri’tikaf di sini dengan restu keluarga. Menurutnya yang terpenting segala urusan dan tanggungjawabnya sebagai suami dan ayah sudah dipenuhi sebelumnya. “Saya sudah mendapat izin dan dukungan dari istri untuk beri’tikaf disini hingga lebih tenang,” jelasnya.

Sore jelang magrib bukan cuma Munasih, Kodir, dan Hanif saja. Masih ada puluhan jamaah lain yang sedang beri’tikaf di masjid indah ini. Ketika waktu magrib tiba, seluruh jamaah yang beri’tikaf termasuk pengunjung masjid lain, berbuka puasa bersama dengan ta’jil segelas kolak pisang, teh manis, dan segelas air mineral yang disediakan oleh sejumlah petugas di lorong-lorong terbuka masjid. Barisan keompok jamaah pria dipisahkan dengan jamaah perempuan.

Setelah itu mereka segera berwudhu untuk shalat magrib berjamaah. Baru kemudian makan dengan menu lengkap di warung yang ada di dalam masjid ini atau menu yang dibawakan oleh anggota keluarga masing-masing. Selepas itu mereka kembali berwudhu untuk shalat isya dilanjutkan shalat taraweh berjamaah 23 rakaat. Usai berjamaah mereka masing-masing melakukan i’tikaf mengaji hingga larut. Keesokan harinya setelah sahur dan shalat subuh berjamaah, mereka melakukan i’tikaf lagi meneruskan membaca ayat-ayat cinta, Alqur’an.

Melihat kenikmatan dan keistimewaan yang dirasakan Munasih, Kodir, dan Ahmad serta jamaah lain yang ber’itikaf di masjid yang kerap dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara ini, menggugah penulis melakukan hal senada Ramadhan berikutnya. Mudah-mudahan Anda pun tergugah dan berkeinginan serupa.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Sembilan Manusia Langka Turun Gunung ke TMII


Seperti tahun sebelumnya, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menyuguhkan bermacam acara untuk menghibur ribuan pengunjungnya. Tahun ini selama 10 hari dari tanggal 10 s/d 19 September 2010, kawasan hiburan keluarga di Jakarta Timur ini mengelar Gempar Semarak Lebaran (GSL) 2010 dengan menampilkan koleksi unik antara lain 9 (sembilan) manusia langka turun gunung. Siapa saja mereka dan ada apa lagi di TMII nanti?

Kesembilan manusia unik yang akan tampil di TMII selama GSL 2010 nanti adalah Inkarnasi Si Buta dari Gua Hantu_pendekar serba bisa dan sakti yang memiliki tinggi badan 210 cm atau 20 meter 10 centi dengan seekor ular phiton-nya. Lalu ada si Reo_ murid si Buta dari Gua Hantu yang tak lain guru besar Garuda Putih Pendekar Golok. Tingginya hanya 80 cm tapi usianya sudah 52 tahun.

Selain itu ada Ki Kebo Kenanga_Penakluk Ular Raksasa dan berbisa dari Gunung Gede yang berjuluk King Cobra. Dia akan memecahkan rekor MURI hidup bersama 100 kobra dan 1000 ular berbisa lainnya. Di antaranya ular king cobra sepanjang 4 meter yang menurut pakar ular dapat membunuh seekor gajah sekali terpatuk racunnya.

Lalu ada Eyang Buyung_petapa dari Gunung Tampomas yanga berjanggut panjang 90 cm. Dia adalah pencipta Paung magis. Ada lagi Ki Petir_manusia sakti penakluk 1000 kalajengking yang dijuluki Scorpion King. Dia juga berencana memecahkan rekor MURI hidup bersama 2010 kalajengking yang berasal dari berbagai tempat di Jawa.

Ada lagi Ki Perut_ pewaris ilmu Harimau dari lereng Gunung Gede. Lalu Ki Terung Kesut_manusia plastik sejuta satu, dan Ki Obes Janggut Jambrong_si Janggut panjang dari Pusut Jagad, serta Ki Rangga Gempol_petapa sakti dari Gunung Tampomas.

Kesembilan pendekar aneh itu akan menampilkan kebolehannya setiap hari selama GSL 2010 di Graha Widya Patra, yang berada di areal belakang TMII. Di areal ini juga akan digelar pameran kontemporer bertajuk Budaya di Abad Firaun yang akan menampilkan anatara lain replika mumi terbesar 3 meter.

Koleksi unik lain yang dapat dilihat seperti Pohon Pisang berjantung kembar di Taman Konservasi Nusantara. Pengunjung bisa berfoto di dekat pohon pisang nangka yang ditanam pengelola TMII sejak Januari 2010 itu. Juga Kura-kura Berkepala Buaya di Taman Reptilia & Amphibi, Ikan berenang terbalik di Dunia Air Tawar, serta melhat bebek mandarin (mandarin duck) dan berfoto bersama burung predator di Taman Burung yang mengoleksi sekitar 2.500 ekor burung dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.

Konser Musik Heboh
Bagi yang suka musik, bisa menyaksikan konser musik heboh setiap hari di Panggung Utama KTT Non Blok. Penyanyi dan band yang tampil antara lain penyanyi dangdut Nita Thalia yang akan berbusana ala Cleopatra dan New Trio Macan pada tanggal 12 September, serta band papan atas d’Massiv tanggal 19 September. Di tempat yang sama, pengunjung dapat membeli aneka barang dan menikmati bermacam kuliner tradisional di Bazaar Multi Produk yang diikuti sekitar 100 tenda.

Buat yang senang atraksi wisata bisa mencoba wahana unggulan Snowbay Waterpark yang menawarkan petualangan permainan air berkelas dunia seperti 7 special effect ombak yang berpapasan dengan gelombang tsunami dan menyaksikan penampilan khusus penyanyi Afgan pada tanggal 18 September.

Bila ingin melihat TMII dari ketinggian, bisa naik kereta gantung Skylift Indonesia yang berdesain Ketupat dengan hiburan sound system lagu-lagu lebaran. Dan kalau suka nonton film datang saja ke Bioskop 4 Dimensi, Teater Keong Mas yang akan menyuguhkan antara lain film petualangan laur angkasa (Space 4Dssey), petualangan bawah laut (Aqua Adventure), dan film SAGA sebuah film 3D stereoscopic karya anak bangsa yang pertama di Indonesia.

Buat yang senang kebudayaan dan kesenian tradisional, bisa datang ke sejumlah anjungan seperti Anjungan DKI yang akan menampilkan Topeng Betawi Sinar Jaya dan orkes Melayu grup Parabu pada tanggal 11 September. Sedangkan Anjungan Bengkulu menampilkan musik etnis Doll, Yogyakarta dengan Ketoprak Mataram, Jawa Tengah dengan Wayang Orang, Campursari, dan festival makanan khas Salatiga, serta Anjungan Sumatera Utara menyuguhkan kesenian Batak Karo dan Batak Toba.

Menurut Direktur Operasional TMII Ade F. Meyliala, TMII menargetkan minimal 300.000 pengunjung selama GSL 2010. Untuk menghindari kemacetan pengelola melakukan berbagai cara antara lain melarang pedagang berjualan di bahu jalan, bus dan truk besar parkir di tempat khusus di sebelah kanan gerbang masuk utama, dan di dalam kawasan hanya boleh parkir mobil biasa dan sepeda motor. “Kami bekerjasama dengan Ditlantas, karang taruna, dan pramuka untuk membantu mengatur laulintas di dalam TMII serta menghadirkan traffic team di tempat-tempat rawan seperti di persimpangan dan di lintasan kereta wisata,” jelas Ade saat perskon GSL 2010 dan buka puasa bersama sejumlah media di TMII (3/9/2010).

Tiket masuk TMII tetap sama sebesar Rp 9.000 per orang. Loket pintu masuk dari 11 loket tahun lalu menjadi 22 loket untuk mencegah antrian panjang. Untuk menikmati sembilan manusia unik dan pameran Budaya di Abad Firaun serta bermacam konser musik, pengunjung dikenakan tiket masuk Rp 10.000 per orang. Untuk tiket Taman Burung naik dari Rp 10.000 menjadi Rp 13.000 per orang, dan tiket Taman Reptilia & Amphibi naik dari Rp 7.000 menjadi Rp 10.000 per orang. Sedangkan tiket kereta gantung (sky lift) tetap sama Rp 25.000 per orang, sementara masuk ke setiap Anjungan TMII gratis.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@yahoo.com)

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP