. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 08 September 2010

Thimpan Aceh Versus Dodol Betawi Khas Lebaran



Pas lebaran, ketupat dimana-mana ada dan bentuk-nya hampir serupa. Tapi penganan khas lebaran belum tentu sama. Di Aceh misalnya ada thimpan tapi di Jakarta ada dodol Betawi. Seperti apa dan bagaimana membuat kedua kue utama lebaran itu?

Thimpan adalah kue istimewa dalam kehidupan masyarakat Aceh, khususnya di Sigli, Kota Banda Aceh, Lhokseumawe, Langsa, Bireun, dan lainnya setiap Hari Raya Idul Fitri atau lebaran.

Biasanya thimpan untuk lebaran dimasak pada malam terakhir puasa atau malam takbiran pertama oleh para ibu dibantu remaja puteri di daerah-daerah tersebut. Di luar lebaran, para ibu di sana kurang tertarik membuat thimpan sendiri. Mereka yang ingin makan kue itu biasanya membeli di toko-toko roti, kendati rasanya berbeda bila membuat sendiri.

Harga sebungkus thimpan biasa berukuran kecil sekitar 5 cm standar di kampung-kampung Rp 1.000. Kalau thimpan srikaya, labu atau kelapa Rp 2.000 per bungkus. Sedangkan yang ukurannya lebih besar sekitar 7 cm Rp 2.500 per bungkus yang biasa dijual di toko roti atau pesanan khusus.

Bahan baku thimpan terdiri atas tepung ketan, pisang raja, gula, telur ayam kampung, kelapa, minyak goreng, dan pucuk daun pisang sebagai pembungkus. Kendati harga telur ayam kampung lebih mahal, para ibu di sana lebih memilih menggunakannya dibanding telur ayam buras. Karena rasanya jauh lebih enak.

Cara membuatnya pun tidak rumit, cuma butuh waktu cukup lama. Kalau membuatnya selepas shalat isya, maka thimpan baru masak mendekati subuh. Ada dua jenis thimpan yakni thimpan isi telur dan kelapa. Untuk membedakannya, daun pisang raja untuk membungkus thimpan telur warnanya agak hijau muda keputihan. Sedangkan untuk thimpan kelapa, daunnya lebih hijau atau kemerahan setelah kena uap.

Cara memasak thimpan secara tradisional menggunakan periuk tanah liat yang bagian tengahnya diberi sekat dengan lubang-lubang halus seperti saringan untuk menempatkan thimpan. Di bagian bawah periuk diisi air. Jadi thipan dikukus bukan direbus. Ini biasanya dilakukan para ibu di kampung-kampung. Sementara tukang masak di toko roti di kota menggunakan panci aluminin atau stainless steel untuk mengukus thipan hingga matang. Rasanya jela beda. Lebih enak thimpan yang dikukus dalam periuk.

Rata-rata ibu di Banda Aceh bisa membuat thimpan seperti Rini, pegawai di BPSNT Aceh-Sumut. Ibu muda ini setiap lebaran kadang membuat sendiri untuk disantap atau menjamu tamu. Tapi kalau untuk hantaran ke kolega, saudara atau rekan, biasanya dia memesan di langganannya. “Buat thimpan mudah kok. Cuma harus tahu tekniknya. Kalau salah, orang bisa makan dengan daun pembungkusnya karena lengket,” jelasnya.

Buat orang-orang kampung dan juga warga di Serambi Mekkah, thimpan menjadi kue spesial lebaran yang tetap dipertahankan meskipun bahan bakunya semakin mahal. Tanpa thimpan srikaya ataupun kelapa pada hari raya, lebaran terasa kurang lengkap meskipun sudah ada aneka penganan lain.

Thimpan yang biasanya ditempatkan di nampan lebar atau piring-piring ceper, menjadi kue utama untuk menjamu tamu lebaran. Bagi menantu, thimpan seolah menjadi hantaran wajib ke rumah mertua saat berlebaran. Bila sudah begini, rasanya tak berlebihan bila banyak orang yang bilang thimpan itu kue Aceh paling istimewa untuk lebaran.

Dodol Betawi
Bagi orang Betawi atau masyarakat asli Jakarta yang tinggal baik di Jakarta maupun pinggiran seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan lainnya masih menjadikan dodol Betawi sebagai penganan spesial lebaran meskipun tersedia bermacam kue modern. Buktinya, penganan yang menjadi hantaran wajib bagi pengantin Betawi ini, penjualannya meningkat setiap lebaran.

Namun tidak semua orang betawi bisa membuat penganan ini. Hanya segelincir saja yang masih mahir membuatnya yang diturunkan secara turun temurun. Di antaranya Nawiyah dan Ahmad Rido yang hingga kini masih berjualan dodol Betawi dan penganan khas lebaran lain seperti wajik, geplak, kue pepe, kue akar kelapa, dan manisan jahe dan lainnya di rumah sekaligus warungnya di Tegalrotan, Bintaro.

Dodol Betawi buatan Nawiyah laris setiap menjelang lebaran. Dia bisa mendapat pesanan lebih dari 500 tenong (wadah bulat terbuat dari anyaman bambu) setiap lebaran. Banyak yang bilang dodolnya legit dan rasanyapun tidak terlalu manis. Pembeli bisa memesan rasa dodolnya sesuai selera.

Cara membuat dodol Betawi menurut Nawiyah memang agak sulit dan melelahkan. Butuh waktu sekitar 8 jam berikut mengindahkan tabu tak tertulis seperti tidak boleh bicara selama membuat dodol karena dapat mempengaruhi rasanya. Bahan utama dodol Betawi dari beras ketan yang digiling lalu ditambah gula merah dan sari pati santan kelapa.

Harga dodol Betawi bervariasi tergantung ukuran dan campurannya. Dodol dalam tenong kecil per satuannya Rp 90.000 ribu rupiah. Sedangkan yang besar Rp 180.000. Kalau yang dicampur durian lebih mahal lagi.

Selain dodol, masyarakat Betawi juga punya penganan khas lebaran lain seperti rengginang aneka warna, manisan kolang-kaling atau beluluk, dan tape uli ketan hitamnya. Sedangkan makanan utamanya ketupat dengan santan kacang panjang dan semur kebo (dari daging kerbau).

Semua kue khas lebaran, baik di Aceh, Jakarta dan lokasi lainya, bukan semata menjadi produk budaya lokal yang harus dijaga kelestariannya. Pun dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata kuliner buat pendatang saat bertandang di daerah-daerah tersebut.

Naskah & Foto: Adji Kurniawan (adji_travelplus@ayahoo.com)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP