. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 30 Maret 2018

Ibnu Jamil Terpesona Cokel dan Watu Karung Saat Syuting Ku Lari ke Pantai

Aktor Ibnu Jamil (35) baru-baru ini mengunjungi beberapa obyek wisata yang ada di Pacitan, Jawa Timur. Ada dua obyek yang disambangi yakni Sungai Cokel dan Pantai Watu Karung. Kunjungan ke dua obyek tersebut terkait syuting film terbarunya Ku Lari ke Pantai garapan Riri Riza, produksi Miles Films.

Di Sungai Cokel Ibnu Jamil yang juga pemain sinetron dan presenter ini berkesempatan menaiki sampan menyurusi sungai berair kehijauan itu.

Ibnu pun memuat fotonya sedang menyusuri sungai yang kiri-kanannya di penuhi deretan pepohonan rimbun di antaranya pohon kelapa di akun Instagram (IG)-nya @ibnujamilo.

Di foto itu, aktor kelahiran Jakarta yang punya hobi main sepakbola dan motor cross ini menghadap belakang duduk di ujung perahu sampan berwarna biru sambil membentangkan kedua tangannya.

Dia memakai kaos singlet berwarna biru muda dan celana pendek berwarna merah serta berkacamata hitam.

Otot-otot tangan terlihat jelas. Warna kulitnya menjadi lebih hitam eksotis karena lama terpapar sinar matahari.

Di bawah foto itu dia memberi captions singkat. “Jawa Timur, I’m in love”.

Foto tersebut pun disukai 4.535 warganet dengan 85 komentar.

“Keren kulitnya hitam manis,” kata pemilik akun @yanaamulyanaa. “Ototnya Sadis bang,” ujar @muhammadekowidodo. “Eksotis bgt bang,” puji @anys.f.betara.

“Welcome to Pacitan kaa,” sambut @riskiihandayn. “Indah banget pemandangannya,” ungkap @sityrh. “Emang ning Pacitan iku amazing mas,” kata @eddypurnomo03.

“Dimana om? Bisa share tempatnya om biar tau,” Tanya @nadinudin. Memang Ibnu tidak memberi keterangan dimana lokasi di fotonya tersebut sehingga banyak netizen yang menanyakannya.

Melihat foto itu tak ada nama lokasinya itu, TravelPlus Indonesia lantas menghubunginya. “Itu sungai apa bro Ibnu?” Tanya TravelPlus lewat pesan di IG-nya pada Kamis (29/3/2018) sore.

Tak lama kemudian Ibnu membalasnya. “Sungai Cokel, Pacitan,” balasnya.

Rupanya selain ke menyusuri Sungai Cokel, aktor yang juga berprofesi sebagai tukang ojek online di sineteron berjudul OK Jek ini pun menyambangi Pantai Watu Karung yang merupakan muaranya Sungai Cokel.

Di pantai ber-sunset menawan itu, Ibnu juga sempat menggunggah foto di IG-nya.

Dia mengenakan pakaian yang sama sewaktu di Sungai Cokel, cuma ditambah dengan memakai topi pet.

Kali ini Ibnu berdiri di sebuah batu besar sambil melihat ke arah bentangan Pantai Watu Karung. Pemandangannya amat memesona berupa hamparan pepohonan hijau berpadu dengan dengan laut dan langitnya yang biru.

Di foto yang disukai 3.820 warga net itu diberi keterangan: “Just 625 Km from Jakarta…, you’ll got this”.

Foto yang lagi-lagi tak diberitahu lokasinya itu pun mendapat beragam komentar pujian.

“Itu di Pantai Watu Karung Kabupaten Pacitan. Terimakasih bang membantu memperkenalkan Pacitan kepada dunia…, semoga sukses filmnya,” kata @nurcahyono88.
“Nice mas, pemandangan+orangnya,” puji @quindza.

Lalu selama di Pacitan, dimana Ibnu mengaku bermalam? “Saya tidur di Limasan,” jawabnya.

Limasan yang dimaksud Ibnu tentu saja Desa Limasan, sebuah penginapan tepi pantai di Ketro Ketro, Watu Karung, Kecamatan Pringkulu, Kabupaten Pacitan yang bergaya limasan dengan halaman amat luas berumput hijau dan banyak pohon kelapanya.

Dan ketika TravelPlus menanyakan apakah Pacitan layak direkomendasikan sebagai destinasi wisata? Ibnu tegas menjawab. “Sangat layak”.

Pesona keindahan Pantai Watu Karung yang ombaknya kerap digunakan para surfer untuk berselancar, pun diabadikan sineas Mira Lesmana yang menjadi produser sekaligus salah satu penulis skenario untuk film Ku Lari ke Pantai.

Di akun IG-nya @mirles, dia meng-upload sebuah foto sunset Watu Karung saat syuting film ber-genre anak-anak dan keluarga itu pada hari ke-15.

Dari hasil kunjungan TravelPlus ke Pacitan beberapa waktu lalu dan juga dari beberapa sumber lainnya, selain berwisata susur sungai di Sungai Cokel dan ber-sunset serta ber-surfing ria di Pantai Watu Karung, masih ada sejumlah obyek wisata alam di Pacitan yang menarik untuk dikunjungi.

Ada Sungai Moron di Kecamatan Donorojo yang lebih dulu tersohor namanya jauh sebelum Sungai Cokel terkenal.

Juga ada Grojogan Tluvalley, sebuah air tejun alami di Kecamatan Pringkuku yang terekpos netizen di medsos.

Belum lagi sejumlah pantai indah lainnya seperti Pantai Soge, Klayar,  Pangasan, Teleng Ria, dan Pantai Buyutan serta sejumlah goa antara lain Goa Gong, Tabuhan, dan Goa Luweng Jaran. 

Selain Ibnu yang berperan sebagai Ayah Sam, film Ku Lari ke Pantai yang akan tayang bulan Juni mendatang, juga dibintangi sederet aktris dan aktor ternama seperti Marsha Timothy, Karina Suwandi, dan Lukman Sardi serta beberapa pemain anak-anak Maisha Kanna, Lil’li Latisha, dan Adhiyat.


Tak ketinggalan deretan komika terkenal seperti Dodit Mulyanto, Mo Sidik, Praz Teguh, serta figur yang cukup dikenal di medsos seperti Ligwina Hananto dan Suku Dani.

Info detil tentang film itu pun bisa dilihat di dua tulisan sebelumnya yang tayang di TravelPlus Indonesia yakni berjudul: “Tiga Perusahaan Besar Dukung Film Anak-Anak Terbaru Miles Films, Ini Alasannya” dan “Empat Pantai Menawan Ini Bakal Nampang di Produksi Miles Films Terbaru”.

Travelplus Indonesia memprediksi lewat film Ku Lari ke Pantai yang juga didukung Gojek, Ideosource, dan Base serta soundtrack-nya diisi kelompok musisi muda RAN ini, bakal turut menggaungkan pariwisata Pacitan sekaligus meningkatkan kunjungan wisatawannya, khususnya ke Sungai Colek dan Pantai Watu Karung.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: @ibnujamilo, @desalimasan & @mirles

Captions:
1. Ibnu Jamil menyusuri Sungai Cokel
2. Syuting Ku Lari ke Pantai di Pacitan
3. Ibnu Jamil menikmati pemandangan Pantai Watu Karung.
4. Mira Lesmana memakai seragam Gojek bersama Riri Riza saat syuting Ku Lari ke Pantai.
5. Pesona sunset Pantai Watu Karung.
6. Suasana sunday morning dari Desa Limasan, Pacitan.

Read more...

Kamis, 29 Maret 2018

Maha Dance Angkat Nasib Burung Cendrawasih Papua Lewat 'KING'

Nasib Burung Cendrawasih asli Papua diangkat kelompok tari Maha Dance lewat sebuah pertunjukan bertajuk 'KING'. Tarian kontemporer itu akan dipentaskan di Galeri Indonesa Kaya (GIK), Jakarta, Sabtu (31/3/2018) petang.

Para penari dan pemusik King semua orang Papua, tepatnya mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Papua yang kampusnya berada di Jayapura.

“Penari prianya ada 5, penari perempuan 2, dan pemusiknya 2 orang. Tapi beberapa penari ada yang memainkan alat musik juga. Jadi total penari dan pemusiknya 9 orang,” terang Maharani Ayuk Listyaningrum alumni ISI Surakarta selaku koreografer King sekaligus pendiri dan pemimpin Maha Dance kepada TravelPlus Indonesia baru-baru ini.

Pakaian yang digunakan penari perempuan, lanjut Rani begitu sapaan akrab Maharani, kebanyakan dari daun-daun segar. Sedangkan alat musik yang digunakan di antaranya Tifa, alat musik pukul khas Papua.

Total masa latihan King selama 6 bulan. “Cukup lama karena saya mengunakan penari baru semua dan mereka belum pernah pentas selam 45 menit di karya sebelumnya,” ungkapnya seraya menambahkan tempat mereka latihan berpindah-pindah tapi paling banyak di Gedung Tari ISBI Papua.

Menurut Rani tarian King yang berdurasi 45 menit terinspirasi dari gerak alami Burung Cendrawasih.

“King merupakan salah satu kampanye untuk keselamatan dan keberlangsungan Burung Cendrawasih di Papua,” terangnya.

Kata Rani, kalau ingin melihat Burung Cendrawasih di alam liar di Papua kini sangat sulit.

“Mungkin salah satu caranya bisa menghubungi pihak WWF Papua. Tapi kalau yang di sangkar banyak, cuma jatuhnya kasihan,” ungkap Rani dikarenakan Burung Cendrawasih itu hanya bisa hidup lama kalau sepasang tapi kalau sendirian akan cepat mati.

Maha.Dance adalah sebuah kelompok tari yang memiliki fokus pada bentuk tari kontemporer yang bersumber dari nilai-nilai tradisi.

Kelompok seni ini dibentuk pada tahun 2015 di kota Solo oleh Rani dengan misi dapat menjadi wadah untuk menciptakan dan mengembangkan karya tari yang bersumber dari seni tradisi Indonesia dan juga dapat menjadi wadah untuk bisa memberikan wawasan dan juga pelatihan tentang tari kepada masyarakat.

Karya pertama Maha Dance adalah tari “Simpang Jalan” yang bersumber pada tari tradisi Gaya Surakarta dengan Hip Hop dance lalu berkolaborasi dengan Goksel Yilmaz Ensemble- musisi asal Belanda dan Turki untuk dipentaskan di 2 kota di Indonesia.

Pada tahun 2016 Rani mendapatkan Hibah dari Yayasan Seni Kelola yang kemudian tercipta Karya tari “Jalan Pilihan – Love Knows No Gender”.

Setahun kemudian Rani memutuskan untuk mencari wawasan baru dari tradisi Papua. Karya yang diciptakan di tanah Papua antara lain tari “Hutan Perempuan” yang di pentaskan di Green Youtefa Performing Art, Jayapura.

Berikutnya tari “Color Rain in Unity” yang di pentaskan di Festival Teluk Humbolt dan Sosiodrama bertajuk  “Untukmu Papua Untukmu Indonesia” dalam rangka HUT TNI Ke 72.

Sebagain catatan, pementasan King persembahan Maha Dance di GIK, Sabtu (31/3) pukul 3 sore, terbuka untuk umum dan gratis, asalkan reservasi terlebih dahulu di www.indonesiakaya.com.

Rani menambahkan setelah tampil di program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia 2018 yang digagas Bakti Budaya Djarum Foundation dan Garin Workshop di GIK, King akan dipentaskan di Museum Ulen Setalu Jogja tanggal 27 April dan event Hari Tari dunia tanggal 29 April  mendatang di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: @maharani_dance

Captions:
1. Salah satu penari perempuan dalam tarian kontemporer berjudul 'KING' persembahan Maha Dance dari Papua yang adakn ditampilkan dalam program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia di GIK, Jakarta.
2. Salah saru penari pria King.
4. Saat mereka latihan King.
5. Rani (kaos putih) pemimpin Maha.Dance bersama calon seniman-seniman Papua masa depan.

Read more...

Perayaan Bulan Film Nasional 2018 Tak Cuma Nobar

Indonesia punya Hari Film Nasional (HFN) setiap tanggal 30 Maret. Perayaan HFN tahun 2018 ini terasa lebih istimewa karena dirayakan selama sebulan sehingga disebut perayaan Bulan Film Nasional. Acaranya pun bukan cuma nobar alias nonton bareng tapi juga workshop, diskusi dan lainnya.

Di Malang, Jawa Timur misalnya digelar Parade Film Malang yang digagas secara kolektif oleh para penggiat seninya.

Selama sebulan penuh pada Maret 2018, Kota Malang penuh dengan berbagai agenda acara dalam memperingati Bulan Film Nasional.

Ada workshop yang bertujuan untuk mensinergikan dan mempertemukan elemen-elemen berbagai komunitas dan seni di Malang menjadi satu ekosistem industri kreatif yang hidup, juga master class untuk penulisan script film pendek dan yang terpilih akan diwujudkan menjadi film pendek.

Selain itu pemutaran dan launching film pendek karya sineas muda Kota Malang, pemutaran dan diskusi animasi, pemutaran dan diskusi video musik, serta tak ketinggalan juga tradisi nonton layar tancepan yang diadakan dari kampung ke kampung.

Dalam rangka memperingati HFN 2018, @kineklubumm Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengajak nobar film Nasional berjudul “Soekarno” karya sutradara Hanung Bramantyo, Kamis (29/3) malam pukul 18.30 di Heliped UMM.

Masih dalam rangka Bulan Film Nasional, Kineforum yang merupakan program dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) berkolaborasi dengan @kinosaurusjakarta dan @boemboeforum menyajikan serangkaian film nasional terpilih dalam kegiatan bertajuk “Sejarah adalah Sekarang 9”.

Sepanjang 9-29 Maret 2018, kegiatan tersebut menyuguhkan 20 film panjang, 2 kompilasi film pendek. dan 2 sesi khusus diskusi.

Sesi diskusi pertama bertajuk “Film Indonesia Mencatat” yang menghadirkan naras sumber Aleander Matius (juru Program Kinosaurus) dan Ifan A. Ismail (Koordinator Profram Kineforum) dengan penanggap Katika van Heeren (Peneliti Film Asia Tenggara) di TIM, Jakarta, Sabtu (17/3) lalu.

Sesi diskusi kedua berjudul “Mana Film Indonesia?” yang menghadirkan pembicara Dellawati Wijaya (HOOQ), Kiki Muchtar (Yayasan Pusat Film Indonesia), dan Kisabona Rachman (Pelaku Arsip Film) di TIM, Jakarta, Sabtu (24/3) lalu.

Film panjang yang ditayangkan Kineforum antara lain Hijab, Dikejar Dosa, dan Rumah dan Musim Hujan yang ditayangkan (10/3); Pacar Ketinggalan Kereta dan Rumah Dara (11/3); Bulu Mata (12/3), Bid’ah Cinta dan Titian Serambut Dibelah Tujuh (13/3), Kado Hari Jadi dan Pasir Berbisik (14/3) dan film Posesif garapan Edwin tahun 2017 berdurasi 102 menit yang ditayangkan Kamis (29/3).

Sementara di Kinosaurusjakarta yang bertempat di Kemang Raya 8B, Jakarta Selatan antara lain akan diputar film Dikejar Dosa karya Lukman Hakim tahun 1974 bergenre horor berdurasi 99 menit pada Kamis (29/3) pukul 7 malam.

Besoknya, Jumat (30/3) diputar film “Rumah dan Musim Hujan” karya Ifa Isfansyah tahun 2012 bergenre drama berurasi 98 menit pukul 7 malam.

Satu lagi film “Rumah Dara” karya Go Brothers bergenre horror berdurasi 95 menit pada pukul 21.30 WIB.

Sementara hari Sabtu (31/3) diputar dua film Prancis yakni “La Socioloque Et L’ourson” karya Mathias Thery dan Etinene Chaillou bergenre dokumenter berdurasi 78 menit pada pukul 7 malam.

Satu lagi “Les pepites” karya sineas Xavier De Lauzanne bergenre dokumenter berdurasi 88 menit pada pukul 21.30 WIB.

Menariknya lagi sejumlah sineas melakukan syuting film di Bulan Film Nasional 2018 ini.

Ada sutradara Riri Reza bersama produser film Mira Lesmana yang tengah syuting film Ku Lari ke Pantai produksi Miles Films di sejumlah lokasi di Jawa dan NTT antara lain di Jakarta, Temanggung, Pacitan, Banyuwangi, dan Pulau Rote.

Film bergenre anak-anak dan keluarga yang dibintangi antara lain Marsha Timothy, Ibnu Jamil, Lukman Sardi, Karina Suwandi serta sejumlah pemain anak-anak Maisha Kanna, Lil’li Latisha, Adhiyat, dan beberapa pemain standup comedy (komika) ternama ini akan tayang pas liburan Juni tahun ini.

Satu lagi, sutradara Hanung Bramantyo juga tengah melakukan proses syuting film Once Upon a Time in Java sejak Februari sampai Maret ini di wilayah Yogyakarta.

Sementara film Indonesia yang tayang di Bulan Film Nasional 2018 ini antara lain Teman Tapi Nikah, Danur 2: Maddah, dan Reva & Reina yang sama-sama tayang 29 Maret. Dua judul film yang lebih dulu tayang ada Love for Sale (15 Maret) dan Mata Dewa (8 Maret).

Dalam kesempatan di bulan spesial ini d’Blogger Indonesia (TravelPlus, RonaBudaya, KokiRimba, dll) mengucapkan selamat Hari Film Nasional 2018, 30 Maret.

Semoga produksi film Indonesia semakin meningkat terus jumlahnya, semakin berkualitas pula, dan semakin banyak yang berprestasi di tingkat internasional serta tak kalah penting menjadi tuan di negerinya sendiri, dicintai/dminati bukan hanya oleh bangsa sendiri pun masyarakat dunia.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto:  @hanungbramantyo,@kineforum, @kinosaurusjakarta, @mirles & adji

Captions:
1. Syuting film Once Upon a Time in Java garapan Hanung Bramantyo tanggal 8 Maret lalu.
2.  Diskusi kedua dalam program Sejarah adalah Sekarang 9 yang bertajuk “Mana Film Indonesia?” membahas bagaimana publik dapat mengakses film Indonesia.
3. Tengkorak menjadi film pembuka Sejarah adalah Sekarang 9, Minggu, 18 Maret lalu.
4. Film horor berjudul Rumah Dara karya Mo Brothers tahun 2010 berdurasi 95 menit salah satu film yang tayang di Kinosaurusjakarta di Bulan Film Nasional 2018 tepatnya Jumat, 30 Maret. 
5.  Syuting film Ku Lari ke Pantai yang disutradaari Riri Reza di Temanggung, Jateng 20 Maret lalu.
6. Promo film Benyamin Biang Kerok lewat festival.

Read more...

Rayakan Hari Filateli Berkunjung ke Tiga Gedung Ini, Ah Tambah Cerdas

Setiap tanggal 29 Maret, diperingati sebagai Hari Filateli Indonesia. Biasanya dirayakan dengan menyaksikan pameran perangko. Biar lebih seru, kunjungi pula tiga Gedung yang erat kaitannya dengan filateli.

Ketiga gedung yang dimaksud adalah Gedung Filateli Jakarta, Museum Perangko, dan Museum Pos Indonesia.

Gedung Filateli berada di Jalan Pos, depan Kawasan Pasar Baru, Jakarta, samping Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Gedungnya mirip Stasiun Jakarta Kota (Beos).

Kabarnya Gedung berarsitektur hindia Belanda yang dibangun tanhun 1960an itu dulunya digunakan Belanda untuk kanot pos dan telegram sebagai alt komuniasi waktu itu.

Setelah Indonesia merdeka, gedung itu menjadi Kantor Pos Pasar Baru Jakarta yang dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya atau konservasi sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475/1993.

Gedung tersebut masuk dalam daftar cagar budaya dengan kategori A, artinya harus dikonservasi namun tidak merubah interior maupun eksterior bangunan aslinya.

Setelah berubah menjadi Gedung Filateli Jakarta yang berfungsi sebagai kantor pelayanan filateli, maka aktivitas pelayanan jasa pos tidak lagi di gedung tersebut, melainkan dipindahkan di gedung baru yang menghadap Lapangan Banteng.

Tak sulit menjangkau gedung tempo doele yang megah ini. Anda bisa naik TransJakarta Busway turun di hate Pasar Baru, tinggal menyeberang, dekat dengan GKJ.

Masih di Jakarta, ada Museum Perangkao yang juga menarik untuk disambangi untuk merayakan Hari Filateli.

Di Museum Perangko yang terletak di dalam Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Anda bisa melihat sejumlah perangko yang terbit tahun 1864-19950 pada masa pemerintahan Belanda, Jepang, dan masa perang kemerdekaan.

Selain itu ada koleksi sejumlah perangko tematik, khususnya Kepramukaan dan olahraga serta bertema sosial, pariwisata, satwa, lingkungan hidup, dan kemanusiaan.

Di museum yang bangunannya bergaya bali dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tnggal 29 September 1983 ini juga terdapat ukiran dan patung Bali, bola dunia dengan baurung merpati membawa surat di paruhnya yang merupakan lambang tugas PT Pos Indonesua (Persero) telang menjangkau seluruh dunia.

Satu gedung lagi yang menarik untuk dikunjungi terkait Hari Filateli adalah Museum Pos Indonesia.

Di museum yang berlokasi di Jalan Cilaki 73 Kota Bandung, Jawa Barat, sebelah Timur Gedung Sate ini, Anda bisa melihat koleksi bermacam benda pos dan surat-surat penting yang masih terawat dengan baik.

Koleksinya bukan hanya ribuan perangko dari Indonesia dan mancanegara, pun timbangan surat, sepeda pak pos jaman baheula, dan baju dinas serta peralatan pos dari zaman kolonial Belanda sampai sekarang.

Anda juga bias melihat koleksi surat-surat emas dari berbagai raja nusantara yang ditujukan kepada para komandan dan jenderal belanda tempo doeloe, terutama untuk Gubernur-Jenderal Inggris Thomas Stamford Bingley Raffles.

Di samping ragam koleksinya, Anda juga bisa mengabadikan kemegahan Gedung meuseum yang dibangun tahun 1933 pasa masa Hindia Belanda.

Awalnya gedung yang didesain arsitek J. Berger dan Leutdsgebouwdiest ini bernama Pos Telegrap dan Telepn (PTT).

Hari Filateli Indonesia  ditetapkan berdasarkan peresmian perkumpulan filateli pada tanggal 29 Maret 1922 oleh Pemerintah Kolonial Hidia Belanda.

Dalam kesempatan spesial ini, d’Blogger (TravelPlus, RonaBudaya, KokiRimba, dll) mengucapkan selamat Hari Filateli semoga filateli Indonesia semakin maju.

Naskah: adji kurniawan (kembaratopis@yahoo, ig: @adjitropis)
Foto: tamanmini.com, #museumposindonesia & #gedungfilatelijakarta

Captions:
1. Gedung Museum Pos Indonesia di Kota Bandung, Jawa Barat.
2. Gedung Filateli Jakarta di kawasan PasarBaru, Jakarta Pusat.
3. Museum Perangko di TMII, Jakarta Timur.
4. Plang petunjuk ke Museum Pos Indonesia di Bandung.

Read more...

Wisata Karts dari Aceh Sampai Papua, Ini Ragam Aktivitasnya

Kawasan karst sudah lama berdaya pikat dan menjadi pilihan banyak orang untuk melampiaskan hasrat wisatanya. Ada yang memanfaatnya untuk bersantai, berbasah-basah di aliran sungai karst, sampai melakukan aktivitas yang menantang, memacu adrenalin seperti caving goa vertikal, rockclimbing sampai high hammocking.

Indonesia salah satu negara yang dianugerahi kawasan karts yang amat luas. Kabarnya luas karst-nya hampir 20 % dari luas total wilayah daratannya.

Hamparan karst Indonesia tersebar dari Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh sampai Taman Nasional Lorentz di Papua.

Bertepatan dengan Hari Karst Nasional 2018, yang diperingati setiap tanggal 28 Maret ini, TravelPlus Indonesia suguhkan tulisan terkait kawasan karst di negeri ini beserta bermacam aktivitas wisatanya.

Di Aceh, salah satu wilayah karst-nya yang sudah dikenal luas ada di Desa Naga Umbang, Lhok Nga, Aceh Besar.

Kawasan tersebut terbentang pada ketinggian 50 hingga 1.000 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dengan ketinggian bukit karst yang bervariasi dengan bentuk menara serta bentuk kerucut berkemiringan 18 derajat yang berpotensi tinggi untuk revitalisasi air.

Di Sumatera Utara,  kawasan karst-nya ada di Bahorok dan di Sumatera Barat ada di Payakumbuh.

Di Selatan Jawa, kawasan karst-nya membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat. Khusus di Jawa Barat antara lain di Ciampea Bogor, Padalarang Bandung Barat, dan Sukabumi bagian Selatan.

Sementara di wilayah Pacitan sampai Yogyakarta kawasannya dinamakan Gunung Sewu. Di sini terdapat ratusan goa karts, baik sumuran (vertical) maupun horizontal serta aliran sungai di lorong-lorong karst.

Di Utara Jawa, di antaranya ada di Rembang, Tuban, dan Gresik. Hamparan karst-nya memang tidak sebanyak di Selatan Jawa.

Pulau Madura juga memiliki kawasan karst di 4 kabupatennya. Beberapa di antaranya sudah menjadi
obyek wisata berupa kolam atau danau seperti di lokasi obyek wisat Goa Pote.

Di Sulawesi Selatan, kawasan karst-nya yang terkenal tentu saja di Maros-Pangkep. Kabarnya kawasan karst seluas lebih dari 40 ribu hektare ini menjadi yang terbesar di Indonesia dan terbesar kedua di dunia setelah kawasan karst Cina Selatan.

Obyek menariknya banyak batuan kapur tua yang menjulang seperti tower (tower carst), sejumlah gua, salah satunya merupakan gua terpanjang.

Di Kalimantan, kawasan karst-nya yang tersohor ada di Pegunungan Muller dan Pegunungan Schwarner. Sedangkan di Maluku yang terkenal ada di Pulau Seram dan Pulau Halmahera.

Di Papua Barat, berada di bagian kepala burung, tepatnya Pegunungan Lengguru di Kaimana dan Fakfak. Sedangkan di Papua ada di Taman Nasional Lorentz.

Aktivitas wisata yang bisa dilakukan di kawasan karst antara lain menyusuri goa (caving), baik itu goa vertikal maupun horizontal, contohnya Goa Buniayu di Sukabumi, Jawa Barat; Goa Jombang di Gunung Kidul, Yogyakarta; Goa Kembang di Desa Pakis Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Pilihan lainnya melakukan cave tubing yang memadukan caving (penelusuran goa) dengan rafting (susur sungai) menggunakan ban dalam mobil sebagai rakitnya seperti di Kalisuci, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Lokasi lainnya  di Sedayu, Bantul atau di Kaliserang-Kulonprogo, masih wilayah DIY.

Sementara aktivitas wisata yang menantang dan memacu adrenalin yang kerap dilakukan sejumlah orang sejak lama di kawasan karst antara lain memanjat tebing (rockclimbing).

Baru beberapa tahun belakangan ini, banyak juga yang tertarik melakukan high line dan high hammocking atau extreme hammocking.

Kedua aktivitas yang memerlukan skill dan nyali besar itu antara lain di Gunung Hawu dan Tebing Masigit kawasan karst Citatah, Padalarang, Bandung Barat, Jawa Barat.

Buat yang tak berani, ingin yang santai-sanntai saja, bisa bersantai di Sangyang Heuleut di Bandung Barat.

Selain sebagai obyek wisata yang mendatangkan pendapatan bagi warga, pelaku usaha wisata, dan pemerintah setempat, kawasan karst juga berfungsi sebagai penjaga sumber alami atau hidrologi.

Melihat begitu besar manfaatnya bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnnya, maka tak ada acara lain selain menjaga keasrian kawasan karst dengan memanfaatkannya secara bijak dan ramah lingkungan agar bisa terus bertahan demi kehidupan manusia kini dan generasi mendatang.

Selamat Hari Karst Nasional 2018, #SaveOurKarst, #SahabatKarst, #WisataKarts,

Salam Speleo, salam dari perut bumi, salam dari ketinggian…

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & sobat kembara 

Captions:
1. TravelPlus Indonesia bersalam Satu Jari sebelum cave tubing di Goa Kalisuci, Gunungkidul, DIY.
2. Naik perahu menyusuri Krueng Raba menujung Pucuk Kreung, Lhok Nga salah satu lokasi karst di Aceh Besar.
3. Kawasan karts di Madura yang dijadikan obyek wisata.
4. Menuruni Goa Buniayu di Sukabumi, Jabar.
5. Menyusuri Goa Kalisuci di Gunungkidul dengan cave tubing.
6. Kawasan karst menghadirkan pesona tersendiri

Read more...

Rabu, 28 Maret 2018

Wow, Indonesia Penampil Terbaik International Folk Festival 2018 di Nepal

Tim kesenian Indonesia menorehkan prestasi tingkat dunia. Di ajang International Folk Festival 2018 yang berlangsung di Kathmandu, Nepal baru-baru ini, Indonesia berhasil menyabet predikat penampil terbaik.

International Folk Festival (IFF) 2018 yang diselenggarakan Everest Nepal Cultural Group (ENCG) tanggal 1 s/d 10 Maret lalu, diikuti 11 negara.

Selain Indonesia, ada tim peserta dari Turki, Israel, India, Estonia, Grecee, Costarica, Italia, Nepal, Bangladesh, dan Malaysia.

“Alhamdulillah tim Indonesia mendapatkan predikat penampil terbaik di IFF 2018 ini,” ungkap M. Nurhayatun Nufus S,Pd kepada Travelplus Indonesia, Selasa (27/3). 

Pemuda asal Kotabumi, Lampung Utara, Provinsi Lampung yang akrab disapa Nufus ini merupakan salah satu tim Indonesia yang mengikuti IFF 2018.

Alumnus program studi Tari FKIP Universitas Lampung (Unila) ini menjelaskan tim Indonesia terdiri atas 11 orang penari termasuk 3 orang koreografernya dari Sanggar Nona Asri Indonesia yang bertempat di Jakarta.

“Di IFF 2018 kami menampilkan suguhan Tari Pelangi Nusantara di antaranya membawakan tari tradisional Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua. Di akhir performance, kami menyanyikan lagu Gebyar-Gebyar bersama 11 negara peserta lainnya,” papar Nufus yang menjadi salah satu koreografer dalam tim Indonesia ini.

Tiga koreografer di tim Indonesia, lanjut Nufus selain menari juga memiliki tugas masing masing.

Dia sendiri kebagian menangani tarian dari Indonesia bagian Barat seperti Tarian Minang, Zapin, dan Lancang Kuning, serta ditambah dengan Jaipong Kreasi.

"Tarian Indonesia bagian Tengah seperti Tari Dayak Kalimantan Timur dan Tari Janger Bali ditangani koreografer bernama Serintil. Sedangkan tarian Indonesia bagian Timur yakni tarian perang dari Papua digarap korografer Amanah Asri," ungkap Nufus.

Hasil garapan ketiga penata tari itu, kemudian dipentaskan secara medley sesuai namanya Tari Pelangi Nusantara.

"Masing-masing durasinya selama 30 menit dengan menggunakan iringan musik Mp3," tambahnya.

Lantaran membawakan tarian dari suku adat Indonesia yang berbeda, Nufus dan teman-temannya berkesempatan mengenakan pakaian adat yang juga berbeda-beda setiap harinya.

"Hari pertama saya memakai pakaian adat Makassar, hari-hari berikutnya mengenakan pakaian Lampung, Papua, Minang, Sunda, Dayak, Banjar, NTT, Bali, dan di hari terakhir memakai pakaian Lampung lagi," terangnya.

Lokasi IFF 2018 selama 10 hari, lanjut Nufus berpindah-pindah antara lain di Kota Khatmandu, Dhading, Pokhara, dan Sarangkot.

Usai mengikuti IFF yang ke-9 ini, tim Indonesia dan negara lainnya berkesempatan berkunjung ke Gunung Everest, menikmati pemandangan puncak bersalju.

Sebagai penampil terbaik, sambung Nufus, tim Indonesia mendapatkan plakat penghargaan dan piagam.

Kata pendiri sanggar Nuvus Etnika di Bandar Lampung ini, dia dan seluruh tim Indonesia sudah kembali ke Tanah Air.

“Tanggal 11 Maret pukul 19.00, sehari setelah IFF 2018, kami kembali ke Indonesia membawa kemenangan dan pengalaman berharga yang tak terlupakan,” pungkas Nufus.

Sebelum mengikuti IFF 2018, Sanggar Nona Asri Indonesia pernah tampil di sejumlah event internasional di mancanegara sejak 2014, antara lain Saray Spring & Culture Festival Sarayi-Turki pada Juni 2014, dan SileFolk Festival Treviso-Italia (Juli 2015).

Berikutnya di Catolina Festival Contest Barcelona-Spanyol (Februari 2016), Caravan Fest and Contest Wollin-Polandia (Desember 2016), World Folklore Festival Springville-AS (Agustus 2017), dan Indofest Ottawa-Canada juga bulan Agustus tahun lalu.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo, ig: @adjitropis)
Foto: dok. nufus

Captions:
1. Tim kesenian Indonesia yang diwakili Sanggar Nona Asri Indonesia mendapatkan predikat penampil terbaik di International Folk Festival (IFF) 2018 di Kathmandu, Nepal.
2. M. Nurhayatun Nufus S,Pd  biasa dipanggil  Nufus asal Lampung salah satu koreografer sekaligus penari di tim kesenian Indonesia dalam ajang IFF 2018.
3. Piagam yang diperoleh tim Indonesia di IFF ke-9 ini.
4. Nufus mengenakan pakaian tari perang dari Papua sambil membawa Bendera Merah Putih.
5. Nufus berfoto bersama beberpa tim Indonesia usai tampil di IFF 2018.

Read more...

Selasa, 27 Maret 2018

Ini Cara Indonesia Rayakan Hari Teater Sedunia

Indonesia termasuk negara yang memiliki kelompok seni teater yang jumahnya cukup banyak dan tersebar sampai di kota-kota kecil. Saban tahun para pegiatnya pun turut memperingati Hari Teater Sedunia (World Theatre Day) yang jatuh setiap tanggal 27 Maret.

Peringatan Hari Teater Sedunia (Hatedu) tahun 2018 ini juga dilakukan sejumlah penggiat seni teater di sejumlah daerah di Tanah Air dengan beragam cara.

Rangkaian acaranya ada yang sudah, tengah, dan juga akan berlangsung.

Di Palembang, Sumatera Selatan misalnya komunitas teater Wong Gerot Palembang menggelar pertunjukkan cuplikan dari pementasan naskah karya Usmar Ismail berjudul ‘Ayahku Pulang’ di ruangan multi purpose RRI Palembang, Senin. 19 Maret 2018 lalu.

Sebelumnya pada bulan Februari tanggal 18 diadakan juga parade monolog karya Gerot Anggon di tempat yang sama.

Di Slawi, Jawa Tengah sebagaimana tersiar di akun Instagram (IG) @datateater, ada Parade Teater Gemblong Syndicate di Gedung Rakyat Slawi, 25 Maret 2018.

Parade teater yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB itu menampilkan pementasan dari 6 kelompok teater, yakni Teater Kramat yang mementaskan naskah berjudul Barabah, Teater Sakral (Kartini Berdarah), Teater Genting (Ragdoll), Teater 03 (Orang Asing), dan Teater Cangkir dengan pementasan berjudul Jejeg Atawa Cita-Cita.

Selain pementasan teater yang terbuka untuk umum dan gratis itu juga dimeriahkan dengan monolog, band, diskusi, musikalisasi puisi, baca puisi, dan lainnya.

Di Blitar, peringatan Hatedu 2018 digelar oleh Sanggar Mlasti didukung Perpustakaan Bung Karno dan lainnya lewat acara bertajuk Pentas Teater “Darsini” Kisah Pelacur Kota Jakarta.

Sejumlah kelompok teater ikut tampil di acara yang berlangsung di Amphy Teater’s Blitar, Minggu 25 Maret 2018 dengan menampilkan beragam aksi pentas.

Ada Teater Kawung yang melakukan monolog, Teater Bara (performing art), Aksara Jiwa (musikalisasi puisi), Teater Bulu Putih (opera), Teater Bambu (musikalisasi puisi), Teater Azhar (teatrikal puisi), dan Teater Adab Dina yang menampilkan naskah berjudul “Jiwa”. Acara tersebut juga terbuka untuk umum dan gratis.

Di Solo, peringatan Hatedu 2018 dilakukan Teater Soekamto dengan menggelar Bincang Teater dan Pentas Kolosal di Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) pada 22 Maret 2018 lalu.

Bincang Teater-nya bertema “Metode Latihan Teater sebagai Sarana Pengembangan Diri”, bertempat di Ruang Seminar Lt.5 Gedung Baru UNISRI, pukul 13.00 WIB.

Pembicara yang dihadirkan ada Gigok Anurogo (teaterawan), Aan Hasibuan (praktisi teater), dan Sutoro Wardoyo (Pembina Teater Soekamto).

Sementara Pentas Kolosal-nya yang berjudul “Semangat Djoeang Slamet Riyadi Mewujud Universitas Slamet Riyadi” dan pertunjukan UKM/Ormawa UNISRI pukul 19.00 WIB bertempat di halaman Pascasarjna depan Masjid UNISRI. Kedua acara tersebut terbuka untuk umum dan juga gratis.

Masih di Solo, tepatnya di Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah mulai hari ini, tanggal 27 s/d 29 Maret berlangsung Pesta Rayat Kesenian dalam rangka merayakan HATEDU 2018.

Sekurangnya ada 32 kelompok teater dan seni pertunjukan lainnya yang akan tampil, antara lain Teater Surakarta, Sanggar Pasinaon Pelangi, Teater Seribu Wajah Ambarawa, Konunitas Seni Lentera Palu, Teater Fataria STAIN Pamekasan Madura, Jam Malam Yogyakarta, Himposter ISBI SulSel, dan Gerilya Project Jakarta.

Masih dalam perayaan Hatedu 2018, The9ATRE, gabungan seniman teater Jawa Timur menggelar Workshop Bermain Peran, kemarin, Senin, 26 Maret.

Workshop yang berlangsung pukul 14.00-17.00 di Pendapa Taman Budaya Jawa Timur itu ,enghadirkan sejumlah pemateri seperti Rita Matu Mona dari Teater Koma Jakarta dn Adinda Luthvianti selaku Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.

Pesertanya dikenakan biaya kontribusi sebesar Rp 60 ribu per orang, gratis kaos Hatedu.

Di Kabupaten Pandeglang, Banten juga ada perayaan Hatedu 2018. Lokasi acaranya di Kampung Lame, Desa Mekarsara, Kecamatan Panimbang.

Acara bertajuk HATEDU#1 baru akan berlangsung tanggal 29 Maret s/d 1 April mendatang atau selama 4 hari berturut-turut.

Pada hari pertama, Kamis (29/3) setelah acara pembukaan, akan tampil UKM Kreasi UNMA Banten, dan Nunuka Apa H Uki. Selanjutnya pementasan dari Kebelet Teater Samarinda, Lab Teater Banteng Girang, Teater Camus Jakarta, Rumah Tumbuh Madiun, Sendratasik Untirta, dan penampilan Akar Suara.

Hari kedua, Jumat (30/3) giliran Kalimusada SMK Babunajah yang tampil. Dilanjutkan Solid Teater Banten, HMJ Teater ISI Jogja, UKM Gesbica UIN Serang, Lesobur Art Laboratory, Galang Teater Wonosobo, Seniki Banten, dan KMT ISBI Bandung.

Hari berikutnya, Sabtu (31/3) akan tampil Penata Muda Pandeglang, HMJ Teater IKJ, Do’a Ibu Yogyakarta, Schapri-Doo Semarang, Obah Dance Laboratory Malang, Think ID Karawang, Komunitas Kembali Serang, Kebelet Teater Surabaya, dan aksi Mbah Wahono Simbah.

Hari terakhir atau keempat, Minggu (4/1) giliran Mavia Teater yang tampil, dilanjutkan Adorebel Yogyakarta, Kaleng Merah Jambu, Yudha Teater Jember, Artgokompleks Yogyakarta, dan pementasan dari UKM Pandawa Utirta.

Di beberapa wilayah Sumatera, para penggiat seni teater juga merayakan Hatedu 2018 seperti diutarakan Wendy HS teaterawan asal Minang, Sumatera Barat lewat pesan WA ke Travelplus Indonesia, Kamis (27/3).

Menurut Wendy yang jupa pendiri komunitas seni Indonesia Performance Syndicate (IPS), perayaan Hatedu 2018 kecil-kecilan digelar Prodi Teater ISI Padangpanjang. “Itu juga kegiatan internal mahasiswanya,” terangnya.

Peringatan Hatedu di Sumatera yang skalanya agak besar, lanjut Wendy berlangsung di Pekanbaru, Riau. “Saya diundang jadi pembicara untuk diskusi-nya. Tapi saya ga bisa ikut karena bentrok dengan pertunjukan musikalisasi puisi secara personal di Jogja,” akunya. 

Hatedu 27 September dicetuskan oleh ITI (International Theatre Institute) tahun 1961, dan setahun kemudian mulai diperingati setiap tahun.

Hari spesial ini dirayakan dengan membawa beragam pesan khusus pula pada dunia internasional, di antaranya penghargaan atas keragaman budaya, permaslahan kemanusiaan, lingkungan, dan sikap damai anti kekerasan melalui ekspresi seni, gerak, vokal, musik, dan lainnya.


Hari ini, Jumat, 27 Maret sejumlah teaterawan, kelompok teater, dan komunitas seni mengucapkan selamat Hatedu 2018 lewat akun IG-nya masing-masing, di antaranya @teaterkoma, @teater_korek, @teaterwarnauib, @teaterbijak_, @teaterkatak, @teaterpandora, dan @indonesiaperformancesyndicate.

Dalam kesempatan ini, d’Blogger (TravelPlus Indonesia, Ronabudaya, Kokirimba, dll) yang loyal meliput seni, budaya, dan pariwisata, lewat akun IG @adjitropis juga mengucapkan selamat Hatedu 2018 buat para seniman teater di negara manapun, terlebih di Indonesia.

Semoga teater-teater Indonesia semakin berkualitas, berkarakter kuat, dan berprestasi baik di tingkat Nasional maupun internasional.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: @teaterkoma, @indonesiaperformancesyndicate, @teaterwarnauib, @teaterbijak, dan adji

Captions:
1. Ucapan Hari Teater Sedunian (Hatedu) 2018 dari Teater Warna UIB di IG.
2. Teater Koma ucapkan Happy World Theater Day lewat IG.
3. Indonesia Performance Syndicate (IPS) Padangpanjang ucapkan Hatedu 2018 lewat IG.
4. Teater Bijak ucapkan Hatedu di IG-nya.
5. Aksi trio IPS Padangpanjang di Jakarta.

Read more...

Senin, 26 Maret 2018

Dua Pilihan Event Kuliner dan Budaya Hari Kamis Pekan ini

Ada dua event kuliner dan budaya yang menarik untuk didatangi, yakni Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan di Surabaya dan Gelaran Seni Budaya Jawa Barat di Sukabumi. Sayangnya kedua event tersebut waktu pelaksanaannya bersamaan, Kamis (29/3/2018).

Kegiatan Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan yang akan berlangsung di sepanjsng Jalan Tunjungan, Surabaya mulai pukul 16.00 – 21.30 WIB berisi 2 mata acara utama yakni Kuliner dan Kraft.

Ragam kuliner yang akan disuguhkan antara lain Semanggi, Lontong Balap, Rawon Setan, Tahu Campur, Lontong Kikil, Rujak Cingur, Nasi Bakar, Jagung Bakar, Nasi Madura, Penyetan, Terang Bulan, dan lainnya.

Sementara kraft-nya menampilkan aneka produk fashion, kosmetik hingga souvenir khas Kota Pahlawan ini.

Kabarnya event kali ini akan digelar bersamaan dengan Public Relation (PR) Award 2018 yang mendatangkan praktisi di bidang kehumasan di level pemerintah daerah hingga kementerian.

Guna memperlancar event ini, Jalan Tunjungan akan ditutup Kamis, mulai pukul 00.01 WIB dini hari sampai pukul 22.00 WIB.

Di event ini ada dua panggung utama didirikan di bawah Jembatan Gantung Siola menghadap ke Selatan dan di depan Hotel Majapahit menghadap ke Utara.

Dua panggung tersebut untuk kegiatan Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan dan PR Award.

Sementara Gelaran Seni Budaya Jawa Barat 2018 yang digelar dalam rangka merayakan HUT ke-104 Kota Sukabumi akan menyuguhkan pawai budaya yang akan diikuti 18 kota/kabupaten se-Jabar dan 7 kecamatan se-Kota Sukabumi.

Adapun rute pawai budaya yang akan menampilkan ragam rupa keunikan seni-budaya Jabar akan dimulai pukul 09.00 WIB dari Lapang Merdeka-Jl Perintis Kemerdekaan-Jl. RE Martadinata-Jl. Siliwangi- Jl. R. Samsudin SH dan berakhir di depan Balai Kota Sukabumi.

Nah, Anda mau pilih yang mana? Tentukan dari sekarang kemudian cari tiket pesawat/kereta untuk ke Surabaya, atau naik bus/kereta jika ingin backpacker-an ke Sukabumi dari Jakarta.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: @museumtupal & adji

Captions:
1. Promo Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan 2018 di medsos.
2. Angklung, alat music tradisional khas Jawa Barat.

Read more...

Cara Sunarya Ley Berjuang Menjaga Eksistensi Dambus dan Tutur Bangka

Buat orang Melayu Bangka jaman dulu, mungkin Dambus tidak begitu asing. Ketika itu, alat musik petik tradisional seperti gitar ini kerap dimainkan sambil bertutur ataupun berpantun untuk menghibur masyarakat saat istirahat di kebun.

Dambus yang dipengaruhi alat musik Gambus dari Timur Tengah ini, kala itu dekat sekali dengan kehidupan masyarakat Bangka yang semula mayoritas mata pencahariannya  berkebun.

Namun setelah masyarakat berbondong-bondong beralih menambang timah, Dambus pun terabaikan.

Untunglah ada sejumlah seniman yang berupaya melestarikan keberadaan Dambus dan Tutur bangka, salah satunya Sunarya Ley (28).

Bujang asli Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung  yang akarab disapa Moley ini, mulai mahir memainkan Dambus sejak berusia 9 tahun.

Sadar Dambus semakin berkurang peminatnya, kemudian dia pun mengajarkan kebisaannya itu ke anak-anak sekolah mulai dari tingkat SMP.

“Saya guru kesenian di SMPN % Air gegas Kabupaten bangkas Selatan. Di sana ada semacam ekstra kulikuler, dan saya mengajak anak-anak bergabung mendalami musik tradisi Melayu Bangka termasuk mengajarkan bermain alat musik  Dambus ini,” ujarnya kepada TravelPlus Indonesia usai tampil dalam pementasan Bala’: Restoration of Behaviour produksi Ali Dance Company yang dipimpin rekannya, Irfan Setiawan di Jakarta, Sabtu (24/3/2018).

Ada sekitar 15 pelajar yang berlatih bermain Dambus dengannya. "Yang sudah mahir ada sekitar 3 sampai 4 orang," akunya dengan mimik senang.

Menurutnya sekarang mulai banyak remaja di Bangka yang tertarik untuk mempelajari Dambus. “Tapi bukan lagi untuk menghibur warga di kebun sebagaimana dulu, melainkan untuk tampil di event-event budaya tertentu. Fungsinya sudah berbeda karena kondisinya juga sudah tak sama,” akunya.

Kata dia, biasanya di setiap event budaya yang ada di Bangka seperti Festival Sepintu Sedulang yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat setiap setahun sekali, dan juga Festival Serumpun Sebalai se-Babel, dipastikan ada suguhan seni tradisi musik Dambus berikut dengan tutur Bangka.

Upaya Sunarya menjaga eksistensi Dambus didukung kakaknya yang ahli membuat Dambus.

“Kebetulan kakak saya pengrajin alat musik Dambus. Hasil karyanya dijual, harganya ada yang sampai 2, juta rupiah tergantung ukuran panjang Dambus,” terangnya.

Kekhasan Dambus Bangka, setiap ujung tangkainya selalu diberi pahatan kepala hewan rusa yang bertanduk. “Rusa bertanduk ini, lambang daerahnya. Jadi selalu ada di ujung tangkai Dambus meskipun itu cuma pahatan,” jelas Sunarya.

Dalam pementasan Bala’: Restoration of Behaviour yang ditarikan 2 penari perempuan dan seorang penari laki-laki di auditorium Galeri Indonesia Kaya (GIK), Grand Indonesia West Mall lantai 8, Jakarta Pusat itu, Sunarya kebagian memainkan Dambus sambil bertutur Bangka.

Tutur yang disampaikannya dengan Bahasa Melayu Belinyu itu menceritakan kehidupan masyarakat Bangka tempo dulu, sewaktu masyarakatnya mayoritas masih berladang dan berkebun.

“Dambus ketika itu dimainkan sebagai pengiring bertutur ataupun berpantun untuk menghibur para pekebun di kebun. Jadi sebagai pelipur lara usai berkebun saat istirahat,” terang Sunarya.

“Tapi sejak masyarakat Bangka beralih menambang timah, tradisi bertutur Bangka dengan Dambus untuk menghibur para pekebun itu tak ada lagi,” tambahnya.

Sunarya berharap seni pertunjukan Bala’: Restoration of Behaviour bisa ditampilkan di Bangka agar masyarakat dan pihak terkait termasuk pemerintah setempat tahu bahwa akibat pertambangan timah bertahun-tahun dan sampai sekarang masih berlangsung, sangatlah merugikan.

“Bukan hanya mengakibatkan kerusakan lingkungan dan lahan perkebunan serta hutan di Bangka semakin berkurang, pun menghilangkan kehidupan berkebun termasuk tradisi bertutur dengan iringan Dambus yang biasa dimainkan masyarakat di kebun,” terangnya.


Sunarya pun berharap masyarakat di Bangka bisa mengembalikan lahan yang hancur akibat penambangan timah, menjadi seperti semula.

Caranya, sejumlah kolong (lubang bekas galian timah) diuruk lagi atau bisa juga dijadikan obyek wisata dan pertambakan ikan.

Menurut Sunarya, solusi pengganti mencari nafkah sebagai penambang timah, masyarakat bisa kembali lagi ke profesi semula menjadi pekebun, misalnya berkebun sayur mayur, mengingat tanah di Bangka subur dan cocok untuk itu.

“Pemerintah terkait pun harus mendukung masyarakat yang ingin kembali berkebun dengan memberi subsidi pupuk, bibit sayur mayur, dan lainnya,” imbaunya.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & @alidanceco 

Captions:
1. Sunarya Ley yang akrab disapa Moley, seniman asli Belinyu, Bangka yang berupaya menjaga eksistensi alat musik petik Dambus dan Tutur Bangka.
2. Sunarya Ley memainkan Dambus sambil bertutur Bangka saat tampil dalam pementasan Bala': Restoration of Behaviour produksi Ali Dance Company dengan koreografer Irfan Setiawan di GIK, Jakarta.
3. Tiga penari Bala': Restoration of Behaviour berdiri di atas pipa menjaga keseimbangan. 
4. Irfan Setiawan founder Ali Dance Company sekaligus koreografer menjelaskan konsep yang diangkat dalam Bala': Restoration of Behaviour.
5. Seorang penari pria dan dua penari perempuan beraksi dengan properti rangkaian pipa dalam Bala': Restoration of Behaviour.

Read more...

Minggu, 25 Maret 2018

Suara Sandhy, Dira & Yura Bikin Anggun Minder, Benarkah?

“These 3…, Suara mereka bikin minder!! @dirasugandi @sandhysondoro_official dan @yurayunita. Salam sayang, sukses selalu dan semoga kita bertemu kembali”.

Begitu ungkapan dari seorang penyanyi berkelas dunia Anggun tentang suara Dira, Sandhy, dan Yura tiga penyanyi Indonesia yang ikut menyemarakkan konser Hitman David Foster & Friends sesi kedua di De Tjolomadu, Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (24/3/2018).

Kata-kata yang seolah  merendah itu diungkapkan Anggun di akun Instagram (IG)-nya @anggun_cipta sehari kemudian, Minggu (25/3/2018).

Selain kalimat itu, Anggun pun mem-posting foto ketiga penyanyi yang dimaksud saat tampil bertiga di konser tersebut.

Sampai berita ini ditulis, sudah ada 5.305 warganet yang menyukai unggahan itu, ditambah 93 komentar.

Beberapa warganet menilai kalimat yang diutarakan Anggun itu bernada low profile seperti kata pemilik akun IG @bahar.mario. “Mbakyu siji iki low profile banget,”.

Hal senada juga disampaikan @ilu_adie. “Suka merendah si mba' @anggun_cipta suara tinggi banyak di cafe2 jg bnyk... tpi plagiat semua gk ada karakter kuat nya... apalg sampe di titik mu mba' beraaaaaaaattttttt" masi hits di ibu kota aja udah syukur Alhamdulillah,” terang Ilu.

Sementara @mansyahtanjung menilai pernyataaan Anggun membuktikan kalau Anggun berjiwa besar.

“100% idola saya... @anggun_cipta memang berjiwa EMAS… saya org biasa saja yg nge fans beliau... pas minta ttd pd Cover CD & cover Parfume saat diKonfrensi duduk dgn org2 besar TETAP SETIAP mau ttd coleksi saya.. Love more to u my superstar,” ungkap Mansyah.

Pemilik akun @ipultain  mengatakan yang sama pula. “Mba anggun rendah hati sekali...,” tulisnya.

Dira Sugandi lewat akun IG-nya langsung memberi komentar tak kalah merendahnya. “Selama ini aku hanyalah remah-remah rangginang yang hanya bisa mengaggumimu dari jauh Mbak, aku pun sangat respect pada dirimu,” ungkap Dira.

Tak sampai di situ, Dira melanjutkan ungkapan tentang kekagumannya yang terus bertambah terhadap Anggun.

“Sekarang setelah kita kenal dan tur bareng, kekagumanku dan respect aku bertambah lebih besar lagi. Terima kasih untuk semuanyaaa. I love you and thank you for inspiring us all,” tulis Dira dengan cinta.

Yura Yunita pun segara membalas unggahan seniornya itu dengan komentar tulus.

“Mbak Anggun sayaaaang!!!! Happy banget kemarin bisaa perform bareng sama Mbak Anggun favoritku!! Next time lagi yaaaaa. I LOVE YOU mbaak Anggun,” ungkap Yura dengan tiga simbol kiss dan 2 simbol menangis haru.

Komentar Yura pun tak lama kemudian dibalas Anggun. “Iya jeng, sukses terus buat kamuuuu. Peluk cium!!!,” tulis Anggun dengan tiga tanda kiss juga.

Sandhy Sundoro sepertinya tak menyangka seorang Anggun berujar low profile begitu.

Wueleeeeh isoooo waeee ikiiii mbak ANGGUN @anggun_cipta sang superstar dunia yang cetarrrr membahanaaa. Maturkesuwun yooo... Yessss ditunggu penampilan kita bersama semua yang berikutnya yaaa,” tulis Sandhy.

Banyak pula warganet yang sepakat dengan ungkapan Anggun.

Pemilik akun @satriaferre misalnya juga memuji suara Dira. “Dira Sugandi suaranya gokil habis ...”, ujarnya.

Si empunya akun @end_setyo pun begitu. “Setuju. Terutama suaranya The @dirasugandi, range vokalnya luas, tinggi, dan bikin iriiiiii bgt,” terangnya.

Sementara @holafulla mengatakan kagum dengan Anggun dan Dira. “@dirasugandi @anggun_cipta you both are great singer, respect,” tulisnya dengan menambahkan satu simbol cinta.

Pemilik akun @riyan_sutama juga sependapat. “Favoritku banget mereka ini. Bener2 bisa bikin eargasme bertubi2 menyaksikan penampilan mereka secara beruntun dalam satu panggung!” terang Riyan.

Begitupun dengan @valsudrajat. “Ini mah penyanyi top.... yang bermusik dengan hati dan jiwa tanpa memikirkan pasar,” tulisnya seraya menyebut akun IG Dira, Shandy, dan Yura di komentarnya.

Meskipun Anggun mengaku minder dengan suara ketiga penyanyi tersebut, namun beberapa warganet mengaku lebih mengagumi vokal khas Anggun.

Pemilik akun @adios24 misalnya berkomentar begini: “Tp tetep suara @anggun_cipta lebih berbekas di hati saya, suara sexy dan unik di jiwa saya,” ungkapnya.

Ungkapan senada juga diutarakan @ard_1501. Dia bilang: “Suara mereka memang dahsyat mbak, tapi suara mbak ku lebih seksi ga ada duanya,” tulis Ard.

Selain Anggun, Sandhy, Dira, dan Yura yang bernyanyi diiringi David Foster dengan piano, konser di venue bekas Pabrik Gula Colomadu itu juga disemarakkan dengan penyanyi internasional lainnya yakni Brian MCKnight.

Konser yang ditonton ribuan orang itu, tak bisa dipungkiri turut melambungkan nama De Tjolomadoe sebagai salah satu venue konser dan konvensi terbaru milik Indonesia yang berstandar internasional.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, @adjitropis)
Foto: @anggun_cipta, @dirasugandi, @sandhysondoro_official & @yurayunita.

Captions:
1. Sandhy Sondoro, Dira Sugandi, dan Yura Yunita saat tampil bertiga dalam konser Hitman David Foster & Friends di De Tjolomadoe, Karanganyar, Jateng, Sabtu (24/3/2018).
2. Aksi Anggun yang memesona di De Tjolomadoe.
3. Dira meng-upload fotonya bersama Anggun dan Yura di akun IG-nya.
4. Sandhy Sondoro berfoto bersama David Foster dan Brian McKnight.
5. Yura Yunita saat duet dengan Brian McKnight diiringi permainan piano David Foster.

Read more...

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP