Petualangan Lawas TAPAL, Menginspirasi Bikin Tulisan, Konten Video, dan Lagu "Penjelajahan Silam"
Membuat tulisan, konten video, dan lagu beraroma petualangan bisa terinspirasi dari mana saja, salah satunya dari foto-foto petualangan lawas yang pernah dilakukan sejumlah anggota dan simpatisan TAPAL, yang dikirim ke WAG-nya.
"Still waiting next Jambore TAPAL". Begitu keterangan yang ditulis Ismail Alif (Alifu) di bawah sebuah foto lama di WAG TAPAL dan Simpatisan, dua hari lalu tepatnya Kamis (25/7/24) siang.
Salah satu anggota senior Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (OMPA) TAPAL di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta yang akrab disapa Maink itu, kemudian menjelaskan siapa saja yang ada foto itu.
"Dari kiri ke kanan: Despen (T88), Yadi (T88), Buche (T.87), Koko (simpatisan), Borkat (T.88), Wayank (T.88), Ao (simpatisan), Koes (T.87), Dedot (T.87), Agaz (T.87), Agus P/chemonk (T.88), Toni (T.88), dan Agus Pram (T.89)," tulisnya.
Melihat kiriman foto berikut captions-nya itu, dua penghuni WAG lainnya yang kini berdomisili di Sumatra kontan mengomentari.
"Jambore di Sumatera dong, jauhan dikit, pake nyebrang ... Pagar Alam .. π," ujar Endriyo S.
Saya menyambungnya dengan usulan begini: "Skalian nanjak Gunung Dempo dong π".
Berikutnya Maink mengirim sederet foto lawas secara beruntun. Ada foto yang dia beri keterangan pelatihan hutan gunung dan laut untuk stambuk anggota baru di Gunung Rajabasa, Pulau Sebuku, dan Gunung Krakatau.
Dia terus menerangkan kalau di foto pertama (atas) yang baru dikirimnya itu ada Leo (T.89), Wayang (T.88), Borkat (T.88), Ratna (T.89), dan adik petinju lupa namanya π, Rizal T88, Pram (T89), Anton (T.88), Dolog (T.87), dan Cemonk (T.88).
Foto berikutnya, itu penyusuran Pantai Pangumbahan. Ada Siti Rozika (T.83), Agung (T.84), Maink (T.84), Prosper (T.84), Admiril (T. 85), dan Ame (simpatisan).
Di foto berikutnya, kembali dia menjelaskan kalau itu kegiatan ekspedisi Siberut, Mentawai (1987) dengan tim Maing, Prosper, Agung, Ida Simatupang, Rini, dan Das Simpatisan.
Tak cuma itu, Maink masih terus mengirim lagi beberapa foto kegiatan jadul TAPAL antara lain Lintas Angkatan, Pd.Himas, Depok 2003; Bakti Sosial Lintas Desa; Pelatihan dan Pembentukan Pecinta Alam Fakultas Hukum Trisakti Palhidtra, serta foto saat dia mendaki Gunung Semeru bersama Nunu, Gita, Maink, Agung, dan Dudiek (simpatisan).
Tak lama berselang penghuni WAG, Joko Dolok mengoreksi salah satu keterangan foto yang dikirim Maink. "Bang Maink mohon maaf koreksi, aku T88 dengan sandi PAKIS GIRI," ungkapnya.
Joko Dolok yang saya beri julukan maskotnya LA (Lenteng Agung dan Lintas Angkatan) ini menjelaskan kalau dia masuk IISIP 87 dan ikut OMPA TAPAL tahun 88.
"Aku, almarhum Prosper juga perwakilan TAPAL untuk jadi peserta event PKA XX Pendidikan Konservasi Alam WALHI tahun 89-90 di IPB, diikuti 20 PA kampus di Jakarta," terang Joko Dolok yang juga pernah diutus TAPAL ikut pelatihan singkat Panjat tebing dari Patrick Berhoult dan Corrine, dua the best climber dari Prancis.
Setelah selesai zuhur, Maink mengirimkan beberapa foto lagi, satu di antaranya foto saat latihan susur gua (caving) di Goa Cilalay, Cileungsi, Jawa Barat.
***
Beberapa foto yang dikirim Maink lantas dibanjiri komentar sejumlah penghuni WAG.
"Ada Rizal... Temen panjat tebing dulu waktu SMA. Ini di Lampung Selatan semua... Gunung Rajabasa dijuluki Salaknya Lampung... Pacet lumpur dan pacet pohonnya warbiasah..," tulis saya mengomentari salah satu foto saat tim TAPAL mendaki Gunung Rajabasa.
"Jadi keinget waktu nanjak Gunung Rajabasa. Dari namanya sudah menarik perhatian saya dari dulu... Alhamdulillah kesampaianπ," tulis saya.
Lalu saya kirimkan satu foto kakinsaya penuh darah lantaran dihisap sejumlah pacet di Gunung Rajabasa dan tulisan terkait tentang pendakian gunung tersebut. Ini link-nya: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2013/05/sukses-donor-darah-di-rajabasa.html?m=1.
Dalam tulisan itu saya juga cantumkan TAPAL - IISIP JAKARTA, Prosper (alm.) , @Iwan Buche Tapal, dan si bontot Yosha π.
"Foto dan tulisan itu menjadi bukti kalau saya pernah "diperkosa" penguasa Gunung Rajabasa π€," tulis saya lagi.
"Aku ke Gunung Rajabasa bareng Pencinta Alam Unila, tahun 1984," ungkap Kepsek Agus.
"Kalau Ini sepertinya di Aa Surken (baca: Alun-alun Suryakencana di Gunung Gede). Edelweiss dan deretan Cantigi-nya jadi ciri khas utama," tulis saya lagi mengomentari foto lainnya yang dikirim Kepsek Agus.
"Luar biasa ternyata anggota TAPAL, anak-anak yang cinta dengan alam dan sosial selain ngadain Jambore pastinya. Bravo TAPAL. TAPAL ga ada matinya. Salut…πππ," ujar Winarm Arema.
"Tapal...yes..yes..yes," ungkap Lutfi Sukri.
"Bahagia.. bahagia..tapal..π," tulis Irma.
Giliran saya memberi komentar cukup panjang. "Tak bisa dipungkiri, semua foto itu jadi "sejarah" petualangan yang bikin ikatan batin masing-masing pengikutnya menjadi ada dan kuat sampai kini juga nanti π.
Apalagi kalau ditambah dengan tulisan-tulisan, mungkin klipingan tulisan-tulisan setiap petualangan itu di media cetak (sesuai era itu). Pasti memorinya bakal lebih kuat π".
Saya langsung membalasnya: "Mumpung lagi pada rajin kirim foto-foto petualangan lawas hehehe perlu disambut hangat ππ".
"Yang bikin kangen, bercandaan anak tapal ...," kata Bertha.
"Gak ada yang baperan yak π€," timpal Kepsek Agus.
"Becanda kan bikin awet mudaπ. Daripada manyun..," tambah Irma.
"Cuek dablek semua yak π," celetuk Widyarini.
Ada juga yang mengirimkan pesan doa buat beberapa anggota TAPAL di dalam foto-foto itu namun sudah meninggal dunia.
Tak cuma foto, Kepsek Agus juga mengirimkan logo OMPA TAPAL. "Logo kebanggaan kita semua π," ungkapnya.
"Ini karyanya Edy Suhardi nih," kata Icun Sumardi mengomentari kiriman logo tersebut.
"Cakep nih buat kaos. Boleh gambarnya di pake bang. Mohon ijin," kata Agus yang lain.
"Boleh. Ini sudah milik publik. Kebanggaan anggota TAPAL," balas Kepsek Agus.
Ada juga yang berkomentar kepingin ke Gunung Padang, lihat situs prasejarah, purbakala dan ke Gunung Papandayan lihat edelweis. "Bikin trip dong ke sana π," pinta Widyarini yang juga mengirimkan foto-foto Majalah Tapal Bianglala. Sedangkan Bobby mengirim foto saat mendaki Gunung Pangrango (1983/1984).
Penghuni WAG lainnya justru mengungkapkan pengalamannya saat mengikuti pendidikan dasar (Pendas) TAPAL.
"Pengalaman Pendas...kuku jempol biru dua-duanya, dibentak-bentak sama mentor Om dedot π dibilang anak disko naik gunung. Tapi pas lihat kondisi jempol, dia meringis ngebayangin sakitnya," ungkap Wina.
"Pendas disuruh Jalan guling-gulingan di sungai air terjun di Gunung Burangrang... Ada senior baik hati ajak ngomong...kamu jangan mau ya dibilang lemah...kamu kuat ππ. Makasih ya mas Agus Kepsek... Memotivasi daku," tulis Wina lagi.
"Sementara Wayang...udah mainan petasan... Bikin suasana Kaya perang ππ," lanjut Wina.
"Paling kesel dibentak bang Prosper (Alm.). Padahal sebelum pendas, almarhum tiap hari main ke kost. Di Pendas sok galak π," ungkap Wina lagi.
"Maink tuh yang suruh..π," celetuk Nyonyo B.Salman.
"Hahaha belon kenaaaalll," balas Wina.
***
Jelang sore, Maink mengrimkan tulisan bertajuk: "Siberut, Mentawai dalam Kenangan".
Dalam tulisannya dijelaskan kalau tim ekspedisi tersebut terdiri dari Maink sebagai ketua tim, Agung Prosper, Das serta 2 perempuan Rini, Ida Simatupang dan Mapeng. Hanya Das satu-satunya yang simpatisan.
"Saya beruntung bisa sampai daerah paling timur Indonesia yg disebut 0 Km kota Sabang dan sempat juga mengunjungi Monokwari, Papua Barat dan Jayapura, Papua hingga Merauke. Namun di pulau yang dulu disebut Irian Jaya itu sudah sulit buat saya menemukan mereka berpakaian minim," tulisnya sebagai pembuka.
"Untuk itu saya merasa beruntung bisa melakukan ekspedisi membelah pulau Siberut dari Muara Siberut hingga ke Muara Sikabaluan. Hidup dan melihat langsung kehidupan suku bangsa yang benar-benar primitif di tahun 1987," sambungnya.
Selanjutnya Maink menceritakan perjalanan ekspedisi tersebut.
"Hampir satu bulan tim berada di dalam rimba Siberut dan tinggal bersama masyarakat yg hidupnya masih primitif, antara lain di uma besar milik suku Rogdog, Simatalu dan Paipajet Ulu," ungkapnya lagi dalam tulisan tersebut.
Di ujung tulisannya, Maink mengatakan ekspedisi itu suatu kenangan yang sulit terlupakan. Boleh dibilang hanya sedikit kelompok pencinta alam di Indonesia yang pernah masuk menjelajahi rimba Siberut pada saat itu.
"Saat ini Siberut telah berubah menjadi destinasi wisata. Pantainya menjadi incaran para peselancar dunia selain Pulau Nias tentunya," tutupnya.
Penghuni WAG memberi komentar kalau dia juga pernah ke Mentawai.
"Tapi udah nggak seram seperti yang diceritakan bang Maink. Kebetulan ada kejuaraan surfing internasional. Dapat undangan dari Pemda Mentawai untuk meliput kejuaraan surfing dan pulau pulau yang ada di Mentawai untuk pariwasata," terang Agus.
Keesokan harinya, Jumat (26/7/24) pagi saya mengirim pesan. "Kemarin sampai tadi malam... WAG ini bertabur arsip perjalanan dan petualangan lawas yang pastinya menjadi penggalan kisah hidup bagi pelakunya .., yang tak terlupakan dan mungkin sulit terulang lagi ππ".
Lalu saya sambung dengan pesan berikutnya yang menjelaskan kalau berpetualang di era 70-an sampai 90-an jelas punya tantangan dan atmosfer yang berbeda dibanding era digital (boleh dibilang jauh lebih menantang, alamnya masih begitu asri, lebih murah ongkosnya, dll).
"Namun disisi lain terutama pendokumentasian agak terbatas dibanding era digital. Dulu (era konvensional), mungkin hanya sebatas motret dengan kamera analog buat konten non digital sebatas foto dan tulisan untuk media cetak. Tapi sekarang (digital era) ragam konten digital bisa dibuat untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan setiap perjalanan, petualangan," ungkap saya.
Berikutnya anggota TAPAL senior lainnya, Cang Adnan mengirimkan beberapa foto sewaktu dia tugas PMI DKI di Gunung Galunggung.
Saya membalas salah satu foto kirimannya. "Jadi ingat dulu: SD ikut Pramuka, SMP ikut PMI, SMA ikut Sispala dan nge-band, kuliah (bikin KPA Pinisi dan simpatisan TAPAL), sedangkan masa dunia kerja (bikin KPA Kembara Tropis s/d sekarang. Jadi pernah PMI juga hehehe ππ".
***
Konten Video
Hari berikutnya, Sabtu [27/7/24) pagi saya kirimkan konten video bertajuk "Penjelajahan Silam" ke WAG TAPAL dan Simpatisan.
Video itu memuat foto-foto yang dikirim Maing dan beberapa anggota TAPAL lainnya. Sedangkan audionya lagu karya saya sendiri yang bertajuk sama dengan judul konten tersebut.
Selain videonya yang diberi emoji π dari Kepsek Agus dan Widyarini tersebut, saya juga kirim lirik lagunya, sebagai berikut:
πΆ... Suatu hari
Layar WAG kita
Bertabur foto-foto
Penuh cerita
Sewaktu muda
Semasa gagah
Tak kenal lelah
Kembara kemana-mana
Mendaki gunung
Masuk pedalaman
Sambangi pulau
Semua dijangkau
Sengaja kawan
Ku jadikan tembang
Agar abadi kenangan
Penjelajahan silam
Pagi (muda) berpetualang
Senja (tua) bagi pengalaman ...π΅
Tak lupa saya sertakan sederet tagar terkait seperti #ompatapal, #tapal, #anggotatapal, #simpatisantapal, #iisipjakarta, #pecintaalam, #pendakigunung, #petualang, #penjelajah, #pengembara, #sewaktumuda, #semasagagah, #mudaberpetualang, dan #tuabagipengalaman.
"Buat admin @TAPAL_1984, Joko Dolok, silakan jika ingin konten video itu diunggah di IG resmi TAPAL tersebutπ," tulis saya.
Tak lama kemudian Joko Dolok menggunggah konten tersebut di IG @TAPAL_1984.
Saya pun langsung memberi simbol emoji ❤️ dan komentar begini di IG tersebut: "Pagi (muda) berpetualang, senja (tua) bagi pengalaman... Ah sedaaap kali".
Tak lama berselang, saya kirim link unggahan tersebut ke WAG TAPAL & simpatisan. Ini link-nya: https://www.instagram.com/reel/C959KOJSsOB/?igsh=NDFvODNpczAxaXhu.
Link tersebut saya sertakan captions: "Dari konten analog (pra-digital) berupa foto-foto petualangan lawas, bisa kita jadikan content digital berupa konten video sesuai kreativitas.
Dengan cara itu, ragam dokumentasi bertambah dan kenangan penjelajahan silam lebih terjaga keberadaannya. Moga berkenan & bermanfaat π," tulis saya.
Sama seperti tulisan ini yang berjudul Petualangan Lawas TAPAL, Menginspirasi Bikin Tulisan dan Lagu "Penjelajahan Silam", lagu dan konten video tersebut pun terinspirasi setelah melihat foto-foto petualangan dan kegiatan lawas anggota TAPAL dan simpatisan.
Selanjutnya saya jelaskan pula kalau diujung konten video itu, terselip artikel di weblog TravelPlus Indonesia dengan judul: "Mendaki Gunung Diusia Senja Siapa Takut, Asalkan ...". Ini link-nya: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2019/04/mendaki-gunung-diusia-senja-siapa-takut.html?m=1.
Artikel itu saya buat bukan karena waktu itu pernah menjadi narasumber dalan webinar terkait pendakian diusia senja.
Melainkan setiap kali mendaki gunung bertemu pendaki-pendaki muda (usia belasan s/d 30 thn-an) dan mereka memanggil saya dengan panggilan "Pak Adji" sejak awal nanjak bareng sampai sekarang, bertanya bagaimana saya bisa tetap kuat nanjak gunung diusia senja (tua).
Akhirnya terinspirasi bikin artikel yang saya persembahkan khusus buat pendaki senja berusia mulai dari separuh abad lebih (50 thn ke atas), yang masih aktif nanjak gunung dan atau ingin kembali mendaki lagi.
Konten video berikut lagu bertajuk "Penjelajahan Silam" tersebut pun dikomentari penghuni WAG TAPAL dan Simpatisan.
"Adji .... syair siapa punya?
Cakeep bro ... π," tanya Rudi Saimun,
"Saya yang bikin bangπ," balas saya.
Semoga berkenan dan bermanfaatπ.
Teks: Adji TravelPlus (Jaberio Petrozoa), IG @adjitropis, TikTok @FaktaWisata.id
Foto: dok. WAG TAPAL & Simpatisan dan adji
Cat.: Terkait Jambore TAPAL
Sebagai pengingat, TAPAL akan mengadakan Jambore TAPAL 2025 di camp ground (CG) alias tempat kemping.
Sebelum melakukan survei CG untuk lokasi acara tersebut, saya buat tulisan berjudul:
"Lima Kiat Cari Camp Ground Buat Big Group, Pra-Survei" di TravelPlus Indonesia. Ini link-nya:: https://travelplusindonesia.blogspot.com/2024/07/lima-kiat-cari-camp-ground-buat-big.html.
Tulisan itu memuat data tentang fasilitas dan harga untuk kemping grup hasil saya wawancara via WA dengan admin/pengelola ke-7 CG tersebut. Berdasarkan hasil data itu saya sarankan 2 CG utk di-survei oleh tim survei yang menghuni WAG Memori Ujung Kulon ((MUK)92.
0 komentar:
Posting Komentar