TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum Bantu Masyarakat Produksi dan Pasarkan Madu Hutan

Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum ikut membantu perekonomian masyarakat yang ada di dalam dan sekitar kawasan, dimasa sulit karena wabah pandemi Covid-19.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TNBKDS), Arief Mahmud dalam keterangan tertulisnya baru-baru ini mengatakan telah memberikan bantuan serta dorongan dalam hal produksi dan pemasaran kepada Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS).

Arief menjelaskan APDS merupakan salah satu kelompok masyarakat binaan yang memungut Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa madu hutan di dalam kawasan TNBKDS. 

Saat Covid-19 merebak, madu hutan menjadi salah satu produk yang sangat dicari dan diminati oleh masyarakat umum karena memiliki khasiat yang sangat baik untuk menjaga kesehatan dan imunitas tubuh.

Terkait pemasaran Arief mengatakan madu kemasan produk APDS selain dapat dipesan langsung, bisa juga dipesan secara online melalui platform perdagangan elektronik shopee.

Bukan cuma madu hutan, pihak TNBKDS juga melakukan pengembangan pola pemberdayaan masyarakat sekitar penyangga kawasan TN berupa demonstration plot (demplot) budidaya madu kelulut.

Adanya demplot bertujuan untuk memberikan percontohan bagaimana memanfaatkan salah satu potensi HHBK berupa madu kelulut di dalam kawasan yang bernilai ekonomis untuk dibudidayakan oleh masyarakat sekitar.

“Tingginya permintaan madu hutan dan kelulut selaras dengan peningkatan ekonomi masyarakat yang ada di dalam dan sekitar kawasan dan tidak melenceng dari prinsip-prinsip konservasi yang ada di TN,” ungkap Arief.

Presiden APDS, Basriwadi menjelaskan salah satu program yang dilakukan APDS adalah memproduksi sekitar 1.000 botol kemasan 300 mg dengan harga promo Rp.70.000.

Harga ini jauh lebih murah dari harga biasanya yaitu Rp 100.000 supaya terjangkau masyarakat umum.

APDS telah memenuhi pesanan madu untuk wilayah Putussibau, Sanggau, Pontianak, Kalimantan Timur,  Batam hingga Jakarta.

“Sampai saat ini dalam rentang waktu 1 bulan sebanyak 1.000 botol madu kemasan habis terjual, dengan masih tersedianya bahan baku madu, kami berkomitmen untuk menyiapkan produk kemasan siap jual guna memenuhi permintaan yang semakin meningkat,” jelas Basriwadi.

Patroli & Dampak Penutupan
Disamping membantu perekonomian masyarakat Balai Besar TNBKDS tentunya tetap menjalankan berbagai kegiatan terkait dengan pengelolaan kawasan TN.

Kata Arief pengelolaan kawasan TN tetap berjalan, walaupun destinasi wisata di dalam kawasan telah ditutup karena  Covid-19.

Ada berbagai kegiatan pengelolaan yang dilakukan saat pandemi ini di antaranya patroli kawasan, terutama patroli pencegahan kebakaran hutan dalam upaya mencegah terjadinya kebakaran di TN.

“Patroli kali ini agak berbeda dari biasanya, dimana para petugas saat patroli menggunakan masker, serta malakukan penyemprotan disinfektan pada pemukiman masyarakat yang berada di dalam kawasan Taman Nasional,” ungkapnya.

Terkait penutupan sementara TNBKDS karena Covid-19, lewat pesan WA kepada TravelPlus Indonesia, Arief menyampaikan berdasarkan data yang dikumpulkan para Kepala Bidang (Kabid), rekan-rekan resort, dan petugas teknis yang melakukan monitoring fungsi, tidak ada data pasti satwa yang bertelur maupun beranak.

"Tapi kata rekan-rekan, jadi lebih mudah melihat Bekantan, Burung Elang, dan Julang Emas," terangnya.

Dengan demkian dapat disimpulkan, tidak adanya aktivitas pengunjung ternyata berdampak baik terhadap satwa.

Home range satwa untuk mencari pakan menjadi lebih luas dan leluasa namun tidak sampai ke pemukiman warga. "Hingga saat ini belum ada laporan tentang satwa yang masuk ke pemukiman," pungkas Arief.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis) 
Foto: dok.birkom klhk & @tnbkds_official