. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 21 April 2020

Membaca Empat Tren Wisata Setelah Badai Covid-19 Berlalu

Bencana non alam wabah pandemi Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) turur meluluhlantahkan sektor pariwisata. Dan setelah badai virus super duper mini ini pergi, banyak pihak memprediksi bakal terjadi perubahan tren wisata.

Menurut Wiwik Mahdayani selaku founder dan director Desma Center yang memasarkan destinasi wisata dengan pendekatan strategis pariwisata berkelanjutan ini, tren perjalanan wisata setelah Covid-19 sekurangnya ada empat.

"Pertama, tren berwisata dalam kelompok kecil (small group) atau solo traveler yang fleksibel untuk melihat keunikan adat istiadat dan budaya lokal," terang Wiwik yang menjadi salah satu nara sumber (narsum) dalam Sarasehan Online The Star #3 bertema "Membaca Pasar Pasca-Krisis, Aksi Industri Travel dalam Menghadapi Krisis" di Webex, baru-baru ini.

Pendukungnya, Indonesia dianugerahi ragam budaya dari Aceh sampai Papua, mulai dari keunikan kearifan lokal, ritual adat, komunitas adat, kuliner, dan cara kehidupan masing-masing sukunya.

Tren wisata kedua, berwisata minat khusus.

Menurut Richardson dan Fluker (2004) dalam bukunya Understanding and Managing Tourism, pariwisata minat khusus diklasifikasikan sebagai minat khusus petualangan aktif (active adventure) seperti mendaki gunung (mountain climbing), menyusuri gua (caving), dan terjun dengan parasut (parachute jumping).

Wisata minat khusus ini tidak melulu kental beraroma pertualangan aktif, tapi ada juga jenis romantic seperti hot spring atau spa, serta soft adventure atau pertualangan ringan seperti snorkeling,  bermain kano, dan scuba diving yaitu kegiatan menyelam tetapi di sekitar permukaan saja.

Modal Indonesia sebagai tujuan destinasi minat khusus bagi wisatawan lokal, nusabtara maupun mancanegara melimpah ruah amat dan beraneka pula.

Faktanya, tersedia ratusan gunung, danau, sungai berjeram, bermacam  snorkeling dan diving spot, pantai bergelombang untuk berselancar,  bukit atau tempat-tepat indah untuk berparalayang, sumber mata air panas, kawah, dan lainnya.

Tren ketiga, destinasi wisata lokal akan lebih diminati wisatawan lokal dan nusantara (wisnus) mengingat belum banyak wisatawan mancanegara (wisman) yang datang karena belum berani keluar dan faktor lainnya.

"Jadi pangsa-pasarnya sementara waktu adalah wisatawan domestik baik lokal maupun nusantara," tambah Wiwik.

Tren keempat, usai badai Covid-19 pergi, bakal ada kecendrungan wisatawan yang lebih mementingkan penerapan Sapta Pesona, terutama unsur kebersihan dan higienitas.

Berdasarkan keempat tren tersebut, kedepan ada sekurangnya 7 jenis wisata baik dalam bentuk paket tur maupun tidak, yakni wellness tourism, eco-tourism, staycation, weekend trip, culinary trip, bleisure, dan social media travel.

Menurut Wiwik sebelum Covid-19 menghantam, perkembangan pariwisata Indonesia fokusnya masih pada angka kunjungan dan mengarah pada overtourism yaitu suatu kondisi di mana jumlah wisatawan di sebuah destinasi wisata dianggap terlalu tinggi sehingga mulai dirasa mengganggu. Ada empat hal atau faktor yang membuat sebuah destinasi  mengarah pada overtourism, yaitu pertumbuhan sektor pariwisata, social media influence, online travel agent.dan e-commerce, serta ketersediaan/kemudahan akses dan konektivitas.

Udhi Sudiyanto Ketua DPD Asita DI Yogyakarta saat ini tengah menyiapkan strategi terkait isu tren baru dalam berwisata selepas Covid-19 tersebut dan juga mengingat target market akan berubah, di antaranya dengan menyiapkan paket tour pendek, paket tur terjangkau baik jarak maupun budget-nya.

Pihaknya juga mengajukan destinasi yang bersih dan higienis.

Nara sumber lainnya, Diena Mutiara Lemy, Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pelita Harapan (UPH) mengatakan masih ada harapan buat sektor pariwisata pada masa saat ini, di antaranya banyak orang sudah tidak sabar lagi untuk berwisata.

"Sekarang waktu yang tepat untuk mengevaluasi dan berbenah melakukan mitigasi dan manajemen risiko," ujarnya.

Ary Suhandi dari Indecon mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempercepat masa pemulihan (recovery) usai Covid-19 reda, yaitu adanya vaksin, diaspora dan wisnus, serta kebijakan dan intervensi pemerintah.

Solusi yang bisa dilakukan antara lain membuat SOP untuk interaksi dengan satwa liar serta membangun dan membuat promosi wisata yang cerdas.

Dalam Sarasehan Online dengan host M. Baiquni Guru Besar UGM ini, Ary Suhandi juga memberi 6 poin masukan buat pemerintah, yaitu tegas dalam pencegahan, fokus menolong karyawan pariwisata, dan overlay peta potensi pariwisata yang belum terpapar virus Corona.

"Selain itu memaksimalkan peran Pokdarwis dalam melakukan kegiatan padat karya, kerjasama dengan industri, dan terakhir  tetap semangat," tutup Ary.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1-5: Para narsum, peserta dan materi acara Sarasehan Online The Star #3 bertema "Membaca Pasar Pasca-Krisis, Aksi Industri Travel dalam Menghadapi Krisis" di Webex, baru-baru ini.


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP