Ini Saran Asita Terkait Program Padat Karya Bagi Pekerja Pariwisata Termasuk Local Guide
Program padat karya untuk pekerja pariwisata sejatinya dilakukan untuk memperbaiki atau meng-upgrade fasilitas-fasilitas di obyek wisata agar tampil lebih higienis dan menarik.
Hal itu disampaikan Masrura selaku Ketua Litbang & SDM Asita atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia, kemudian ditambahkan Daniel Nugraha selaku Koordinator Bidang Inbound-nya dalam rapat koordinasi (rakor) virtual via zoom dengan Deputi Pemasaran, Kemenparekraf, Selasa (21/4/2020).
Tenaga local guide yang sudah mahir berbahasa asing, lanjut Daniel, ditunjuk untuk melatih para duta wisata dan staff local guide di objek wisata selama 4-6 bulan ke depan.
Kata dia, untuk menangkap wisatawan Asean asal Thailand dan Vietnam, ditambah dari Cina, sebaiknya trainer-nya diaspora di Thailand, Vietnam, dan Cina karena tenaga ketiga bahasa tersebut memang terbatas di Indonesia.
Bahasa Mandarin dianggap perlu karena digunakan dibanyak negara Asia dan Asean. "Guide Bahasa Mandarin yang ada sangat terbatas/ kekurangan karena permintaan tinggi jadi biayanya mahal. Itu yang membuat komponen tour ikut mahal," bebernya.
Ketiga bahasa tersebut dianggap penting/ strategis karena Indonesia khususnya Bali selalu masuk bucket list atau destinasi impian mereka.
"Tujuannya supaya nanti setelah Covid-18 selesai, kita punya SDM guide ketiga bahasa negara tersebut," terangnya lagi.
Para pemandu wisata sebaiknya di-recruit sebagai tenaga translater di museum/DTW atau objek wisata.
"Tujuannya supaya semua DTW dan museum di Indonesia menjadi kelas dunia yaitu minimal bilingual literacy," tambah Daniel.
Usulan lain, memberikan subsidi tiket wisata 50% untuk 2-3 bulan kedepan pasca Covid 19. "Karena untuk memulai kembali berwisata, konsumen akan lihat faktor harga selain destinasi," tambah Daniel.
Dalam rakor tersebut, Asita juga memberikan input lain yakni perlunya program-program campaign pariwisata domestik yang lebih terfokus untuk menunjukkan kerinduan pelaku pariwisata di destinasi yang selama ini kerap dikunjungi wisnus.
"Untuk di dunia internasional menginformasikan destinas-destinasi yang bebas Covid-19 dan apa yang sudah dilakukan Pemda setempat dalam memproteksi destinasinya," imbau Masrura.
Campaign positif itu, sambung Masrura, berupa release berita dan narasi tepat yang akan membuat dunia internasional atau wisman penasaran lalu ingin berkunjung.
"Misalnya ke pulau-pulau eksotik di Indonesia yang saat ini bebas Covid-19," jelasnya.
Input Lain
Rakor via zoom yang dimulai pukul 17.30 sd 19.20 itu dibuka oleh Deputi Pemasaran Kemenparekraf Nia Niscaya dan dihadiri sejumlah perwakilan para Kepala Dinas Pariwisata 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), ASITA, ASTINDO, Industri pariwisata, Direktur Markom serta para pejabat Eselon III dan IV di lingkungan Deputi Pemasaran Kemenparekraf.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo), Pauline Suharno mengungkapkan beberapa tahun belakangan tiket pesawat domestik sangat mahal harganya, hal ini mengakibatkan masyarakat lebih senang melakukan perjalanan ke luar negeri daripada di dalam negeri.
Tiket pesawat baru turun setelah ada stimulus dari pemerintah saat mewabahnya Covid-19 sehingga pesawat tetap kosong.
"Harapannya saat Covid-19 berakhir harga tiket tetap stabil dan terjangkau," ungkap Pauline seraya menambahkan kalau Astindo memiliki sekitar 35 - 46 event dalam tahun ini antara lain Astindo Travel Mart (online) tetap berlangsung dan Astindo Travel Fair (postpone).
Ardiwinata Kadispar Kota Batam juga berbagi saran. Ia mengatakan dalam kondisi seperti ini sebaiknya mendahulukan membuat crisis center di 3 pintu masuk utama yakni Bali, Batam, dan Jakarta.
"Covid-19 di Batam sudah melalui lokal transmision, bukan lagi dengan orang asing," ungkap Ardi.
Di kesempatan itu, Nia Niscaya mengharapkan pariwisata Batam melakukan benchmark dengan Singapura yang sudah mengkampanyekan pariwisata bersih dan sehat.
"Batam juga diharapkan lebih awal recovery," imbau Nia.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Pemandu wisata mahir berbahasa negara-negara Asean seperti Vietnam dan Thailand ditambah China (Bahasa Mandarin) amat dibutuhkan.
2-4. Peserta rakor virtual via zoom dengan Deputi Pemasaran, Kemenparekraf. (foto: dok.daniel)
0 komentar:
Posting Komentar