. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 10 April 2020

'Bisul' Selat Sunda Itu Kembali Pecah, Ini Sederet Keistimewaannya

Gunung Anak Krakatau erupsi lagi. Informasi dari laman  Magma Kementerian ESDM, erupsinya terjadi pada Jumat (10/4/2020) malam. Letusan 'Bisul' Selat Sunda itu terjadi dua kali.

"Letusan pertama terjadi pukul 21.58 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 200 m di atas puncak (± 357 m di atas permukaan laut)," tulis di laman tersebut.

Kolom abunya teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah Selatan.

Erupsi tersebut terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 40 mm dan durasi 72 detik.

Letusan kedua terjadi pada pukul 22.35 WIB dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 500 m di atas puncak.

Kolom abunya teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal kea rah utara. "Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 40 mm berdurasi 2248 detik," begitu catatan di laman itu.

Terkait erupsi tersebut, PVMBG mengimbau masyarakat atau wisatawan tidak diberkenankan mendekati kawah dalam radius 2 Km dari kawah.

Keistimewaan GAK
Sejak pertama kali saya mendatangi Gunung Anak Krakatau (GAK) tahun 1994, jujur saya langsung jatuh dengan gunung aktif satu ini.

Ketika itu badannya masih pendek, namun geliatnya sudah menunjukkan tanda-tanda bakal menjadi gunung api super aktif.

Ada banyak daya tarik yang membuat saya terpikat dengan GAK pada pandangan pertama saat itu. (Kalau tidak salah saya sudah jadi freelance travel & adventure  reporter di sejumlah media).

Berdasarkan pengamatan langsung mendaki GAK ditambah catatan penting dari literatur buku, film, dan sejumlah tulisan yang mengupas tentang Krakatau, induk dari GAK ini, sekurangnya saya mencatat ada belasan daya tariknya.

GAK ini menjadi salah satu gunung berapi yang induknya memiliki sejarah letusan maha dasyat, namanya mendunia, paling banyak dibukukan/difilmkan, letaknya unik di laut tepatnya di perairan Selat Sunda, dan dapat dijangkau dari 2 provinsi terdekat.

Daya tarik selanjutnya, GAK berstatus cagar alam sejak jaman Belanda dan sebagai warisan alam dunia, memiliki festival, salah satu gunung berapi yang didaki dari titik nol Mdpl, tidak dihuni manusia, dan dilarang bermalam di sana. 

Berikutnya GAK berpanorama khas dan eksotis, banyak aktivitas menarik, anaknya paling cepat tumbuh, dan termasuk gunung api yang super aktif di Indonesia, serta menjadi salah satu primadona pariwisata buat dua provinsi yakni Banten dan Lampung.

Sejarah letusan induknya Anak Krakatau pada tanggal 26 dan 27 Agustus 1883 menjadi letusan gunung api terdasyat di Indonesia bahkan di dunia.

Pasca-erupsi nama Krakatau mendunia karena pada waktu itu teknologi komunikasi sudah lumayan maju sehingga berita malapetaka hebat ini cepat tersebar ke seluruh dunia.

Menariknya lagi, GAK menjadi salah satu dari sedikit gunung yang pendakiannya dimulai dari pantai alias dari titik nol meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Pulaunya pun tidak dihuni manusia. Penghuninya hanya tumbuh-tumbuhan seperti cemara laut (Casuarina Sp) dan pohon keben (Barringtonia Sp), alang-alang, dan beberapa vegetasi pantai. Sedangkan hewan yang terlihat antara lain burung, biawak, ular, kelelawar, dan tentu saja beragam ikan di perairannya.

Karena tidak dihuni penduduk jelas pulau ini sepi, apalagi kalau datang saat tak ada rombongan lain. Pasti akan merasakan seperti terdampar di pulau gunung api yang eksotis sekaligus mencekam.

Pengunjung pun tidak diijinkan bermalam di GAK. Kalau mau bermalam, pengunjung bisa memilih ke pulau tetangganya yakni di Pulau Sertung dan Sibesi.

Ketentuan pelarangan bermalam ini jelas membuat jalur pendakian gunung ini terbilang bersih dari sampah dibanding gunung lain.

Keistimewan lainnya, pertumbuhan anak Gunung Krakatau yang muncul tahun 1927 ini termasuk yang tercepat.

Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun anak bandel ini menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki.

Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun. Bahkan ada yang bilang sejak 1950-an, tinggi Anak Krakatau bertambah sekitar 6,5 meter per tahun.

Sewaktu saya mendaki GAK untuk kedua kali tahun 2002, badannya sudah mulai tinggi, dan saat kunjungan ketiga tahun 2007, saya lebih kaget karena tubuhnya sudah semakin tinggi.

Begitupun ketika saya menyambanginya pada tahun 2015 dan 2017 lalu, posturnya kian membengkak dan menjulang. Saya pun memprediksi GAK ini akan terus membesar dan meninggi Gunung dengan kandungan silika pada magma biasanya letusannya besar, banyak mengandung gas.

Karakter ini dulu dimiliki induknya. Jadi like mother like daughter, begitulah kira-kira. Buktinya sampai kini, GAK masih kerap 'batuk-batuk' dan terkadang memuntahkan lahar sampai ke laut.

Istimewanya lagi, semakin bergejolak apalagi meletus, GAK semakin diburu pendaki berjiwa petualang terutama pendaki asing. Tak sedikit pendaki yang nekad ingin mengabadikan (memotret/merekam) gunung ini saat meletus sekalipun hanya dari atas kapal di perairan sekitarnya.

Tak heran kalau GAK menjadi primadona di kompleks Kepulauan Krakatau. Bahkan, pariwisata di kawasan Lamsel dan Pantai Anyer dan Carita semakin bergairah berkat keberadaan GAK dan geliat vulkaniknya.

Menilik sederet daya tarik GAK tersebut, tak berlebihan kalau saya menjulukinya sebagai gunung api berdaya magnet kuat dalam menjaring para wisatawan berjiwa petualang.

Bisul di Selat Sunda ini pun pernah diduga menjadi pemicu terjadinya tsunami sampai menerjang pesisir Banten dan Lampung Selatan, Sabtu (22/12/2018) malam lalu.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. GAK jadi daya tarik utama perairan Selat Sunda.
2. TravelPlus Indonesia ketika mendaki terakhir kali ke GAK tahun 2017.


0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP