Biar Hari Musik Nasional Makin Berbunyi, Ayo Jelajahi Wisata Musik di Dalam Negeri
Mumpung hari ini bertepatan dengan Hari Musik Nasional, 9 Maret, mari kita jelajahi ragam destinasi berbasis musik yang ada di dalam negeri kita sendiri. Tak usah jauh-jauh ke mancanegara, apalagi sekarang lagi mewabah virus Corona.
Di beberapa kota di Tanah Air, sudah ada sejumlah objek wisata yang bertemakan musik dan atau yang punya kaitan dengan Hari Musik Nasional.
Di Jakarta misalnya ada Museum Sumpah Pemuda atau biasa disingkat Muspada? Lalu kenapa harus ke museum yang beralamat Jalan Kramat Raya No.106, Jakarta Pusat?
Jawabannya karena di gedung Muspada yang dulu dikenal dengan nama Gedung Kramat ini menyimpan sejumlah koleksi yang berhubungan dengan Wage Rudolf (WR) Supratman, yaitu komposer besar yang menciptakan lagi Kebangsaan "Indonesia Raya" yang tanggal kelahirannya ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Musik Nasional tanggal 9 Maret.
Di salah satu ruang di Muspada itu ada patung replika sang maestro WR. Supratman berikut lirik lagu asli Indonesia Raya beserta biola yang biasa dia mainkan.
Dia berkemeja putih dengan dasi hitam, dibalut jas berwarna krem dan bercelana panjang juga berwarna krem.
Musisi yang juga menciptakan lagu Ibu Kita Kartini ini bersepatu hitam, berpeci hitam, dan juga berkacamata dengan bingkai berwarna hitam. Dia berdiri sambil memainkan/menggesekan bioalanya yang berwarna coklat tua.
Sementara 6 patung replika tokoh lainnya yang mengenakan pakaian senada dengan WR. Supratman, terlihat tengah mendengarkan alunan lagu dan biola WR. Supratman sambil duduk berderet di kursi, dan di depannya ada meja panjang berlapis kain merah.
Di belakang patung WR. Supratman berdiri, tertera naskah lagu Indonesia Raya yang berstandar tiga, berisi lirik dan not baloknya.
Biola asli WR. Supratman sendiri berada di ruang lain. Biola dari kayu tersebut ditempatkan dalam lemari kaca.
Nah, kalau Anda ingin tahu lebih jauh sosok WR. Supratman yang tanggal kelahirannya ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Musik Nasional setiap 9 Maret, berikut biola dan lirik lagu Indonesia Raya asli yang tiga standar, datang saja ke Muspada.
Menurut Kepala Muspada Titik Umi Kurniawati yang akrab disapa Umi, gedung Muspada memiliki sejarah panjang.
Pada 1908 gedung ini pernah disewa para pelajar Sekolah tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Stovia) dan Rechtsschool (RS) sebagai tempat tinggal dan belajar. Bahkan pernah menjadi toko bunga.
Gedung Muspada ini juga menjadi saksi tercetusnya Sumpah Pemuda, yang kongresnya dipimpin oleh Soegondo Djojopuspito, Ketua Perhimpuan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI).
Sejak 3 April 1973 hingga 20 Mei 1973, gedung ini dipugar oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DKI. Pemugaran ini juga sekaligus sebagai tanda disahkannya gedung ini menjadi Muspada.
Tiket masuk ke Muspada, lanjut Umi hanya Rp 2.000 per orang dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. "Kalau wisman cuma 10 ribu rupiah aja per orang, muraahkan..," kata Umi kepada TravelPlus Indonesia, Senin (9/3/2020).
Namun hari Senin ini Muspada tutup seperti biasa, sama seperti museum-museum lainnya. "Kecuali ada permintaan sebelumnya akan kami buka. Oiya Muspada buka rutin dari Selasa sampai Minggu, sejak pukul 8 pagi hingga 4 sore," terang Umi.
Masih di Jakarta, buat yang ingin menikmati konser musik bisa ke M Bloc yang berada di Jl. Panglima Polim Raya No.37, Kelurahan Melawai, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Lokasinya sangat strategis, berdekatan dengan kawasan niaga dan pusat perbelanjaan Blok M yang sekaligus diapit oleh dua stasiun MRT, yaitu Stasiun Blok M dan ASEAN serta bisa dijangkau dengan bus Trans Jakarta berbagai jurusan, turun di Terminal Blok M.
M Bloc ini mengalih-fungsikan lahan seluas 6.500 meter persegi milik Perusahaan Umum Percetakan Uang RI (Peruri), yang awalnya berfungsi sebagai komplek perumahan karyawan dan gudang tempat produksi uang yang sudah tidak beroperasi menjadi sebuah ruang publik kreatif dan ruang interaksi berkonsep kolaboratif yang digarap oleh PT Ruang Riang Milenial.
Di M Bloc ada 16 unit bekas rumah karyawan Peruri bergaya post-colonial berlantai dua yang telah eksis sejak dekade 1950-an, dimanfaatkan sebagai shophouse oleh berbagai brand lokal ternama baik itu kuliner, fashion, dan lainnya seperti Tokyo Skip Jack, Demajors, Beyoutiful, Kedai Tjikini, Mata Lokal, UnionWell, Titik Temu Coffee, Kebun Ide Gelato, Mr. Roastman, Rumah Lestari, Chickro, Suwe Ora Jamu, Mbok Ndoro, hingga Connectoon.
Jam operasionalnya buka mulai pukul 10 pagi sampai pukul 10 malam.
Selain itu ada dua unit gudang bekas produksi uang berukuran sekitar 900 meter persegi yang berada di bagian dalam telah disulap menjadi restoran dan roastery bernama Oeang serta M Bloc Live House, sebuah venue musik berkapasitas maksimal 350 orang yang digunakan untuk konser musik serta berbagai pertunjukan seni lainnya.
Khusus venue musik M Bloc Live House, buka sampai pukul 12 malam.
Sementara di Kota Malang, Jawa Timur, selain dilengkapi toko kaset musik dan cafe bertemakan musik yang cukup banyak menghiasi sisi jalan dan sudut kotanya, juga memiliki 3 wisata musik menarik yaitu Museum Musik Indonesia, Taman Gramofon, dan Galeri Musik Dunia.
Museum Musik Indonesia berada di lantai 2 Gedung Kesenian Gajayana di Jalan Nusakambangan No.19.
Sekitar 70% dari koleksinya adalah karya anak dalam negeri. Sisanya produk kreatif musisi mancanegara.
Jumlah koleksi museum yang tidak dipungut tiket masuk alias gratis ini mencapai 17 ribu meliputi piringan hitam, kaset, CD, VCD, dan dokumentasi lainnya, dengan bermacam genre antara lain pop, rock, metal, jazz, latin, dan lagu-lagu daerah.
Selain itu di museum yang diluncurkan sejak 2015 ini mengoleksi bermacam poster band, artwork album, dan koleksi langka yang lain pun ikut menghiasi dinding-dinding dan di dalam rak-rak kolekasinya.
Sejumlah nama musisi legendaris seperti Koes Plus, Chrisye, Duo Kribo, dan Panbers juga ada di museum ini. Termasuk kostum panggung band pop rock wanita legendaris Dara Puspita.
Taman Gramofon atau Taman Cerme yang berada di Jalan Ijen, Malang, aesuai namanya terdapat Patung Gramofon atau pemutar piringan hitam raksasa sebagai icon-nya.
Tepat di belakang Patung Gramofon ada Taman Labirin yang menawan serta beberapa bangunan tua bergaya Belanda yang berdiri gagah di sepanjang Jalan Ijen.
Sementara di Galeri Musik Dunia yang berlokasi di area Jawa Timur Park 3 atau Jatim Park 3 Kota Malang, mengoleksi alat musik dari berbagai belahan dunia.
Koleksi alat musiknya sekitar 700 buah dan nantinya ditargetkan mencapai 1.000 buah.
Selain koleksi alat musik, juga ada beberapa pemutar musik dari gramofon, pemutar kaset, dan pemutar CD dari yang klasik sampai modern.
Lain lagi dengan Bandung, Jawa Barat. Di kota berjuluk Paris van Java itu terdapat Taman Musik Centrum Bandung yakni Taman Tematik yang berlokasi di Jalan Belitung, Sumur Bandung. Lokasi tepatnya di samping SMAN 5.
Di taman yang diresmikan tanggal 1 Maret 2014 oleh Kepala dinas pemakaman dan pertamanan kota bandung Arief Prasetya yang mewakili Walikota Bandung Ridwan Kamil yang berhalangan hadir ketika itu, terdapat tugu berbentuk “Gitar Raksasa” yang merupakan simbol pengingat dari tragedi tewasnya 11 orang dalam sebuah konser musik band Metal Beside di gedung AACC pada tahun 2008 silam.
Untuk menikmati taman seluas sekitar 4.200 meter persegi ini, pengunjung juga tidak dikenakan tiket masuk.
Usai ke taman tersebut bisa lanjut melihat konser musik band, baik artis dalam negeri maupun mancanegara antara lain di Eldorodaro, Sabuga Bandung atau di sejumlah cafe dan club-nya.
Satu lagi di Kota Ambon. Tak lengkap kalau membahas Hari Musik Nasional tanpa menjelajahi Ibukota Provinsi Maluku ini. Pasalnya UNESCO sudah menobatkan Ambon menjadi Kota Musik Dunia bertepatan dengan Hari Kota Sedunia yang jatuh pada 31 Oktober 2019.
Sebelumnya, tahun 2018 Ambon juga sukses menggelar Konferensi Musik Indonesia (KAMI) pertama selama 2 hari yang fokus membedah musik dari beragam persepektif seperti dari sisi edukasi, diplomasi budaya hingga industri.
Acara yang diinisiasi musisi asal Ambon, Glenn Fredly itu menampilkan sejumlah nara sumber berkompeten di bidangnya antara lain pendiri Irama Nusantara David Tarigan, manajer White Shoes & The Couples Company Indra Ameng, Kepala Bekraf Triawan Munaf ketika itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani), dan penulis musik Idhar Resmadi.
Obyek wisata yang wajib dikunjungi di Ambon yang diproyeksikan menjadi sentra program Desa Musik adalah Desa Tuni di Kecamatan Leitimur Selatan yang identik dengan alat musik suling bambu dan Desa Amahusu dengan musik ukulele-nya.
Kedua desa itu dipilih sebagai destinasi wisata berbasis musik karena aktivitas bermusik warganya hidup dan konsisten sedari anak-anak.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, Ig: @adjitropis)
Captions:
1. Biola WR. Supratman di Museum Sumpah Pemuda (Muspada) Jakarta.
2. TravelPlus Indonesia di salah satu ruang Muspada Jakarta. (foto: dok. sahabatmuseum)
3. Kepala Muspada Titik Umi Kurniawati yang akrab disapa Umi, mengabadilan pengunjung Muspada. (foto: dok. muspada)
4. Sekitar 16 unit bekas rumah karyawan Peruri bergaya post-colonial berlantai dua yang telah eksis sejak dekade 1950-an disulap jadi M Bloc.
5. Di M Bloc juga ada venue musik berkapasitas maksimal 350 orang yang buka sampai pukul 12 malam.
0 komentar:
Posting Komentar