Usai Nonton Festival Fulan Fehan, Lanjut Nanjak Gunung Laka’an
Festival Fulan Fehan 2018 tengah berlangsung di beberapa tempat di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Acara puncaknya berupa suguhan "Drama Musikal Antama" yang antara lain menampilkan ribuan penari Likurai dari Indonesia dan Timor Leste di Lembah Fulan Fehan, Sabtu (6/10).
Nah, usai menyaksikan drama musikal tersebut sebaiknya Anda jangan langsung pulang.
Jelajahi dulu Lembah Fulan Fehan, salah satunya dengan mendaki Gunung Laka’an.
Kenapa ke gunung itu? Soalnya gunung tersebut bukan sekadar gundukan batu karang yang menjulang mengerucut di tengah lembah.
Gunung setinggi 1.580 Mdpl itu punya arti penting bagi masyarakat Belu bahkan dianggap sakral dan suci.
Maklum, di atas puncaknya terdapat Patung Kristus Raja dan Patung Bunda Maria sehingga menjadi tempat ziarah.
Setiap tanggal 7 Oktober, gunung ini ramai didaki para peziarah untuk mengikuti misa dan berdoa.
Gunung ini juga terbilang unik. Pasalnya di puncaknya tumbuh pohon bakau, tanaman penyerap air yang biasanya tumbuh di pesisir pantai dataran rendah.
Konon, dulunya seluruh daratan Kabupaten Belu merupakan lautan. Daratan yang tersisa hanyalah puncak Gunung Laka’an yang ditumbuhi bakau.
Sebagai puncak tertinggi di Kabupaten Belu, orang Belu pun menjuluki puncak gunung itu dengan julukan Baudinik Mesak atau Seperti Bintang Tunggal.
Ada juga yang menyebutnya Sa Mane Mesak (Seperti Lelaki Tunggal), Foho Laka An (Gunung Yang Memiliki Cahaya Sendiri), dan sebutan Manu Aman Laka An yang berarti Ayam Jantan Merah Bercahaya Sendiri.
Keunikan lainnya, puncak gunung ini diyakini masyarakat Belu sebagai tempat lahirnya manusia pertama Belu.
Leluhur pertama orang Belu yang pertama kali menetap di puncak gunung ini memberi nama manusia pertama Belu yang tak lain seorang putri cantik dan sakti dengan nama Laka Lorak Mesak yang dalam bahasa Belu berarti Putri tunggal yang tidak berasal usul.
Karena kesaktiannya yang mumpuni, Laka Lorak Mesak dapat melahirkan anak dengan suami yang tidak pernah dikenal orang.
Itu sebabnya putri ini mendapat julukan lain Nain Bilakan yang berarti berbuat sendiri dan menjelma sendiri.
Salah satu anak keturunan putri ini menetap di Belu dan kemudian turun-temurun menjadi masyarakat Belu.
Keturunannya yang lain tinggal di Timor Leste, Timor Tengah Utara, dan Flores.
Dari kisah itu muncul kebiasaan di Belu dimana anak-anak selalu mengikuti keluarga ibu hingga sekarang.
Kisah itu pun membuat keyakinan bahwa orang Belu, Timor Leste, dan Timor Tengah Utara maupun orang Flores adalah bersaudara.
Sebagai bukti bahwa di puncaknya dulu menjadi tempat tinggal leluhur orang Belu, ada tiga buah tunggu yang masing-masing bernama.
Konon ada cerita bahwa tiga tunggu ini lambang berpisahnya tiga nenek moyang orang Belu yang berpisah di atas puncak ini,yakni Sabu Mau, Belu Mau, dan Rote Mau.
Travel Tips
Tak sulit mendaki gunung ini, cuma butuh sekitar 1 jam dari lembah di kakinya.
Dari puncaknya, di sebelah Utara Anda bisa melihat rerimbunan hutan yang menutupi Benteng Tujuh Lapis yang berada di kaki gunung ini atau berada di puncak Bukit Makes.
Di arah lainnya, Anda dapat melihat suguhan menawan Lembah Fulan Fehan dan beberapa lembah berbukit dan berkaktus lainnya serta deretan perbukitan yang berbatasan dengan Timor Leste.
Lembah Fulan Fehan berada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, sekitar 26 Km dari Atambua, ibukota Kabupaten Belu.
Untuk menjangkau desa terakhir di kaki Gunung Laka'an, dari Kupang Ibukota NTT, Anda bisa naik kendaraan umum dua kali ganti ke Atambua. Lalu dilanjutkan dengan bus travel ke kaki gunung ini, kemudian treking atau berjalan kaki.
Bisa juga dari Kupang naik pesawat kecil ke Atambua lalu naik mobil travel ke lokasi.
Usai mendaki gunung yang menjadi atap tertingginya Kabupaten Belu yang berbatasan dengan Timor Leste ini, Anda bisa melanjutkan kunjungan ke Benteng Tujuh Lapis, Desa Dirun, dan Air Terjun Sihata Mauhale serta situs bersejarah Kikit Gewen.
Festival Fulan Fehan sendiri merupakan culture event antar-dua negara, Indonesia dan Timor Leste.
Festival ini digelar Pemerintah Kabupaten Belu dan komunitas budaya lokal serta didukung antara lain oleh platform Indonesiana yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan potensi kebudayaan di Kabupaten Belu harus diangkat dan dibawa bersama-sama dengan koordinasi.
"Kordinasi itu bukan hanya terjalin antarpemerintah pun koordinasi dan semangat yang sama dari masyarakat,” ujar Hilmar Farid sebagaimana dikutip kemdikbud.go.id.
Di laman yang sama, Bupati Belu Willybrodus Lay mengakui kalau Kabupaten Belu sangat terbantu dengan adanya platform Indonesiana.
“Platform Indonesiana sangat membantu Kabupaten Belu untuk semakin memperkenalkan potensi yang ada disini, salah satunya adalah mengangkat Festival Fulan Fehan menjadi salah satu dari 100 festival terbaik yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Willybrodus Lay berharap lewat festival ini hubungan antara Indonesia dan Timor Leste yang terpisah pada tahun 1999 silam, tetap terjalin dengan baik.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Captions:
1. Gunung Laka'an, atapnya Kabupaten Belu, NTT.
2. Pesona Lembah Fulan Fehan di kaki Gunung Laka'an.
0 komentar:
Posting Komentar