. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 31 Agustus 2018

Wow, Enam Destinasi Wisata ini Punya Rumah-Rumah Tahan Gempa

Gempa yang terjadi di Lombok baru-baru ini kian membuka mata kita bahwa negeri kepulauan ini memang rawan gempa selain erupsi gunung berapi. Namun entah kenapa sudah tahu begitu kondisinya, justru semakin banyak orang yang membangun rumah permanen, yang justru tidak ramah gempa.

Padahal sejak dulu, sejumlah masyarakat di Tanah Air dengan kearifan lokalnya sudah membangun rumah-rumah yang tahan gempa. 

Berkat keistimewaannya, rumah-rumah unik dan spesial itu pun kemudian kerap dikunjungi wisatawan, termasuk para peneliti arsitektur tradisional. 

 Berikut ini TravelPlusIndonesia hadirkan enam destinasi wisata di berbagai daerah di Indonesia yang memiliki rumah-rumah tahan gempa yang kian menarik perhatian banyak pihak, terlebih setelah terjadi gempa Lombok baru-baru ini. 

Pertama, Yogyakarta karena memiliki rumah tahan gempa di Jalan Raya Prambanan, tepatnya di Dusun Tamanan Pabrik, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. 

Bentuk rumahnya langsung menyita perhatian ke sebuah rumah yang bentuknya mencolok dan berbeda dari rumah warga lain di sekitarnya. 

Rumah bermaterial tanah, kapur dan jerami itu berkonsep konstruksi rumah ramah lingkungan, earthbag house. Kabarnya teknik pembangunan rumah itu disebut SuperAdobe yang dipopulerkan oleh seorang arsitek asal Iran, Nader Khalili. \

Selain cocok diaplikasikan di daerah rawan gempa, teknik SuperAdobe juga tepat diaplikasikan di daerah dengan cuaca ekstrem. 

Masih di Daerah Istimewa ini, juga ada rumah-rumah tahan gempa yang dikenal dengan nama Rumah Kubah atau Rumah Domme atau Rumah Teletubbies yang kemudian pada tahun 2008 menjadi Desa Wisata Teletubbies. Lokasinya di New Nglepen, Dusun Sengir, Kelurahan Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. 

Awalnya, rumah tersebut adalah bantuan dari Domes For The World, lembaga nirlaba dari Amerika Serikat, dan donatur perorangan dari Arab Saudi tahun 2006 pasca gempa Yogya. 

Rumah tak beratap genting tersebut berdiameter 7 meter dengan ketinggian puncak sekitar 4 meter, dua daun jendela dan pintu, memiliki dua lantai di dalam rumah dan empat ruangan. Kabarnya pondasi bangunannya tertanam sekitar 20 meter di dalam tanah. Karena bentuk dan konstruksinya, rumah dome dipercaya tahan gempa, tahan api, badai, dan topan. 

Dome juga disebut anti rayap, tikus, dan jamur. Di laman situs The Dome For The World Foundation disebutkan rumah dome ini hanya ada di 5 negara sasaran penerima bantuan, yaitu Indonesia, India, Belize, Haiti, dan Etiopia.

Kedua, Sumatera Barat yang memiliki rumah tradisonal tahan gempa yakni Rumah Gadang alias rumah adat suku Minangkabau. 

Lokasinya antara lain di Kabupaten Solok Selatan, tepatnya di Kawasan Seribu Rumah Gadang yang berada di Jorong Koto Baru, Kenagarian Muaralabuh, Kecamatan Sungai Pagu. 

Objek wisata tersebut berjarak tempuh sekitar empat jam melalui jalur darat dari Padang, Ibukota Sumatera Barat. 

Kenapa ramah gempa? Karena arsitektur Rumah Gadang memiliki keunikan bentuk pada atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Bentuk badan rumah segi empat dan membesar ke atas (trapesium terbalik) atau Bagonjong

Atap Rumah Gadang melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau yang sisinya melengkung ke dalam, sedangkan bagian tengahnya rendah seperti perahu dan secara estetika merupakan komposisi yang dinamis.

Desain bangunan seperti ini menurut para ahli arsitektur merupakan kontruksi bangunan tahan gempa.

Sumbar termasuk sering dilanda gempa, salah satunya gempa besar 2009 berkekuatan 7,8 SR oleh karena itu Pemprov-nya mendorong masyarakat untuk mempertimbangkan potensi gempa bumi saat mendirikan bangunan, agar jumlah korban akibat tertimpa bangunan bisa diminimalkan jika bencana terjadi.

Ketiga, destinasi Jawa Barat yang memilii rumah adat Sunda ramah gempa seperti yang ada di Kampung Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Buktinya ketika daerah tersebut terkena dampak gempa berkekuatan 7,3 SR tahun 2009 lalu, rumah adat dengant atapnya beralaskan ijuk dan berdinding gedeg itu tetap berdiri kokoh.sementara ratusan rumah di sekitarnya retak hingga ambruk.

Kampung Cikondang sendiri merupakan kampung adat yang terletak di kaki Gunung Tilu. Rumah adat Cikondang adalah peninggalan leluhur bernama Ma Empuh yang hidup di abad ke-16. 

Keberadaan kampung tersebut dilindungi UU No.5 tahun 1992 tentang Situs dan Benda Cagar Budaya. Sampai tahun 1942, jumlah rumah adat beratap ijuk di kampung tersebut ada 60 rumah. 

Namun, kebakaran besar di tahun itu telah menghanguskan 59 rumah adat lainnya. Hanya satu yang tersisa dan bertahan hingga kini.

Lokasi rumah adat Sunda lainnya yang tahan gempa ada di Kampung Dukuh, Cikelet, Garut; Kampung Kuta, Ciamis; dan Kampung Naga, Tasikmalaya. 

Umumnya rumahnya berbentuk panggung. Bangunan tidak seluruhnya menempel pada tanah, tetapi dihubungkan dengan tiang yang disanggah batu tatapakan yang berfungsi sebagai kaki. Dengan demikian, ketika terjadi lini (gempa), getarannya diredam oleh batu tatapakan sehingga meskipun bangunan turut oyag (bergetar), rumah relatif dapat bertahan menerima beban getar gempa bumi sampai kekuatan tertentu.

Keempat, Kepulauan Nias, Sumatera Utara yang memiliki rumah tradisional tahan gempa bernama Omo Sebua

Rumah tersebut hanya dibangun untuk kepala desa dan biasanya terletak di pusat desa. Rumah dengan atap curam dan menjulang mencapai ketinggian hingga 16 meter itu dibangun di atas tumpukan kayu ulin besar. 

Atap pelana di bagian depan dan belakang juga memberikan perlindungan yang sangat baik terhadap hujan. Diklaim tahan gempa, lantaran rumah ini memiliki pondasi yang berdiri di atas lempengan batu besar dan balok diagonal yang juga berukuran besar serta bahan-bahan lainnya yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan stabilitas terhadap gempa bumi. 

Rumah itu pun didesain tahan terhadap serangan, mengingat dulunya sering terjadi perang antardesa. Satu-satunya akses masuk ke dalam rumah adalah melalui tangga sempit dengan pintu kecil di atasnya. 

Selain rumah Omo Sebua, di Nias juga ada rumah tahan gempa yang disebut Omo Hada, yang merupakan rumah rakyat jelata yang berbentuk persegi. Baik di Nias Tengah, Selatan maupun Nias Utara memiliki arsitektur Omo Hada yang berbeda namun semuanya sama tahan gempa. 

Kelima, Sulawesi Utara yang memiliki rumah tradisional Minahasa sebagaimana terlihat di Woloan, Kota Tomohan dan Mokobong, Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel).

Di kedua daerah itu masyarakatnya pun merupakan perajin rumah panggung khas Minahasa yang berdampak positif pada sektor pariwisata. 

Wisatawan kerap berdatangan ke dua daerah itu bukan hanya bisa melihat pun mempelajari pembangunan rumah tahan gempa.

Rumah panggung Minahasa dikatatan ramah gempa karena memang dari aspek material tergolong ringan sehingga tidak mudah ambruk jika ada getaran gempa. Begitu pun dengan kancingannya yang bisa mencegah getaran sehingga bangunan tidak terbongkar lalu ambruk.

Keenam, Banten yang memiliki rumah tradisonal tahan gempa yang didiami Suku Baduy atau Urang Kanekes di Desa Kenekes, Kabupaten Lebak.

Bentuk rumahnya panggung, hampir sama dengan rumah adat Sunda. Buktinya ketika gempa yang mengguncang Kabupaten Lebak, berkekuatan 6,1 SR dengan 40 kali gempa susulan, terakhir berkekuatan 5,1 SR, tak membuat perkampungan Suku Baduy mengalami kerusakan apa pun. 

Soalnya rumah orang Baduy yang berdinding bilik dari anyaman bambu dan beratap ijuk dari daun kelapa yang sudah dikeringkan itu memiliki paseuk (pasak) yang terbuat dari kayu sebagai penahan gempa.

Kerangka bangunannya pun semuanya kayu dan dismabung dengan tidak menggunakan paku melainkan tambang sehingga elastis memngukuti gerakan atau ayunan gempa.

Menariknya lagi, kawasan Baduy Dalam atau Tangtu yang terdiri atas 3 kampung yakni Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawana dengan penduduk hampir 1.000 jiwa, haram dimasuki sejumlah produk modern seperti listrik dan alat-alat eloktronik. Dan urang tangtu percaya kalau menyimpan barang terlarang itu, akan terkena mamala (kutukan).

Untuk memantau benda-benda haram, pada saat-saat tertentu setiap rumah digeledah oleh ‘petugas penertiban’ Baduy yang disebut baresanatas perintah pu’un.


Anda tertarik melihat rumah-rumah tradisional yang tahan gempa sekaligus merasakan tinggal di dalamnya bahkan mengetahui lebih jauh bagaimana proses pembuatnnya? 

Sudah ayunkan langkah ke 6 destinasi wisata yang memiliki rumah-rumah tahan gempa tersebut di atas.

Siapa tahu sepulang dari sana, Anda terinpirasi membuat konstruksi rumah modern dari kearifan lokal rumah-rumah adat tersebut. 

Seperti misalnya dengan menggunakan atap ringan dan dinding tidak menempel pada tiang utama melainkan diberi jarak 2 cm supaya ada ruang fleksibel saat rumah digoyang gempa. 

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis) 
Foto: adji & www.northniastourism.com 

Captions
1. Menyusuri perkampungan Baduy  Dalam (Tangtu), Lebak, Banten
2. Arsitektur khas Rumah Gadang 9 Ruang Koto Baru,Sumbar.
3. Rumah adat Nias Utara (www.northniastourism.com)
4. Rumah orang Baduy Luar (Panamping).

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP