. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 01 April 2018

‘KING’ Hadirkan Pesona, Asmara, dan Duka Cendrawasih yang Menguras Emosi

'KING', persembahan Maha Dance dari Papua dengan koreografer Maharani Ayuk Listyaningrum, berhasil menghadirkan bukan hanya pesona dan gaya bercinta Cendrawasih, pun duka yang dialami burung berbulu indah dan mahir menari itu lewat tarian kontemporer berdurasi 45 menit.

Di awal pertunjukan 'KING', muncul seorang pria Papua bertubuh gempal (diperankan Rudy L Karel Mandosir) sambil meniup salah satu jenis kerang berukuran besar. 

Kemudian dia tak muncul lagi beberapa saat, dan akhirnya baru diketahui bahwa dia adalah pemburu Cendrawasih sewaktu tampil menjelang pertunjukan berakhir.

Selanjutnya muncul beberapa penari yang berperan sebagai Burung Cendrawasih.

Ada empat penari pria, tiga diantaranya memerankan Cendrawasih jantan berwarna hitam (dilakoni Fachry D Matlawa, Frans Junias Juganza, dan Ahmad Nur).

Satunya lagi juga sebagai Cendrawasih jantan namun spesiesnya berbeda dengan bulu lebih berwarna-warni. Dialah 'KING' (sang pemeran utama yang diperankan Anjar Noak Msen).

Masih ada dua Cendrawasih lagi, yakni yang betina (dimainkan Melfritin Waimbo dan Griece Martha Deda) dengan apik.

Kostum yang mereka kenakan (dirancang Retno Tan) berbeda satu sama lain, sesuai dengan jenis spesies burung dan kelaminnya.

Kalau kostum Cendrawasih betina berwarna coklat sesuai bulu burungnya yang memang dominan coklat polos. Sedangkan kostum Cendrawasih jantan, khususnya 'KING' lebih semarak, lengkap dengan kedua sayapnya.

Bulu Cendrawasih jantan sejatinya memang lebih indah karena lebih banyak warnanya. Sang pejantan pun lebih pandai menari untuk memikat perhatian betina. Intinya, penampilan fisik  Cendrawasih jantan justru lebih 'cantik' daripada betina sebagaimana Burung Merak.

Suguhan berikutnya menceritakan pertemuan antara para Cendrawasih jantan dengan betina. Cendrawasih betina hadir menggoda para pejantan dengan menari dan bersuara uwiik.., uwiiik.

Tarian yang mereka lakukan diiringi alunan musik yang dimainkan oleh dua pemusik (Lilik Setiawan dan Alvin Bembok) dengan memainkan antara lain Tifa, alat musik pukul tradisonal khas Papua.

Atmosfir alam hutan Papua pun terasa hadir berkat setting panggung yang artistik (karya Deri Sukaik), berupa pepohonan dengan dedaunan segar dan akar-akar menjuntai serta dedaunan kering yang berserakan di lantai panggung.

Para pejantan pun sibuk mencuri perhatian satu sama lain dengan gerakan yang atraktif (lincah, kesana-kemari) sambil membalas dengan sahutan kaak.., kaaaak…

Sesama pejantan sampai berkelahi untuk memperebutkan betina pujaan hati. Akhirnya pejantan 'KING' berhasil memikat salah seekor Cendrawasih betina yang berbadan ramping (Melfritin).

Sementara tiga Cendrawasih jantan hitam, salah satunya keluar sebagai sang pemenang dan berhasil menawan Cendrawasih betina yang bertumbuh agak padat (Griece Martha).

Lalu Cendrawasih jantan dan betina itu saling berkenalan.

Sang pejantan berusaha melakukan ‘pdkt’ (baca pendekatan dengan beragam modus) sampai berhasil meluluhkan hati betina, dan akhirnya mereka jadian, kencan, lalu bercinta. Ah  syahdunya.

Di bagian tersebut hadir kelucuan yang dibuat oleh Cendrawasih jantan hitam yang bertubuh ‘sexy’ (Ahmad Nur).

Dia kerap bergaya genit saat merayu dan memikat betina. Tingkahnya itu membuat penonton tertawa.

Kedua pasangan Cendrawasih itu berikut teman-temannya hidup bahagia di alam liar Papua.

Kisah bagaimana prilaku Cendrawasih di alam liar pun disuguhkan dalam tayangan audio visual di layar panggung.

Di dalam video itu nampak Cendrawasih jantan yang berbulu indah warna-warni dan memang pandai sekali menari dibanding betina.

Kedua sayap sang pejantan kerap dikepak-kepakkan bahkan sampai membentuk lingkaran kipas.

Sesi berikutnya, diceritakan bahwa kebahagiaan mereka tak berlangsung lama karena terusik bahkan terenggut oleh kehadiran pemburu yang tadi muncul di awal pertunjukan.

Banyak Burung Cendrawasih diburu, dipanah sampai mati lalu diawetkan. Informasi itu diperkuat dengan tayangan audio visual di layar panggung.

Terlihat dalam tayangan itu banyak Cendrawasih yang mati karena diburu. Sementara yang hidup lalu disangkar dan diperdagangkan.

Di unjung pertunjukan, Burung Cendrawasih betina bertubuh ramping meratapi kepedihan karena teman-temannya mati diburu.

Adegan tersebut berhasil menghadirkan pilu lewat nyanyian jeritan hati yang lambat laut semakin pelan dan tak terdengar sampai pertunjukan selesai dan riuh gemuruh tepuk tangan penonton terdengar.

Itulah kisah 'KING' yang berhasil menguras emosi para penikmat seni di auditorium Galeri Indonesia Kaya (GIK), West Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat pada Sabtu (31/3/2018) petang.

Kata  Rani sapaan akrab koreografer-nya yang jebolan ISI Surakarta, pertunjukan tarian kontemporer itu sengaja diberi judul ‘KING' untuk mewakili sosok Cendrawasih jantan yang dia nilai pantas disebut ‘rajanya’ burung karena selain berbulu paling indah pun sangat pandai menari.

“Kalau mau melihat kemahiran Cendrawasih jantan menari dibanding betina, ya tak ada cara lain selain melihat mereka di habitatnya langsung di alam liar Papua. Bukan di sangkar apalagi yang sudah mati diawetkan,” ungkap Rani yang mengaku sampai detik ini belum pernah melihat langsung Cendrawasih di alam liar melainkan baru menonton sejumlah video tentang burung asli Papua tersebut di youtube.


Maha Dance merupakan salah satu dari 10 komunitas seni yang berhasil terpilih menjadi peserta program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia 2018 yang digagas Bakti Budaya Djarum Foundation dan Garin Workshop.

Usai tampil di GIK, seluruh tim Maha Dance akan mementaskan 'KING' dalam sejumlah art & culture event di Jakarta, Solo, dan Bali. 

“Bukan cuma itu, saya juga diajak Walhi Papua untuk melihat Cendrawasih menari dan bercinta di alam liar Papua,” pungkasnya dengan mimik bahagia seraya memberi salam uwik..., uwiiiik… sebagai tanda ia siap dinikahi oleh pejantan pujaan hati.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Salah satu adegan paling artistik dalam 'KING', persembahan Maha Dance dari Papua.
2. Dua Cendrawasih jantan berkelahi memperebutkan si betina yang molek.
3. Sepasang Cendrawasih bercinta.
4. Saat kelompok Cendrawasih menyelamatkan diri dari pemburu.
5. Cendrawasih betina meratapi nasibnya karena teman-temannya mati diburu pemburu.
5. Maharani (Rani) pendiri Maha Dance yang berambut lurus dengan para penari dan pemusik menjelaskan konsep 'KING' usai pentas.
6. Para penikmat seni, termasuk sineas/budayawan Garin Nugroho selaku mentor berfoto bersama para pemain 'KING'.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP