. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 05 April 2018

Jakarta Mendadak Melayu Natuna, Gara-Gara Lagu Palok Saguk

“..Palok saguk ku palok saguk, secupak diambek Siti (2X). Kalau maok kabo jek maok Senang aku tak tenanti-nanti... (2X)” 

Begitu penggalan lirik lagu melayu klasik Natuna berjudul Palok Saguk (Mengambil Sagu) yang dilantunkan Windi Ramadhani di depan pintu masuk Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan (3/4/2018). 

Windi yang mengenakan hijab abu-abu dan baju kurung melayu oranye menyanyikan salah satu lagu melayu Natuna paling familiar di kabupaten yang berpulau-pulau itu dengan diiringi oleh 10 pemain musik yang memakai baju lengan panjang dan celana panjang berwarna kuning keemasan, ditambah semacam jas berwarna kuning kehijauan yang warnanya senada dengan sarung tenun yang melilit di pinggang serta ber-peci hitam di kepala.

Mereka itu Opi Sudin atau Opi yang memainkan alat musik akordion, Awang Hafiz Al Fazillah atau Fazil tukang gesek biola, dan Defriza Mahyudin alias Defri yang memukul darbuka serta 7 pemusik lainnya yang memainkan biolakordion, tambur, jimbe, dan gendang babano atau gendang khas melayu.

"Ini alat musik pukul dari Timur Tengah yang kemudian diadopsi ke musik tradisional melayu Natuna,” kata Depri sambil menunjukkan darabuka yang dipukulnya.

Menurut Defri, karena pengaruh perkembangan Islam sampai ke Nusantara, biasanya santri pesantren memainkan darabuka untuk musik qasidah.

“Musik tradisi kreasi sanggar kami di Natuna juga mengunakan darabuka ini sebagai alat musik untuk mengiringi Rentak Zapin, Joget, dan lainnya sebagai penunjang Marawis,” terangnya lagi. 

Windi, Opi, Defri, dan Fazil serta tujuh pemusik pria melayu lainnya itu tergabung dalam sanggar seni Langkadura dari Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri). Sanggarnya berada di Ranai, Ibukota Kabupaten Natuna. 

Entah kenapa kehadiran mereka dengan membawakan lagu Palok Saguk itu, bukan hanya bikin Jakarta seketika mendadak melayu Natuna, pun membuat saya langsung jatuh hati dengan lagu tersebut.

Sejak kali pertama mendengar lagu itu meskipun sekilas, jujur langsung merasuk ke kalbu, bahkan sampai di rumah terus terngiang-ngiang iramanya.

Bisa jadi karena lagu dan musiknya melayu banget, riang, dan enak juga buat menari Rentak Zapin dan berjoget melayu. 

Seperti orang yang tengah kasmaran, saya lantas mencari tahu asal usul lagu itu termasuk lirik dan iramanya di mbah google dan youtube. Ternyata hasilnya nihil. Lirik lagu maupun videonya tidak saya temukan. 

Hati saya semakin resah. Segera saya hubungi Opi, Defri, dan Fazil dan mengutarakan bahwa saya jatuh hati dengan lagu itu, I really love that song

Alhamdulillah kalau abang seneng, mudah-mudahan yang lain juga seneng dengan lagu Palok Sagu,” balas Fazil.

“Kami seneng kalau abang suka lagu itu. Tapi liriknya memang gak ada di google bang,” jelas Defri.

Ternyata ketiganya tidak hafal lirik lagu itu. “Sebentar ya bang, saya tanya vokalis-nya dulu (Windi-maksudnya). Saya ndak hafal juga,” aku Opi. 

“Soalnya lagu itu di daerah-daerah banyak versi pantunnya bang,” sambung Defri. 

Tak lama kemudian ketiganya mengirimkan saya lirik lagu yang saya mau itu, seperti yang saya tulis sebagai pembuka tulisan ini. 

Setelah mendapatkan lirik lagu itu, saya pun menyanyikannya dan merekamnya lewat recording tab. Tak lama berselang saya kirim link rekamannya ke Opi, Defri, Fazil, dan tentu saja ke ketua sanggar Langkadura Natuna, Nurul Huda yang biasa disapa Bang Oyoy. 

Lalu apa tanggapan ketiganya? “Mantap bang,” ucap Opi seraya memberi simbol satu jempol dan satu tepukan tangan. Lalu Fazil ikut menimpali. “Udah bagus bang. Cuma pas reff-nya kecepetan,” ujarnya. Sedangkan Defri berkomentar singkat: “Sedikit mendekati bang hehehe,” balasnya.

Sementara Bang Oyoy berkomentar agak memuji. “Lah bise masuk dapur rekaman tu Bang Adji, nti saya carikan versi aslinye dulu ye,” jawabnya dengan dialek melayu Natuna ditambah simbol tiga jempol. 

Tak lama kemudian, Bang Oyoy mengirimkan rekaman suara Windi menyanyikan lagu tersebut tanpa musik dengan lirik versi film. Dan ternyata benar, Windi menyanyikannya lebih pelan terutama di bagian reffrain-nya.

Menurut Bang Oyoy lirik lagu Palok Sagu yang menjadi salah satu lagu di dalam film Jelita Sejuba yang tengah tayang di seluruh bioskop Tanah Air sejak 5 April 2018, berbeda dengan lirik versi aslinya. 

Kalau lirik versi aslinya seperti ini:
 ".., Palok saguk ku palok saguk, secupak diambek bebi (2X). 
Kalau maok kabo jek maok, senang aku nak mendau jenji..." (2X) 

Kata Bang Oyoy, lirik lagu Palok Saguk itu memang berkisah tantang sepenggal kehidupan masyarakat melayu Natuna tempo doeloe yang mengambil sagu untuk diolah sebagai bahan pokok pengganti nasi.

“Kenapa sampai sagu? Sebab dulu tranpostasi ke Natuna amat susah, maklum pulaunya tersendiri di laut utara atau dulu dikenal dengan Laut China Selatan dan dikelilingi atau berbatasan dengan sejumlah negara seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Brunei,” terang Bang Oyoy.

Rentang waktu November sampai dengan Maret, kapal laut tak berani berlabuh ke Natuna karena gelombang laut bisa mencapai 6-7 meter tingginya. 

“Akhirnya distribusi sembako dari Ibukota Kepri dan juga Kalimantan Barat macet. Terpaksa masyarakat waktu itu mengambil sagu untuk makan karena tidak ada beras,” tambahnya.

Tapi untuk sekarang transportasi ke Natuna jauh lebih lancar.

“Sebab sudah ada pesawat yang terbang setiap hari, kecuali Minggu dari Batam ke Bandara Ranai yang dimiliki oleh AURI dan Bandara Raden Sadjad yang dikelola Pemda namun landasannya tetap milik AURI. Cuma harga tiketnya sekali terbang masih mahal 1,4 juta rupiah per orang,” terang Bang Oyoy. 

Dari kisah jaman dulu yang serba sulit sehingga masyarakat mengambil sagu itulah akhirnya tercipta lagu Palok Saguk.

“Saya sendiri sampai sekarang tidak tahu siapa penciptanya, tahun berapa diciptakan, dan siapa penyanyi asli lagu tersebut,” aku Bang Oyoy. 

Begitupun dengan Defri, ia juga mengaku tidak tahu siapa pencipta lagu tersebut. “Itu lagunya belum dibakukan. Lagunya sudah lama banget, dari orangtua saya kecil dulu sudah sering nyanyiin lagu itu. Ya boleh dibilang semacam lagu klasik melayu Natuna lah bang,” timpal Defri. 

Ragam Kesan
Selepas mendengarkan lagu Palok Saguk yang dinyanyikan Windi lewat rekaman yang dikirim Bang Oyoy, selanjutnya saya menanyakan kesan yang dirasakan Defri, Opi, dan Fazil setelah unjuk kebolehan di gala premiere Jelita Sejuba di Jakarta bersama rekan-rekan Langkadura lainnya. 

“Bahagia dan bangga dah diundang jauh-jauh dari Natuna ke Jakarta oleh Ibu Kris (panggilan produser eksekutif film Jelita Sejuba-red) dan bisa nonton langsung film Jelita Sejuba,” aku Defri. 

Namun yang lebih mengharukan lagi buat Defri, dia tidak menyangka sama sekali, bakal tampil langsung di depan Ibu Sinta Nuriyah Wahid dan mendapat apresiasi yang bagus. “Pokoknya senang luar biasa deh bang,” terangnya. 

Sementara Fazil mengaku selain bikin seru, baginya bisa tampil di Jakarta dalam sebuah acara yang spesial merupakan pengalaman berharga dan takkan terlupakan. “Dan senangnya bisa memperkenalkan musik melayu Natuna di Jakarta,” ungkap Fazil. 

Opi pun tidak menyangka bersama sanggarnya bakal diundang untuk main di gala premiere Jelita Sejuba. “Seneng banget, bisa nunjukin ke tamu yang datang dengan suguhan musik tradisi melayu Natuna. Ya sekalian promosi daerah lah bang. Hehe semoga terhibur ya bang dengan tradisi kami,” ungkap Opi.

“Tapi ada satu lagi bang, bisa sekalian ketemu banyak artis,” ujarnya seraya tertawa. 

Selain lagu Palok Saguk yang telah membuat saya terpesona, sejumlah anggota sanggar seni Langkadura itu pun membawakan lagu Baktimu Dinanti dan Lancang Kuning serta instrumen musik Tari Zapin yang juga disaksikan oleh orang nomor satu di Kabupaten Natuna, Bupati H. Abdul Hamid Rizal beserta istri.

Meskipun tak berlangsung lama, khususnya persembahan lagu Palok Saguk dan lainnya, namun sudah mampu membuat sepenggal Jakarta mendadak melayu Natuna. 

Bagaimana jadinya kalau durasinya lebih panjang dan dikemas dalam kemasan yang lebih spektakuler dengan banyak lagu dan tarian tradisional maupun kreasi melayu yang lebih beragam serta ditambah dengan suguhan pencak silat melayunya..., ah pasti Natuna serasa pindah ke Jakarta dengan pesona keindahan baharinya berikut kenikmatan ikan asapnya.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji & dok. langkadura natuna

Captions
1. Windi Ramadhani vokalis sanggar seni Langkadura Natuna saat menyanyikan lagu Palok Saguk diiringi 10 pria pemain musik dalam gala premiere Jelita Sejuba di Jakarta.
2. Narsis bareng usai tampil. 
3. Berfoto bersama pemeran utama wanita film Jelita Sejuba Putri "Sharifah" Marino.
4. Aksi Pemain akordion sanggar Langkadura Natuna.
5. Para pemain alat musik pukul sanggar Langkadura Natuna.
6. Berfoto bersama Ricky Virgana penata musik film Jelita Sejuba.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP