. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 29 April 2018

Dua Duta Wisata Ini Pikat Perhatian Pengunjung AAC 2018

Sejumlah peserta Asia Africa Carnival (AAC) 2018 yang berkarnaval di sepanjang Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu (28/4) berhasil memikat perhatian pengunjung dengan penampilan fisik dan juga pakaian yang mereka kenakan. Dua di antaranya duta wisata dari dua kota berbeda yakni Banjarmasin dan Jambi.

Mereka adalah Febryana Damayanti (20) Duta Wisata Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yang akrab disapa Febi dan Dwikinov Aldizulvi Duta Wisata Kota Jambi, Provinsi Jambi yang biasa dipanggil Dwiki.

Siang itu, Febi yang masih tercatat sebagai mahasiswi semester 6 Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin mengenakan pakaian adat perempuan dayak Kalsel berwarna merah lengkap dengan hiasan ikat kepala dari Burung Enggang serta perisai atau tameng.

Sebenarnya pakaian yang dikenakan dara keturunan Dayak dan Suku Banjar ini bukanlah pakaian karnaval yang nyentrik, unik, dan wah.

Namun karena pakaian yang dikenakannya itu begitu menyatu dengan kecantikan parasnya, membuat banyak pengunjung yang terpikat, lalu mengabadikannya bahkan ber-selfie bareng.

Kepada TravelPlus Indonesia, Febi mengaku baru pertama kali mengikuti AAC.

“Kami datang mewakili Kota Banjarmasin sebanyak 8 orang dari hari Kamis dan akan kembali ke Banjarmasin hari Minggu,” ujarnya.

Menurut Febi yang bercita-cita ingin menjadi presenter dan pengusaha, AAC 2018 sangat semarak. “Pesertanya banyak sekali sehingga heboh dan meriah,’ terangnya.

Kata gadis berkulit putih dan berambut panjang lurus ini, di AAC 2018 kontingen Banjarmasin juga menampilkan dua penari laki-laki dayak Kalsel.

“Itu dua penarinya di belakang saya. Satunya masih muda dan satu lagi sudah berumur sambil membawa api dalam wadah yang bisa diputar di atas kepalanya,” terang Febi sambil menunjuk ke arah dua penari yang juga berhasil menyita perhatian pengunjung.

Sebagai duta wisata yang pernah bertugas memperkenalkan ragam wisata kotanya di berbagai kota lain seperti Jakarta dan Bali, Febi mengaku ajang karnaval ini juga dimanfaatkan untuk sekalian mempromosikan daya tarik wisata Banjarmasin.

“Di Kota Banjarmasin juga ada karnaval saat penyelenggaraan Banjarmasin Sasirangan Festival yang diadakan setiap tahun. Kalau ikon wisatanya Susur Sungai Pasar Terapung, sedangkan kulinernya antara lain Soto Banjar dan Kue Wedai Masubah yang sepintas mirip Kue Lapis, rasanya sangat manis,” bebernya.

Hal serupa juga dilakukan Dwiki. Duta Wisata Kota Jambi yang masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Jambi (Unja) ini pun mengaku sekaligus memperkenalkan daya tarik wisata yang ada di kotanya.

“Di Kota Jambi antara lain ada Jembatan Gentala Arasy yang membentang di atas Sungai Batanghari,” terangnya.

Jelang sore itu, Dwiki juga berhasil memikat perhatian pengunjung. Selain karena fisiknya, pakaian yang dikenakan benar-benar pakaian karnaval dengan kedua sayap berwarna orange, membentang lebar di kiri-kanan bahunya.

Sejumlah anak-anak dan orangtua pun berebut selfie bareng dengannya. Seperti Febi, Dwiki pun melayaninya dengan ramah dan senantiasa tersenyum.

AAC 2018 yang dimulai pukul 13.00 WIB, diawali dengan sambutan dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung sekaligus ketua pelaksana Kenny Dewi Kaniasari, Pjs. Walikota Bandung Muhamad Solihin, dan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang diwakili Staf Ahli Multikultural Kementrian Pariwisata, Esthy Reko Astuti.

Ketiganya kemudian meresmikan pembukaan AAC dengan memukul gong.

Selanjutnya ada 106 kontingen yang berkarnaval secara bergantian, diawali barisan pasukan berkuda dari TNI AD Kavaleri dilanjutkan Marching Band Jawa Barat, Komunitas Anak-Anak Pemain Jimbe, dan seterusnya yang menelusuri Jalan Asia Afria lalu beratraksi di depan podium utama depan Gedung Merdeka selama beberapa menit.

Aksi bela diri yang diperagakan anak-anak muda juga tak kalau memukau.

Mereka secara bergantian melakukan aksi bersalto, menendang papan di atas ketinggian sambil meloncat, dan lainnya.

Para penari perwakilan Thailand pun menyita perhatian, terutama kostum tari yang dikenakan penari perempuan dan laki-lakinya.

Selain dari Kota Banjarmasin dan Jambi, masih ada 13 daerah/kota lain yang ikut berkarnaval seperti dari Aceh, Nias, Jakarta, Tangerang, Medan, Yogyakarta, dan sejumlah daerah di Jawa Barat.

Tak ketinggalan perwakilan dari 15 negara Asia, Afrika, dan Eropa seperti dari Pakistan, Tajikistan, Jepang, Azerbaijan, Tunisia, Turki, Taiwan, Thailand, Vietnam, Rusia, Korea Selatan, Madagaskar, Benin, Uganda, dan Tanzania, yang membuat AAC 2018 bisa dibilang berkelas internasional.

Total jumlah peserta karnavalnya ada 2.867 orang.

Jumlah pengunjungnya diperkirakan puluhan ribu wisatawan nusantara (wisnus) yang datang dari berbagai daerah di Jabar, Jabodetabek, Jawa Tengah, Jogja, Jawa Timur serat luar Pulau Jawa.

Sementara wisatawan mancanegara (wisman)-nya yang terpantau TravelPlus Indonesia, ada dari Malaysia, Jepang, China, dan Eropa.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Febi, duta wisata Kota Banjarmasin ikut berkarnaval Asia Africa Carnival (AAC) 2018 di Kota Bandung, Jawa Barat.
2. Febi mengenakan kostum adat dayak lengkap dengan hiasan kepala dari bulu Burung Enggang dan perisai.
3. Dwiki, duta wisata Kota Jambi jadi sasaran selfie pengunjung AAC 2018.
4. Dwiki berkostum karnaval dengan sayap orange.
5. Atraksi beladiri yang memukau pengunjung AAC 2018.
6. Penampilan penari Thailand dengan kostum unik yang juga menyita perhatian.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP