. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 28 April 2018

Asia Africa Carnival 2018 Bikin Bandung Jadi Lautan Wisatawan, Ini Faktor Pemicunya

Kota Bandung, Jawa Barat, khususnya di kawasan bersejarah Jalan Asia Afrika dan sekitarnya berubah menjadi lautan wisatawan akibat penyelenggaraan Asia Africa Carnival 2018 yang digelar Pemkot Bandung, Sabtu (28/4).

Puluhan ribu wisatawan terutama nusantara dan juga mancanegara mulai berdatangan sejak pagi dan bertahan sampai jelang malam.

Padahal acaranya dimulai pukul 1 siang sampai 3 sore.

Pengamatan TravelPlus Indonesia di lapangan, membludaknya wisatawan yang menyaksikan gelaran  Asia Africa Carnival (AAC) yang ke-4 ini dipicu beberapa faktor.

Promosi pra event-nya cukup gencar, baik lewat media sosial (medsos), blogger,  online, media elektronik, dan lainnya.

Waktu pelaksanaannya pun di akhir pekan, sehingga tidak menggangu rutinitas keseharian wisatawan yang bekerja di kantoran, dan lainnya,

Tempat pelaksanaannya, selain amat strategis pun punya nilai sejarah yang mendunia.

Di sana, di Jalan Asia Asfrika ada Gedung Merdeka yang pernah menjadi venue Konferensi Asia Afria tanggal 18-24 April 1955 silam.

Kemasan AAC 2018 pun sangat menarik, terutama dari sisi jumlah dan keberagaman peserta yang berkarnaval.

Jumlah peserta karnavalnya ada 2.867 orang dari 15 daerah yang ada di Indonesia, seperti dari Aceh, Nias, Jambi, Kalimantan, Jakarta, Tangerang, Medan, Jogjakarta, dan sejumlah daerah di Jabar.

Tak ketinggalan perwakilan dari 15 negara Asia, Afrika, dan Eropa seperti dari Kanada, Amerika, Australia, Inggris, India, Pakistan, Turki, Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Madagaskar, Benin, Uganda, dan Tanzania, yang membuat AAC 2018 bisa dibilang berkelas internasional.

Masing-masing peserta dari Nusantara menyuguhkan kesenian tradisional yang menjadi ikon di daerahnya, berikut pakaian adat, tarian, dan lainnya.

Peserta dari mancanegara pun memakai pakaian nasional negaranya masing-masing. Bahkan peserta dari Thailand menampilkan tarian tradisional yang dibawakan beberapa penari perempuan nan cantik-cantik dan penari pria yang tampan-tampan dengan mengenakan kostum yang menawan.

Sejumlah komunitas dari Bandung juga berlomba tampil seaktraktif mungkin hingga menyita perhatian pengunjung. Termasuk beberapa komunitas yang tidak ikut berkarnaval.

Mereka di tempatkan di beberapa sudut di dekat panggung utama yang berada persis di depan Gedung Merdeka. Ada komunitas Jaga Budaya, cosplay, sepeda, komunitas Hantu, dan lainnya.

Selain kemasan karnaval, pemicu lainnya ada Festival Asia Afrika Market (FAAM) di Jalan Braga Pendek yang menjajakan berbagai macam kuliner, fashion, aksesoris, dan juga hiburan musik.

Disela-sela menyaksikan karnaval, pengunjung pun banyak yang menyempatkan waktu berwisata kuliner dan belanja di FAAM.

Wisnus yang memadati kawasan Asia Afrika selain dari beberapa daerah di Jawa Barat, juga dari Jabodetabek, sejumlah kota di Jawa dan luar Jawa.

Mereka datang Bandung, ada yang menggunakan pesawat, kereta api, bis, mobil travel, dan banyak pula yang membawa kendaraan pribadi yang kemudian di parkir di kantung-kantung parkir yang sudah ditentukan panitia.

Sementara wismannya yang terlihat antara lain dari Eropa, China, Jepang, dan Malaysia yang datang dalam kelompok kecil.

AAC 2018 yang dimulai pukul 13.00 WIB diawali dengan sambutan dari Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari sekaligus ketua pelaksana, Pjs. Walikota Bandung Muhamad Solihin, dan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang diwakili Staf Ahli Multikultural Kementrian Pariwisata, Esthy Reko Astuti.

Dilanjutkan dengan peresmian pembukaan ACC 2018 oleh ketiga orang tersebut dengan memukul gong.

Selepas itu ada 106 kontingen yang berkarnaval secara bergantian, diawali barisan pasukan berkuda dari TNI AD Kavaleri dilanjutkan Marching Band Jawa Barat, Komunitas Anak-Anak Pemain Jimbe, dan seterusnya yang menelusuri Jalan Asia Afria lalu beratraksi di depan podium utama depan Gedung Merdeka selama beberapa menit.

Sejumlah pengunjung mulai dari anak-anak sampai orangtua berebut berfoto selfie dengan peserta karnaval yang berpakaian unik dan nyentrik.

Eshty dalam sambutannya mengatakan peringatan Konferensi Asia Afrika dalam kemasan karnaval dan lainnya merupakan atraksi yang mampu mendorong peningkatkan jumlah wisatawan ke Kota Bandung khususnya, mengingat pesertanya juga datang dari berbagai daerah/kota di Tanah Air serta mancanegara.

Culture event ini, lanjutnya terbukti turut menjadi penyumbang kunjungan wisnus dan wisman ke Bandung yang selama ini dikenal sebagai kota kreatif, destinasi belanja dan kuliner, serta sekaligus menambah pundi-pudi perbendaharaaan wisatawan buat tingkat nasional yang mentargetkan 270 juta pergerakan wisnus dan 17 juta wisman tahun ini.

Melihat begitu antusias pengunjung AAC, Esthy pun berharap agar kegiatan ini bisa terus dilanjutkan setiap tahun dengan kemasan yang lebih berkualitas lagi dan tentunya dibarengi dengan promosi pra event yang gencar.

"Kami dari Kemenpar akan siap membantu dari sisi promosi, termasuk lewat Genpi Jabar yang sudah terbentuk," pungkasnya.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Suguhan salah satu peserta Asia Africa Carnival  (AAC) 2018 dari dalam negeri.
2. TravelPlus Indonesia meliput langsung AAC ke-4 ini.
3. Penampilan kontingan dari Thailand.
4. Tampil nyentrik tetap cantik.
5. Ada Festival Asia Afrika Market juga.
6. Jadi ajang selfie.
7. Esthy berkerudung merah mewakili Menpar Arief Yahya menikmati AAC 2018.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP