Dance of Sangketo Wanita, Lebih dari Sekadar Duet Rancak Perempuan Minang

Tak ada kata lain yang terlontar selain rancak, rancak, dan rancak atas pementasan Dance of Sangketo Wanita yang disuguhkan dua penari perempuan Minang ini. 

Tarian kontemporer yang dibawakan kakak beradik bernama Intan dan Ririn dari Nan Jombang Dance Company, Padang, Sumatera Barat ini berlangsung di @america, Pacifik Palace, lantai 3, Jakarta, Jum'at (6/4/2018) malam. 

Intan dan Ririn adalah putri kandung Ery Mefri, seorang koreografer tari senior sekaligus pemimpin Nan Jombang Dance Company (NJDC). 

Rancak (indah, dinamis, keren) yang pertama menurut pengamatan TravelPlus Indonesia yang menyaksikan langsung Intan dan Ririn beraksi, karena tarian itu berkonsep minimalis namun tetap artistik dan kayak gerak dan suara. 

Dibilang ninimalis, karena penarinya seperti sudah disebut di atas, hanya dua orang alias duet. Properti yang dipakai pun hanya Gendang Dol dari Bengkulu, tanpa pemusik. 

Kendati tanpa pemusik, namun kedua penarinya mampu menciptakan musik lewat bermacam jenis pukulan ke Gendang Dol dan juga tepukan ke perut, tangan, dan kedua paha mereka. 

Rupanya di NJDC seperti ada aturan baru, bahwa penarinya harus bisa (merangkap) juga sebagai pemusik.

Tubuh penari dianggap sudah cukup lengkap untuk menyampaikan pesan yang diinginkan, lewat gerak maupun suara yang dibuat. 

Begitu pun dengan tata cahaya (lighting-nya), sederhana saja, berupa satu lampu sorot yang mengarah ke penari dan alat musik pukul tersebut. 

Rancak yang kedua, sang koreografer-nya Ery Mefry memadukan budaya tradisional dan seni bela diri khas Minang dalam tarian terbarunya ini. Ia tak melupakan akar tradisi dimana dia berasal dan tumbuh besar. 

NJDC yang berdiri sejak 1983 dan dipimpinnya, memang kerap memproduksi karya-karya tari modern yang mendasarkan diri pada tradisi Minangkabau. 

Rancak yang ketiga, tarian ini pun bermuatan pesan. Pertama untuk tidak memaksakan kepentingan-kepentingan yang barangkali ujungnya tidak jelas kepada wanita, dan kedua tidak memaksakan kehendak bahwa wanita harus setara dengan pria, berlindung dengan kata-kata persamaan wanita/gender. 

Usai ditampilkan di @america, Dance of Sangketo Wanita juga disuguhkan di Galeri Indonesia Kaya (GIK) masih di Jakarta, hari ini, Minggu (8/4) petang. 

Ery Mefri menjelaskan selepas ditampilkan di Jakarta, Dance of Sangketo Wanita yang mulai dibuat akhir 2016 dan baru dipentaskan 2 tahun kemudian, akan dibawa kembali ke Padang. 

“Ketika karya ini sudah dipertunjukan itu belum selesai. Masih terus berproses. Tak ada kata selesai dalam sebuah karya. Kita akan bongkar atau bedah lagi di Padang,” ungkap Ery Mefri yang diamini Angga Djamar yang juga penari dan koreografer di NJDC.

Sebagai catatan, NJDC telah berpentas di berbagai acara seni berskala nasional maupun internasional antara lain American Dance Festival di Durham, Carolina Utara dan New York, Amerika Serikat (1994); Contemporary Dance Festival di STSI Padang Panjang (1995); menggelar Forum Kerja Koreografer 3 Negara: Indonesia, Amerika, dan Korea Selatan (2000), serta pentas keliling Tarian Malam di Singapura, Australia, dan Amerika Serikat (2012). 

Melihat rancak-nya duet penari perempuan Minang dalam Dance of Sangketo Wanita dan konsep serta muatan pesan yang disampaikan, sepertinya tarian ini akan mengikuti kesuksesan tarian-tarian produksi NJDC lainnya antara lain  Sang Hawa dan Rantau Berbisik, yang dipentaskan di ajang dan panggung seni berkelas dunia.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Intan dan Ririn sebagai penari juga pemusik Dance of Sangketo Wanita.
2. Memanfaatkan Gendang Dol Bengkulu bukan cuma sebagai properti.
3. Memadukan budaya tradisional dan seni bela diri Minangkabau.
4. Ery Mefri didampingi Angga Djamar, saat tanya-jawab seputar Dance of Sangketo Wanita.
5. Bawa pesan untuk tidak memaksakan kehendak kepada perempuan, berlindung dengan kata-kata persamaan gender.