. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 20 Maret 2018

Ini Dampak dan Rahasia Sukses JFC Sampai Menjadi Karnaval Kelas Dunia

Jember Fashion Carnival (JFC), masuk tiga besar karnaval bertaraf internasional. JFC yang berasal dari Kota Jember, Jawa Timur menjadi karnaval kelas dunia bersama dua karnaval lain dari Amerika Serikat dan Perancis.

“Satu-satunya negara di Asia yang karnavalnya lolos ke tingkat dunia hanya Indonesia, dan itu diwakili JFC, ini luar biasa, boleh tepuk tangan,” kata presiden JFC Dinand Fariz saat menjadi pembicara di acara Workshop/Coaching Penyelenggaraan Calendar of Event (CoE) 2018 yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (19/3).

Bukan cuma itu, kesuksesan JFC melambungkan nama Jember sekaligus Indonesia di tingkat dunia, sambung Dynand akhirnya membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencanangkan Jember sebagai 'Kota Karnaval Dunia'.

“Pencanangan kota kecil Jember sebagai Kota Karnaval Dunia oleh Presiden Jokowi itu disampaikan pada tanggal 13 Agustus 2017 lalu,” ungkap Dynand.

Pencanangan itu, sambungnya, tentunya semakin mengukuhkan Indonesia sebagai negara yang karnavalnya masuk tiga besar karnaval dunia.

Kata Dynand, dampak positif dari kesuksesan JFC sudah terlihat dengan munculnya hotel-hotel baru di Jember, jauh sebelum JFC lolos sebagai tiga besar karnaval tingkat dunia dan kemudian Jember dicanangkan sebagai Kota Karnaval Dunia oleh Presiden Jokowi.

Perhelatan JFC yang kemudian menjadi salah satu andalan pariwisata Jember bahkan Jawa Timur, membuat jumlah wisatawan ke Jember membengkak, akhirnya mulai banyak bermunculan hotel baru.

“Tadinya di Jember paling tinggi cuma ada hoteng bintang tiga. Sejak JFC mendulang sukses kini sudah ada hotel bintang empat, dan tidak menutup kemungkinan akan muncul hotel bintang lima,” akunya.

Dynand menambahkan selama JFC berkiprah sudah mengantongi sekitar 13 penghargaan internasional, salah satunya dalam ajang International Carnival de Victoria 2016 di Seychelles-Afrika.

Kesuksesan dan dampak JFC bagi sektor pariwisata seperti sekarang ini bukan terjadi begitu saja. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh proses panjang dan penuh lika-liku perjuangan.

Dianggap ‘Keluarga Gila’
Menurut Dynand kesuksesan JFC seperti sekarang ini melalui perjalanan panjang sejak 17 tahun lalu, berawal dari parade yang dilakukan oleh keluarganya di setiap lebaran.

“Parade-parade kecil keluarga kami itu sempat menjadi fenomena dalam masyarakat Jember sampai kami dianggap keluarga gila karena saat Lebaran malah berkarnaval,” akunya.

Kata Dynand, biarlah ketika itu keluarganya dianggap gila. “Tapi toh akhirnya kegilaan itu bisa menjelma menjadi ikon karnaval Indonesia untuk dunia,” tegasnya.

Selain kegigihan keluarganya untuk berbuat sesuatu demi Kota Jember, kesuksesan JFC juga tak lepas dari partisipasi warga dan sejumlah komunitas.

“Anak-anak muda yang kreatif, pelajar, dan mahasiswa di Jember sampai rela menyisihkan uang saku mereka dan lainnya untuk membuat kostum yang spektakuler. Lalu kami bimbing mereka belajar fashion hingga menjadi model partisipan JFC setiap tahun,” terangnya.

Menurutnya JFC berangkat dari finansial yang sangat terbatas namun punya keinginan yang kuat untuk berbuat sesuatu yang membanggakan sampai akhirnya berhasil menjadi event yang bereputasi internasional.

“Karena dana kami terbatas, dan JFC ketika itu berupa event sosial, kami berinisiatif mengajak warga, anak muda, dan komunitas untuk bersama-sama berkolaborasi dan berkreasi. Akhirnya biayanya menjadi murah karena mereka buat kostumnya dengan biaya masing-masing,” jelasnya.

Kata Dynand sejak JFC pertama sampai tahun kedelapan, sama sekali tanpa bantuan APBD alias menggunakan dana keluarganya sendiri dan partisipasi warga. 

“Dana kita benar-benar dari keluarga saya yang beranggotakan 11 orang termasuk saya sebagai anak kedelapan, kemudian menjadi ratusan orang dari komunitas dan warga Jember. Baru mulai JFC ke-9 setelah nama JFC menasional bahkan mendunia, mulailah pemerintah men-support,” ungkapnya seraya menambahkan bantuan yang didapat dari pemerintah berupa peralatan marching band, tampil di event-event tingkat nasional serta beberapa kali tampil di Istana Negara Jakarta.

Dynand menegaskan JFC menjadi pionir karnaval di Indonesia yang sukses mendatangkan wisatawan, media, dan fotografer dari berbagai negara.

“Kini sudah muncul karnaval serupa di kota-kota lain seperti di Banyuwangi, Solo, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau dan lainnya. Semuanya itu followers, adik-adik angkat JFC yang harus kita dukung dan banggakan,” pungkasnya.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Salah satu kostum perempuan yang pernah ditampilkan di Jember Fashion Carnival (JFC)
2.  Kostum pria JFC yang unik.
3. Salah Satu ksotum pria yang nyentrik di JFC lalu.
4. Dynand Fariz selaku presiden JFC berfoto dengan narasumber lainnya, usai tampil sebagai pembicara dalam Workshop Penyelenggaraan CoE 2018 yang digelar Kemenpar di Jakarta.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP