. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 12 Maret 2018

Ini Alasan Insto Bikin Program Pembuatan Film Dokumenter “Buka Mata, Buka Cerita”

Insto, brand tetes mata dari Combiphar yang sudah lebih dari 30 tahun hadir di Indonesia, baru saja sukses menggelar kegiatan “Buka Mata, Buka Cerita”. Salah satu tujuan program itu untuk mengembangkan kreativitas anak muda lewat pembuatan film, khususnya film dokumenter.

Weitarsa Hendarto selaku VP, Consumer Healthcare & Wellness and Internasional Operation Combiphar mengatakan program “Buka Mata, Buka Cerita” yang dibuat Insto bertujuan untuk membantu menginspirasi anak muda supaya lebih kreatif.

“Kami ingin mendukung kreativitas anak muda sesuai tren dan gaya hidup mereka belakangan ini yang dekat dengan dunia gadget, fotografi dan videografi untuk melihat, merekam, dan 'membuka mata' terhadap berbagai peristiwa yang dekat dengan kehidupan sehari-hari di daerahnya,” ungkap Weitarsa kepada TravelPlus Indonesia dalam acara jumpa pers film mini dokumenter “Buka Mata, Buka Cerita” di XXI Lounge, Plaza Senayan, Jakarta, Senin (12/3/2018) yang dihadiri sutradara ternama Nia Dinata, aktor Dion Wiyoko yang hobi fotografi dan berpetualang, serta 9 co-director muda yang membuat film tersebut serta sejumlah wartawan dan blogger.

Lewat program ini, lanjut Weitarsa, Insto juga ingin mendukung kebijakan pemerintah dalam mengembangkan ekonomi kreatif, terutama di bidang film. 

Program pembuatan film dokumenter ini, sambungnya boleh dibilang spesial karena menggunakan kacamata berkamera atau yang disebut snapchat spectacles.

“Kacamata berkamera itu cuma tools, masih banyak alat pendukung yang bisa digunakan untuk berkreasi. Snapchat spectacles kami pilih karena ada kaitannya dengan mata, dan kesehatan mata sesuai dengan tujuan brand Insto,” ujar Weitarsa.

Sementara dari sisi perusahaan, Weitarsa mengatakan lewat program ini diharapkan penyuluhan untuk menjaga dan merawat kesehatan mata kepada kalangan anak muda yang mudah terpapar iritasi mata akibat beragam aktivitas yang dilakukannya sehari-hari, bisa tersampaikan.

“Harapan ke depannya, ketika anak muda mempunyai kebutuhan untuk menjaga dan merawat kesehatan mata, mereka jadi ingat dan memakai Insto,” ungkapnya.


Untuk menyukseskan program ini, tambah Weitarsa, Insto menggandeng Nia Dinata sebagai salah satu sutradara perempuan terbaik Indonesia. “Te’ Nia kami ajak dalam project ini karena dia ekspert di bidang pembuatan film,” akunya.

Nia Dinata merespon positif program “Buka Mata, Buka Cerita” yang digelar Insto dari Combiphar ini.

Menurut sutradara yang pernah menggarap sejumlah film sukses antara lain  Ca Bau Kan, Berbagi Suami, dan Arisan 2! ini, perfilman Indonesia bisa maju kalau semakin banyak pihak di luar orang-orang film seperti consumer goods ini yang konsisten mendukung.

“Kalau semua jalan sendiri-sendiri, akan susah mendapatkan akses knowledge tentang pembuatan film bagi anak muda seperti yang mereka peroleh dari program ini,” akunya.

Kata Nia, industri perfilman Hollywood di AS bisa maju dan mendunia bukan karena kerja kreatif para sineasnya semata melainkan banyak pihak yang mendukung seperti banking system yang memberi pinjaman kepada produser film dan dukungan dari sejumlah consumer goods-nya.

Nia menilai launching film documenter hasil program ini juga sangat tepat karena bertepatan dengan Bulan Film Nasional yang jatuh setiap Maret.

Dion Wiyoko pun menilai program “Buka Mata, Buka Cerita” sangat menarik, kreatif, dan menantang.

“Program ini bukan cuma terbeda, pun memacu kreativitas anak muda yang hobi bikin film. Apalagi film dokumenter yang mereka buat menggunakan dengan snapchat spectacles dan harus berdurasi satu menit. Itu tantangan banget,” ujarnya.

Sri Sulistyani asal Bandung, salah seorang dari 9 co-director yang terpilih menjadi finalis dan akhirnya berhasil menyabet juara ketiga, berucap terima kasih kepada pihak Insto yang telah membuat program ini.

“Lewat proram ini saya jadi bisa merealisasikan ide lama saya untuk membuat film mini dokumentar berjudul Pohaci tentang kondisi kehidupan petani di daerahnya yang merupakan bagian dari negara yang pernah berjuluk sebagai negara agraris ini,” akunya

Senior Brand Manager Combiphar Farah Feddia menjelaskan alasan Insto dalam program “Buka Mata, Buka Cerita” ini melibatkan anak-anak muda kreatif yang senang membuat film karena sesuai dengan target pasar yang dibidik Insto yakni kalangan anak muda, bukan cuma pengendara sepeda motor sebagaimana target pasar Insto sebelumnya.

“Mudah-mudahan lewat program ini, anak muda sekarang yang sangat padat aktivitasnya dan selalu menggunakan gadget seperti HP, Laptop dan lainnya dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, bisa menjadi lebih sadar bahwa menjaga kesehatan mata itu juga sangat penting untuk mendukung beragam kegiatannya itu,” pungkas Farah.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Selain pihak dari Insto dan Nia Dinata, acara launching film mini documenter “Buka Mata, Buka Cerita” juga dihadiri aktor Dion Wiyoko dan tentunya 9 co-director muda yang menjadi finalis serta sejumlah wartawan dan blogger.
2. Weitarsa Hendarto selaku VP, Consumer Healthcare & Wellness and Internasional Operation Combiphar menjelaskan tujuan program “Buka Mata, Buka Cerita”.
3. Nia Dinata berharap semakain banyak consumers goods yang turut mendukung perfilman Nasional agar lebih maju dan mendunia.
4. Ketiga pemenang program “Buka Mata, Buka Cerita” berfoto bersama Nia Dinata dan Dion Wiyoko.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP