. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 05 Maret 2018

Cry Jailolo dan Balabala ‘Pulang Kampung’, Datanglah Nikmatilah

Usai ‘berkelana’ di pentas-pentas seni dunia, Cry Jailolo dan Balabala ‘pulang kampung’ ke tempat dimana mereka berasal yakni Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara.

Adalah Eko Supriyanto (47), dosen sekaligus koreografer internasional yang melahirkan kedua tarian  kontemporer itu bersama beberapa dosen dan mahasiswa ISI Surakarta untuk penyelengaraan Festival Teluk Jailolo pada tahun 2013 silam.

Tahun ini, usai Cry Jailolo dan Balabala dipentaskan diberbagai benua dalam rangkaian tur dunianya, mereka akan kembali tampil di ‘kampung halaman’, dimana segalanya berakar, yakni di Festival Teluk Jailolo, 3-5 Mei 2018.

“Cry Jailolo atau biasa disingkat CJ itu tarian tentang jeritan dan optimasi anak-anak muda Jailolo akan masa depan mereka,” ungkap Eko lewat pesan dari akun Instagram (IG)-nya @ekopece yang dikirim ke @adjitropis  atau TravelPlus Indonesia, Senin (5/3/2018).

CJ, sambung penari kelahiran Astambul-Kalimantan Selatan namuan besar di Magelang-Jawa Tengah ini, juga berisi tentang optimasi akan kehancuran terumbu karang yang ada di Teluk Jailolo dan laut Indonesia lainnya.

Menurut pria yang biasa disapa Eko Pece ini, CJ yang ditarikan oleh 7 penari dari anak-anak muda laki-laki dari Halmahera Barat (Halbar), terinspirasi dari tarian Legu Salai dari Suku Sahu dan Soya Soya dari Maluku Utara.

“Cry Jailolo adalah seperti ungkapan “schooling fish” atau segerombolan ikan yang merindukan rumah-rumah mereka dan laut akan menghidupinya lagi,” tambah Eko yang namanya mencuri perhatian dunia sejak menjadi penari diva pop dunia asal AS, Madonna dalam Madonna’s “Drowned World” Tour tahun 2011.

Kata pemilik sanggar tari Ekos Dance Company ini, CJ yang berdurasi 56 menit terakhir tampil di Perancis, Jerman, dan Belgia pada Desember 2017 dalam rangkaian Europalia.

Jika CJ dibawakan penari pria, sebaliknya Balabala ditarikan oleh penari wanita yang menceritakan tentang kehidupan perempuan Indonesia bagian timur.

“Balabala inspirasinya dari tarian Soya Soya dan Cakalele yang biasanya ditarikan oleh cowok,” jelas Eko.

Tarian itu, lanjutnya menceritakan kekuatan dan keikhlasan perempuan dan ibu-ibu di Halbar dalam menjaga laut dan gunung.

“Balabala dibawakan oleh 5 penari perempuan muda dari Halbar. Mereka akan tampil sebelum Cry Jailolo,” terang Eko seraya menambahkan tarian Balabala pernah dipentaskan di Sydney, Melbourne, Jepang, dan beberapa negara di Eropa.

Di ujung pesannya, Eko yang pernah tampil dalam Indonesian Dance Festival (IDF) dengan Lah (1994) dan Leleh (1996) yang mengantarkannya ke American Dance Festival (ADF) tahun 1997 di Durham, North Carolina dan Asia Pacific Performance Exchange (APPEX) tahun 1997 di Los Angeles, AS ini mengajak wisatawan dan pecinta seni datang ke Jailolo saat Festival Jailolo 2018 Mei nanti.

“Datang ya..., nikmati CJ dan Balabala serta pesona bawah lautnya,” ajak Eko.

Travel Tips
Selain suguhan tarian Cry Jailolo dan Balabala yang berkelas internasional, Festival Teluk Jailolo 2018 yang berlangsung selama 3 hari juga akan ramaikan dengan serangkaian acara menarik lainnya seperti Orom Sasadu, Sigofi Ngolo, Seni budaya Moloku Kie Raha, Parade Budaya, Gelar Kuliner Makanan Khas Halbar, dan Pameran.

Orom Sasadu adalah ritual syukur suku Sahu saat panen. Ritual seperti makan bersama biasanya diadakan dua kali pada bulan Januari dan Agustus.

Pada waktu makan malam akan dimainkan musik khas Sahu. Jika Sultan datang berkunjung, maka tarian Sara Dabi Dabi juga diperlihatkan.

Sementara Sigofi Ngolo merupakan ritual membersihkan laut untuk menyingkirkan semua itikad buruk dan meminta izin kepada alam saat memulai pelayaran dengan niat tulus.

Jailolo adalah Ibukota Kabupaten Halmahera Barat. Tak sulit menjangkaunya. Kalau dari Jakarta, naik pesawat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke Bandara Sultan Babullah, Ternate (Ibukota Provinsi Maluku Utara). Waktu tempuhnya sekitar 3,5 jam.


Selanjutnya dari Bandara Sultan Babullah menuju Pelabuhan Dufa Dufa dengan menyewa mobil, naik taksi, maupun ojek sepeda motor.

Kemudian dari Pelabuhan Dufa Dufa naik kapal cepat ke Pelabuhan Jailolo mengarungi laut sekitar satu jam. 

Pilihan lainnya dengan kapal kayu. Selama di Jailolo, bisa naik ojek sepeda motor, bentor atau becak motor maupun angkutan umum.

Inapnya bisa memilih hotel ataupun homestay antara lain D’Hoek Hotel di Jalan Hatebicara dan Vila Gaba di Jalan Guaemaadu yang lokasinya dekat dengan pelabuhan.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: @isi_surakarta, ekosdancecompany.com & @festivaltelukjailolo_official

Captions:
1. Tujuh pria penari Cry Joilolo.
2. Eko Supriyanto (Eko Pece) sang koreografer ternama Indonesia yang mendunia.
3. Lima perempuan penari Balabala.
4. Promo Cry Jailolo & Balabala karya Eko Supriyanto yang akan tampil 'pulang kampung' di Festival Teluk Jailolo 2018.
5. Fun dive menikmati pesona bawah laut Halmahera Barat.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP