. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Sabtu, 15 April 2017

Intip Ragam Pesona Palangkaraya, Calon Ibukota Negara

Usulan menjadikan Palangkaraya sebagai Ibukota Negara kembali mengemuka di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ide pemindahan Ibukota Negara dari Jakarta ke Palangkaraya itu kabarnya sudah muncul sejak masa Presiden Soekarno. 

Ada yang menyebut Palangkaraya dipilih menjadi calon Ibukota Negara karena dari sisi bencana relatif lebih aman. Wilayahnya dinilai aman dari gempa karena tak memiliki gunung api aktif. 

Namun ada juga yang beranggapan daerah itu juga memiliki tanah yang tidak stabil dan gambut sehingga memungkinkan terjadinya bencana banjir, pencemaran air tanah, dan asap kebakaran hutan.

Sebelum Presiden Jokowi, tepatnya masa Presiden Soeharto juga berkeinginan agar Ibukota Negara dipindahkan dari Jakarta ke Jonggol. Sedangkan Di masa Presiden Habibie Ibukota akan dipindah ke Sidrap. Namun lagi-lagi semua itu cuma wacana. 

Akankah di era Jokowi keinginan menjadikan Palangkaraya sebagai Ibukota Indonesia akan terwujud? Atau kembali semata wacana? 

Kabarnya lagi Presiden Jokowi sudah meminta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro melakukan kajian secara mendalam apakah Palangkaraya pantas menjadi Ibukota Negara.

Bambang Brodjonegoro kemudian menjelaskan salah satu indikator munculnya wacana pemindahan Ibukota Negara dari Jakarta ke Palangkaraya karena kondisi Jakarta sudah macet parah dan permukaan tanahnya terus mengalami penurunan. 

Menurut Bambang yang dipindahkan kemungkinan pusat pemerintahannya, bukan pusat keuangan dan bisnisnya. Kalau pusat pemerintahan dipindahkan akan menumbuhkan pusat ekonomi baru. Sementara kalau pusat bisnis tidak mungkin dipindahkan karena ini tergantung permintaan pasar. 

Alasan lainnya karena Pulau Kalimantan tidak rawan gempa. Namun kata Bambang, Palangkaraya bukan satu-satunya pilihan, yang pasti Ibukota Indonesia harus dipindah dari Jawa. 

Kata Bambang lagi, kriteria calon daerah yang bisa menjadi Ibukota Negara adalah kemungkinan bencana alam yang kecil dan tersedia tanah milik negara dengan status free and clear agar tidak ada pembebasan tanah lagi. 

Selain itu pembiayaan pemindahannya tidak seluruhnya memakai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melainkan juga mencari skema pembiayaan yang melibatkan sektor swasta. 

Ibukota Negara yang baru tersebut nantinya juga harus memiliki bandara yang terkoneksi dengan mudah ke Jakarta sebagai bandara utama. 

Hasil kajian terhadap Palangkaraya diperkerikan selesai tahun 2019. Kalau layak, baru Palangkaraya tetapkan menjadi Ibu Kota Negara. Namun itu baru penetapan saja sementara pemindahan Ibu Kota Negara dipastikan akan memakan waktu yang lama. 

Nah, dari pada menunggu kepastian yang juga belum tentu pasti, sebaiknya sekarang juga kita lihat sisi lain pesona Palangkaraya dari kacamata desitasi wisata. 

Sebelumnya kita lihat dulu profil Kota Palangkaraya yang kini masih berstatus Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Luas kota ini mencapai 2.400 km² sekaligus sebagai kota dengan wilayah terluas di Indonesia atau setara 3,6 kali luas Jakarta.

Secara administratif, kota yang kini dipimpin Walikota Dr. H. M. Riban Satia, S.Sos.,M.Si ini terdiri atas 5 kecamatan yakni Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu, Sebangau, dan Rakumpit.

Tiang pertama pembangunan Kota Palangkaraya dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 17 Juli 1957 dengan ditandai peresmian Monumen/Tugu Ibukota Kalteng di Pahandut ketika itu. Kemudian berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1958 Ibukota Kalteng yang semula Pahandut berganti nama Palangka Raya. Namun tanggal Hari Jadi Kota Palangkaraya tetap tanggal 17 Juli 1957. 

Kota Palangkaraya dihuni oleh 220.962 jiwa dari beragam suku terutama Dayak, Banjar, Jawa, Madura, Sunda, Bali, dan suku Batak, dengan kepadatan penduduk rata-rata 92.067 jiwa tiap km² (hasil sensus Penduduk Indonesia 2010). 

Kota ini dibelah sungai besar, yaitu Sungai Kahayan. Alat transportasi sungainya dapat menggunakan kapal kecil seperti jukung, getek dan kelotok. Juga terdapat 3 buah sungai buatan, yaitu Pangaringan I, Pangaringan II, dan Pangaringan III. 

Di tengah kota ini terdapat Jembatan Kahayan yang membentang di atas Sungai Kahayan. Jembatan yang juga menjadi landmark kota ini menghubungkan Pahandut dan Pahandut Seberang.

Jalan darat antar-provinsinya menghubungkan antara Kota Palangkaraya dengan Kota Banjarmasin (Kalsel), melalui Jembatan Tumbang Nusa dan Jembatan Barito yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 3-4 jam secara nyaman. Selain itu jalan darat antar-provinsi ke Kota Pontianak (Kalbar) merupakan jalan rintisan melewati Kabupaten Sukamara. 

Akses udaranya lewat Bandara Tjilik Riwut (dulu bernama Panarung). Bandara ini menghubungkan Palangkaraya dengan kota-kota di pedalaman serta antar-provinsi di Indonesia. 

Ada sejumlah airlines yang beroperasi, antara lain Garuda Indonesia yang menghubungkan Palangkaraya dengan tujuan Jakarta, Balikpapan, dan Pontianak. Lalu Citilink Indonesia (Palangkaraya ke Surabaya); Lion Air (Palangkaraya ke Jakarta dan Surabaya), dan Susi Air yang menghubungkan Palangkaraya dengan tujuan Mura, Barut dan sekitarnya. 

Nah, objek wisatanya cukup beragam. Ada objek wisata bahari berupa Pantai Ujung Pandaran di Kota Waringin Timur. Pantainya memiliki pemandangan yang eksotis dengan jajaran pohon kelapa yang berjajar dan berpasir pantai putih nan halus. 

Juga ada Taman Wisata Fantasi Beach yang berjarak sekitar 21 Km dari Kota Palangka Raya atau sekitar 20 menit dengan berbagai kendaraan. Di dalam taman yang dikelola pihak swasta ini ada beragam wahana permainan seperti memancing, flying fox, sepeda air, dan lainnya. 

Objek wisata budayanya antara lain rumah adat tradisional Dayak yaitu Rumah Adat Bentang. Bentuk rumahnya memanjang ke belakang dengan atap yang sedikit lancip. Sedangkan objek wisata sejarahnya ada Museum Balanga yang mengoleksi benda-benda tradisonal masyarakat Dayak dam juga sejarah dari Kota Palangkaraya. Sementara objek wisata buatannya ada Bundaran Besar, Bundaran Kecil, dan Bundaran Burung. 

Kalau lokasi wisata kulinernya cukup banyak, antara lain RM. Kampung Lauk di Jalan Trans Kalimantan arah Gunung Mas daerah Pahandut Seberang, dan Kum-Kum di Jalan Trans Kalimantan arah Gunung Mas juga daerah Pahandut Seberang.

Juga RM Pelangi, RM Alan, Warung Soto Banjar, dan Warung Ketupat Kandangan di Jalan Dr Murjani, serta RM. Fadli dan RM AA di Jalan Yos Soedarso, lalu Warung Makan Samba di Jalan RTA. Milono. 

Selain itu ada Tjilik Riwut Gallery & Resto yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Palangkaraya yang menyajikan aneka makanan tradisonal khas Palangkaraya seperti menu Ikan Lais Bakar dan sayur rotan muda. 

Ikan Lais adalah salah satu jenis ikan air tawar yang hidup di sungai-sungai Kalimantan. Selain dibakar juga dikeringkan atau diasapkan. 

Menu Ikan Lais dan Sayut Rotan Muda juga ada di RM Pondok Bambu di Jalan Adonis Samad, Langkai, Jekan Raya, Palangkaraya.

Objek wisata alamnya Danau Tahai dengan daya tarik airnya yang berwarna kemerahan karena adanya senyawa yang berasal dari tanah gambut yang mengendap di dalam danau dan juga dipengaruhi adanya pepohonan yang ada di sekitar danau.

Juga ada Penangkaran Orang Utan Bos Nyaru Menteng milik Yayasan BOS (Borneo Orangutan Survival) untuk melihat sekawanan orangutan. Lokasinya tak jauh dari Danau Tahai. 

Objek wisata sungainya berupa wisata susur sungai dengan kapal susur dari kayu atau river cruise. Sungai yang disusuri adalah Sungai Kahayan dan sungai lainnya.

Kapal susur sungainya berada di Dermaga Tugu Pahlawan. Kapal yang dimiliki pemerintah daerah ini berangkat setiap tiga jam sekali. Setiap kapal mampu menampung sekitar 25 orang sekali jalan. 

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP