. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Kamis, 13 April 2017

Tingkatkan KunjunganTuris Singapura dan Malaysia ke Kepri, Begini Strateginya

Badan Pusat Statustuk (BPS) mencatat jumlah wisatawan asal Singapura yang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tahun 2016 baru 1,01 juta sedangkan Malaysia 249 ribu orang. Padahal kedua negara tetangga itu berbatasan langsung dengan beberapa pulau di Kepri, terlebih Singapura yang hanya 45 menit dengan kapal ferry cepat ke Batam.

Tentu perlu strategi jitu untuk meningkatkan kunjungan turis dari kedua negara jiran itu.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri pun melakukan berbagai upaya untuk mencapai target itu antara lain mengeluarkan new branding pariwisatanya Wonderful Riau Islands.

“Kalau pakai kata Kepri orang luar atau wisatawan mancangera (wisman) kurang familiar. Mereka tahunya Riau Islands,” terang Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Kepri Buralimar, M.Si di acara Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Strategi Pemasaran Cross Border yang digelar Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Hotel Golden View, Batam, Kepri, Selasa (12/4).

Menurut Buralimar, Kepri memiliki 10 pintu masuk buat wisman, terdiri atas 9 pelabuhan ferry internasional dan 1 bandara udara internasioal yakni Hang Nadim Batam.

Namun wisman paling banyak masuk lewat Batam sekitar 75%, Bintan (15%), Tanjungpinang (5%), dan Karimun sekitar 5 %. Tahun 2016 jumlah wisman yang masuk lewat Batam 1.432.472 orang, Bintan (305.404), Kaimun (89.107), dan Tanjungpinang sebanyak 93.249 orang.

“Total dari 4 pintu masuk utama wisman ke Kepri itu sebesar 1.920.232 namun jumlah itu turun 5,76% dari tahun 2015 yang totalnya 2.037.673. Penurunan terjadi lewat pintu Batam. Tahun 2015 wisman yang masuk dari Batam 1.545.818,” ungkap Buralimar.

Singapura masih menjadi penyumbang wisman terbanyak ke Kepri, disusul Malaysia, dan ketiga kini China. “Singapura paling banyak karena letaknya paling dekat dengan Batam, cuma 45 menit naik kapal cepat ke Pelabuhan Ferry Internasional di Batam. Tarifnya cuma Rp 350 ribu PP. Kalau dari Malaysia sekitar 60 menit saja,” kata Buralimar.

Sebagain besar turis Singapura ke Kepri tujuannya untuk berbelanja sekitar 57 %. “Selain itu untuk sightseeing ada 44%, healty & beauty 18%, dan wisata kuliner sekitar 15%,” terangnya.

Begitupun dengan wisatawan asal Malaysia, belanja menjadi tujuan favorit mereka ke Kepri, terutama ke Batam.

Lebih lanjut Buralimar menjelaskan Batam memang diperuntukan sebagai destinasi belanja, hiburan, sport, dan MICE.

Sayangnya untuk MICE, Batam masih untuk kegiatan berskala provinsi dan Nasional, baik itu konser musik, meeting, dan lainnya.

“Belum pernah MICE berskala ASEAN atau bahkan dunia, seperti pertemuan Menteri Pariwisata se-ASEAN, konser musik mancanegara, dan lainnya digelar di Batam. Ini dikarenakan belum ada satu pun Event Organizer (EO) Batam yang tercatat di asosiasi EO internasional,” ungkap Buralimar.

Andalan terbaru Batam sebagai destinasi utama Kepri adalah Funtasy Island yang diklaim sebagai Eco Theme Park terbesar di dunia sejak 2015.

Funtasy Island tersebut memiliki 7 pulau yaitu Pulau Air, Manis, Asam, Anak Ladang, Great 1, Great 2 dan Great 3. Di sana ada berbagai fasilitas dan wahana, termasuk akan dibangun 700 villa yang terdiri dari 150 floating unit atau di atas laut dan 550 unit di daratan.

“Batam juga punya objek wisata bahari andalan yakni pantai di Nongsa yang kerap dijadikan lokasi kegiatan festival, sport tourism, dan cruise. Batam juga memiliki Infinite Studio, studio animasi terbesar di Asia Tenggara,” ungkap Buralimar.

Kalau Bintan, lanjutnya menjadi leisure destination dan sport tourism bertaraf internasional terutama di Lagoi Bintan Resort.

Lain lagi Tanjungpinang yang dulu menjadi pusat kerajaan Melayu Riau-Johor-Lingga, sambungnya cocok sebagai destinasi sejarah dan budaya.

“Pulau Penyengat di seberang Tanjungpinang dengan Masjid Jami Penyengat-nya yang berwarna kuning, lebih pas dijadikan sebagai objek wisata desa budaya,” terang Buralimar.

Karimun sebagai destinasi ecotourism dan kuliner. “Sedangkan Lingga yang berjuluk "Bunda Tanah Melayu" menjadi destinasi ecotourism. Belakangan ini mulai banyak turis bule asal Eropa yang ke Lingga,” terang Buralimar.

Sementara Anambas dan Natuna, diperuntukkan sebagai destinasi bahari, minat khusus, dan budaya. “Salah satu andalan wisata baharinya adalah Pulau Bawah di Kepulauan Anambas,” ungkap Buralimar.

Strategi lain yang dilakukan Kepri untuk menjaring wisman asal Singapura, Malaysia, dan sejumah pasar potensial seperti China, India, Filipina, Korea, dan Jepang adalah dengan menggelar sejumlah festival di sejumlah daerah, di luar Batam dengan dukungan Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

“Tahun ini ada Festival Gunung Daek di Lingga, Festival Padang Melang di Anambas, Festival Pulau Senoa di Natuna, dan Festival Bahari Kepri di Tanjungpinang,” terang Buralimar.

Festival-festival tersebut bertujuan agar wisman Singpura, Malaysia, dan pasar potensial di atas mau berdatang ke daerah/kota tempat diselenggarakan festival-festival tersebut.

“Minimal setelah mereka berwisata di Batam, kemudian melanjutkan ke Tanjungpinang, Lingga, Natuna, Anambas, dan juga Karimun. Sehingga masa tinggal mereka di Kepri jadi lebih lama,” ungkapnya.

Plt. Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kemenpar, Hariyanto mengatakan strategi pembangunan pariwisata khususnya di wilayah cross border, termasuk di Kepri harus mengutamakan 3A yakni Attraction, Amenity, dan Accessibility, serta ditambah Ancillary.

“Atraksi dengan memperkuat daya tarik berbasi budaya dan piusaka (cuture and heritage), teknologi untuk smart city dan industri kreatif untuk kota kreatif dengan memperkuat basisi sumber daya alam, budaya, dan komunitas,” terangnya.

Kalau Amenity, misalnya dengan membangun amenitas berbasisi potensial lokal, seperti homestay, pasar, kawasan budaya, dan kawasa ekowisata. Sedangkan Accessibility dengan memperuat akses pada pasar utama dan pergerakan internasional, baik itu aksebilitas untuk transportasi darat seperti kereta api/bis, pengembangan bandara serta pelabuhan.

“Kalau Ancillary, dengan menyediakan fasilitas tambahan untuk kenyamanan wisatawan seperti kereta wisata, TIC, souvenir center dan lainnya,” ungkap Hariyanto.

Nara sumber lainnya Budi Rizanto Binol dari Ogilvy Public Relation mengatakan untuk menjaring wisman asal Singapura, Malaysia dan sejumlah pasar potensial pertama yang arus dilakukan adalah mengenali profil wisatawannya masing-masing.

Rentang usia calon wisatawan itu antara 20-54 tahun. Menurut Budi dalam menentukan daerah tujuan wisata, calaon wisatawan sangat dipengaruni oleh brand, informasi, dan pengalaman yang dapat ditawarkan.

Selain itu, harga juga menjadi faktor penentu dalam memutuskan destinasi yang akan dituju. “Apakah harga yang ditawarkan sebanding dengan pengalaman yang akam mereka peroleh atau tidak,” ujar Budi.

Strategi pemasaran yang harus dilakukan, lanjut Budi dengan menggunakan pendekatan komunikasi terintegrasi.

“Metode pemasaran yang efektif dengan menyebarluaskan informasi terpadunya secara merata lewat berbagai saluran komunikasi dan kesempatan,” terangnya ditambah bekerjasama dengan berbagai pihak yang terencana agar memberikan dampak dan keberlangsungan pasar yang diharapkan.

Dr. Hery Margono nara sumber berikutnya, juga  senada dengan Budi. Menurut praktisi bidang kepariwisataan ini strategi awal untuk menjaring lebih banyak wisman asal Singapura, Malaysia dan pasar potensia lain Kepri adalah dengan cara memahani profil wisatawan negara bersangkutan.

Hery memberi contoh, untuk pasar Singapura secara umum cenderung mencari penawaran belanja besar dan menggunakan waktu liburan untuk istirahat dan mengeksplorasi.

“Kalau yang sudah berkeluarga, cenderung ke taman hiburan, mencari tempat-temat baru, dan meleburkan diri dalam pengalaman otentik sebuah budaya baru. Kalau yang masih muda 20-34 tahun cenderung mengeksplor wisata alam,” terangnya.

Menurut Hery, rata-rata wisatawan Singapura melakukan perjalanan seputar ASEAN. “Strategi Branding-nya dengan meningkatkan awareness dan informasi tentang Pesona Alam khususnya buat mereka yang berusia 20-34 tahun. Advertising-nya, pemasangan iklan yang terfokus pada pemuatan informasi dan imagery Pesona Alam sesuai usia target pasar dengan mengutamankan penggunaan aset digital. Sedangkan Selling-nya, menjual paket-paket tur yang menonjolkan keindahan alam Kepri,” beber Hery.

Kemenpar sendiri telah menargetkan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2017 sebesar 15 juta turis. Nah, Kepri sebagai salah satu wilayah cross border mendapatkan jatah target kunjungan sebanyak 2,5 juta wisman tahun ini.

Mampukah Kepri mencapai bahkan melebihi target itu lewat strategi yang tengah dijalankan termasuk saran/input dari berbagai pihak terkait di atas sebagaimana disampaikan lewat FGD Great Batam ini? Kita tunggu saja hasilnya.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

Captions:
1. Acara pembukaan FGD Penyusunan Strategi Pemasaran Cross Border di Batam.
2. Kadispar Pemprov Kepri Bulimar.
3. Salah satu mall yang kerap dikunjungi turis Singapura dan Malaysia di Batam.
4. Welcome to Batam di atas bukit.
5. Masjid Jami Penyengat.
6. Plt. Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusanatra, Kemenpar, Hariyanto.
7. Suasana FGD Penyusunan Strategi Pemasaran Cross Border.
8. Peserta FGD dari berbagai unsur pemerintah, insudtri wisata, komunitas dan media.
9. Para peserta FGD Great Batam berfoto bersama narasumber.

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP