. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Rabu, 12 April 2017

City Tour Batam ke Masjid dan Kapal Cheng Ho, Tak Sampai 2 Jam

Biasanya city tour bisa menghabiskan waktu minimal seharian. Tapi di Batam, bisa dilakoni tak sampai 2 jam. Objek yang disambangi antara lain Masjid dan Kapal Cheng Ho.

Itulah city tour yang dilakukan para peserta Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Strategi Pemasaran Cross Border 2017 yang digelar Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Nusantara, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) di Hotel Golden View, Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Rabu (12/4).

Usai mengikuti pemaparan Materi I berjudul “Arah Kebijakan Pemasaran Pariwsta Nusantara” yang disampaikan Plt. Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara Hariyanto,S.Sos,.M.M lalu dilanjutkan Ishoma, sekitar 66 peserta FGD ini langsung naik bis besar menuju beberapa objek wisata terdekat dari venue acara.

Masjid Muhammad Cheng Ho, menjadi objek wisata pertama yang dituju peserta city tour berdurasi 2 jam ini. Masjid berarsitektur khas Tiongkok ini terletak di wisata Golden Prawn, Bengkong Laut, Kecamatan Bengkong, Batam.

“Wisatawan yang datang ke Golden Prawn, biasanya mampir ke Masjid ini sekaligus ke Kapal Cheng Ho,” kata Sugiyanto, tour guide dari Pemprov Kepri yang memandu peserta.

Yanto begitu biasa dia sapa mengatakan Masjid dan Kapal Cheng Ho diresmikan pada Februari 2015 lalu oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Mesjid tersebut berdiri di kawasan wisata Golden Prawn, di atas lahan seluas 700 meter persegi. Luas bangunannya mencapai 10 x 20 meter persegi dan tingginya 11,5 meter. “Bentuknya mirip seperti aslinya yang ada di Surabaya,” kata Yanto.

Sepintas, fisik dan warna bangunan masjid ini seperti kelenteng. Apalagi tidak ada kubahnya sebagamana umumnya masjid. Tapi di puncak bangunannya ada lafas Allah yang menandakan bangunan itu masjid, sekaligus bikin banyak wisatawan penasaran.

Di bagian dalam masjid ini juga terdapat banyak tulisan kaligrafi Islam dan juga ada mimbar. Ruangan dalamnya bisa menampung sekitar 180 jamaah untuk shalat berjamaah.

Lantaran hujan, tak seorang pun peserta FGD yang memasuki masjid ini. Beberapa peserta termasuk TravelPlus Indonesia hanya memotret masjid tersebut dari balik kaca bis.

Sebelum melanjutkan perjalanan, Yanto menjelaskan Masjid Muhammad Cheng Ho ini kerap dikunjungi wisatawan dari negara tetangga terutama dari Singapura, Malaysia, dan lainnya pada saat liburan dan akhir pekan.

Objek kedua berikutnya yang dikunjungi peserta FGD ini adalah Kapal Golden Cheng Ho II, masih kawasan Golden Prawn, Bengkong Laut.

Di depan pintu masuk ke kapal tersebut berdiri patung Laksamana Cheng Ho. Beberapa peserta tak ketinggalan foto narsis di bawah patung itu.

Siang itu ada tiga orang tukang tengah bekerja memperbaiki beberapa bagian dari kapal sepanjang 30 meter dan lebar 8 meter ini.

Kapal yang didominasi warna merah dengan ornamen khas Tiongkok dan relief berbentuk naga berwarna emas di bagian depan ini, kabarnya dibuat pada 1991 di Tiongkok.

Tergoda kekhasan kapal tersebut, sejumlah peserta FGD Penyusuan Strategi Pemasaran Cross Border pun berfoto bersama di jembatan yang menghubungkan restoran dengan badan kapal tersebut.

Replika Masjid dan Kapal Cheng Ho di Batam tak lain untuk membuktikan bahwa Batam menjadi satu dari 9 titik Jalur Samudera yang dilewati Laksamana Cheng Ho, Panglima asal Negeri Tiongkok yang membawa rombongan sebanyak 137 ribu anak buah kapal dengan menggunakan 317 kapal.

Laksamana Cheng Ho konon berlayar mengarungi samudra luas dengan rombongannya untuk menyebarkan agama Islam.

Wisatawan yang ingin ke Masjid dan Kapal Cheng Ho ini bisa naik taksi dari Bandara Hang Nadim Batam dalam waktu sekitar 30 menit. “Kalau dari Nagoya, Batam, lebih dekat lagi sekitar 15 menit. Pengunjung tidak dikenai tiiket masuk ke Masjid dan Kapal Cheng Ho ini,” kata Yanto.

Selain ke Masjid dan Kapal Cheng Ho, rombongan FGD juga diajak ke Chocolate House, lalu melewati lokasi Gokart, Kedai Kopi, Factory Outlet Batik yang menjual aneka batik dari berbagai daerah di Indonesia, dilanjutkan ke sentra Kaos Polo serta melewati Taman Mini khas Batam.

Tak sampai 2 jam akhirnya city tour pun berakhir. Seluruh peserta kemudian kembali ke Hotel Golden View untuk mengikuti pemaparan materi II berjudul “Strategi Pemasaran Cross Border” yang disampaikan Budi Rizanto Binol dari Ogilvy Public Relation.

Malamnya selepas bersantap dilanjutkan mengikuti Materi III bertajuk “Potensi Destinasi Wisata Cross Border Great Batam" dengan nara sumber Dr. Hery Margono selaku praktisi bidang kepariwisataan.

Tak Cuma Belanja & Hiburan
Keberadaan objek-objek yang dikunjungi peserta FGD dalam city tour singkat di  Batam ini membuktikan bahwa Batam tak cuma destinasi belanja dan hiburan.

Namun tak bisa dipungkiri Batam masih menjadi tujuan berwisata belanja dan hiburan bagi sebagian besar wisatawan dari dalam maupun negara tetangga. Selain tentunya sebagai venue bermacam kegiatan MICE dan pagelaran musik bertaraf nasional.

Buktinya wisatawan yang datang ke pulau yang berbatasan dengan Singapuira dan Malaysia ini kerap menyambangi sejumlah pusat perbelanjaan yang menjual beragam produk, sentra kuliner, pusat oleh-oleh, teruma di siang hari. Dan malamnya mampir ke bermacam tempat hiburan seperti diskotik, karoke, pijat, dan lainnya.

"Batam itu kalau siang tempat wisatanya ibu-ibu, malamnya buat bapak-bapak," seloroh Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kepri Buralimar M.Si sewaktu membuka FGD Great Batam ini.

Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP