. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 10 April 2017

Barapan Ayam Khas Sumbawa Barat Diminati Turis Bule

Keook.., keeoook.., keeeooookkk… Begitu jeritan ayam-ayam balapan di lapangan itu, saat bagian bokongnya dipukul dengan Lutar, sebilah rotan yang bagian ujungnya dibelah-belah seperti lidi.

“Kenapa ayam itu dipukul?” tanya seorang pria yang menonton Barapan Ayam, yakni kegiatan balapan ayam khas masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang digelar di Lapangan Poto Tano, Desa Mantar, Kecamatan Seteluk, sekitar 2 Km dari Pelabuhan Poto Tano, saat pelaksanaan Festival Mantar 2017, awal April lalu.

“Supaya lari ayamnya kencang,” ujar Ahmad pemilik ayam itu dengan mimik dingin. “Tapi kasihan kan,” kata pria itu yang sepertinya bukan warga Sumbawa Barat melainkan wisatawan nusantara (wisnus).

Ahmad diam saja, sambil tersenyum. Tak lama kemudian dia membalasnya. “Ini ayam balapan, sudah dilatih dan diberi ramuan khusus, jadi tidak apa-apa,” ucapnya.

Tapi jawaban Ahmad sepertinya tidak membuat pria itu puas. Dia tetap saja merasa kasihan. Apa yang dirasakan wisnus itu sebenarnya sama seperti apa yang saya rasakan. Ya kasihan sama-ayam-ayam itu, terutama saat dipukul pemiliknya sampai berkeok-keok seakan-akan menjerit-jerit minta ampun.

Mungkin karena wisnus itu dan saya baru pertama kali melihat Barapan Ayam jadi timbul rasa iba itu. Tapi buat warga setempat, terlebih pemiliknya, sepertinya sudah terbiasa. “Semakin sering dipukul semakin kuat ayam itu berlari,” tambah Ahmad.

Tradisi Barapan Ayam di Desa Mantar, KSB sudah berlangsung turun-temurun sejak jaman leluhurnya. Sesuai namanya, yang dilombakan adalah ayam jago.

Ayam tersebut diberi hiasan di antara bulunya. Nama hiasannya “Jambo” yang menandakan bahwa ayam itu adalah ayam balapan. Fungsi Jambo juga untuk memasang “Noga”, alat yang terbuat dari rotan berukuran sekitar 60 cm untuk menyatukan dua ekor ayam.

Selain Noga dan Jambo, ada satu alat lagi yang dipakai buat Barapan Ayam ini, namanya “Lutar.” Lutar juga terbuat dari rotan dengan ujung yang dibelah dan dikasih rumbai-rumbai dari plastik.

Fungsi alat ini sebagai penggebuk bokong ayam agar ayamnya berlari kencang dan terarah ke titik finish yang dituju.

Panjang dari start ke finish sekitar 150 meter. Di depan start ada seorang wasit. Sedangkan di ujung garis finish ada tiga juri yang menilai setiap aksi peserta apakah kedua ayamnya mencapai garis finish dan mengenai sebuah patok kayu setinggi 20-30 cm yang dikenal dengan nama “Saka”.

Noga, rotan penghubung kedua ayam itu, harus mengenai Saka tersebut. Kalau tidak kena, berarti gagal dan harus mengulang.

Saat peserta menggiring kedua ayam itu sambil berlari kencang, penonton pun bersorak-sorai. Kalau kedua ayam itu gagal mengenai Saka, penggiringnya tak segan memukul kedua ayam itu lagi dengan Lutar berkali-kali.

Menurut Ahmad, untuk mengikuti Barapan Ayam ini, pesertanya melakukan latihan fisik seperti lari sprint sambil menggiring ayam.

Para pemilik ayam pun mengadakan ritual terlebih dahulu dengan cara memandikan ayam-ayam balapannya sambil dimanterai dan diberi ramuan khusus berupa pil dan minyak ajaib agar jadi kuat dan hebat.

Selain ratusan warga Sumbawa dan Lombok serta beberapa wisnus, pantauan Travelplus Indonesia, penonton Barapan Ayam tersebut juga ada dua wisatawan mancanegara (wisman) asal Eropa. Kedua bule itu nampak serius mengabadikan balapan ayam tersebut dengan video camera-nya.

Tak bisa dipungkiri Barapan Ayam menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi Pulau Sumbawa, khususnya KSB, selain Gunung Tambora, Pulau Kenawa, dan objek wisata alam lainnya.

Barapan Ayam di KSB ini membuktikan bahwa kegiatan atau lomba dengan menggunakan beragam hewan tersebar di sejumlah daerah di Tanah Air.

Buktinya di Madura, Jawa Timur ada Karapan Sapi atau balapan sapi; di Jembrana, Bali ada Makepung atau balapan kerbau (buffalo race); di Payahkumbuh, Sumatera Barat (Sumbar) ada Pacu Itik; di Tanah Datar masih wilayah Sumbar ada Pacu Jawi atau Pacu Sapi,  di Takengon, Aceh ada Pacu Kude atau Pacu Kuda; di Garut, Jawa Barat ada Adu Domba, dan di Sumbawa, NTB  juga ada Barapan Kebo atau Balapan Kerbau, selain Barapan Ayam.

Semuanya punya keunikan masing-masing dan terbukti pula mampu menjaring wisatawan baik lokal, nusantara maupun mancanegara.

Melihat potensi besar dalam meraup wisatawan itu, TravelPlus Indonesia menilai sudah saatnya dibuat sebuah festival pacu berskala nasional yang mencakup semua pacu tersebut di atas dengan kemasan menarik berkualitas internasional. Dengan catatan jadwalnya jelas/pasti baik tempat dan waktunya, serta terpromosikan secara gencar dan luas.

Naskah dan foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP