Data Kunjungan Wisman 2016 Versi BPS Beda dengan Kemenpar? Ah 'Mengusik'
Perolehan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun 2016, boleh dibilang ‘mengusik’. Kenapa? Ya karena jumlah yang diperoleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berbeda cukup signifikan dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Koq bisa?
Ceritanya begini.
Kemenpar mengklaim jumlah wisman yang masuk ke Indonesia selama tahun 2016 mencapai 12,023 juta orang atau di atas target yang ditetapkan sebesar 12 juta wisman.
Nah, sedangkan BPS justru mendata jumlah wisman yang masuk sepanjang 2016 hanya 11,52 juta orang.
Jumlah tersebut sebenarnya meningkat 11,07 persen dibandingkan pencapaian tahun 2015 sebesar 10,41 juta orang. Tetapi angka pencapainnya di bawah target, dengan kata lain Kemenpar gagal capai target 12 juta versi BPS.
Jelas Kemenpar geram dicap gagal. Lewat Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara-nya, I Gde Pitana yang turut bertangungjawab atas pencapaian wisman ke Indonesia menjawab tegas: TIDAK!
Menurut pria berdarah Bali ini, tim internal Kemenpar memproyeksikan lebih dari 12 juta. Nah lho, koq bisa? Inilah yang bikin muncul kata ‘mengusik’ itu.
Kata Pitana, pencapaian target di atas 12 juta wisman 2016 itu dari hasil data perolehan BPS 11.519.257 ditambah 504.696 wisman atau 4,2 % kunjungan wisman bulan Januari-September 2016 yang belum dimasukan BPS.
Lho kenapa sampai data selama 9 bulan itu tidak dimasukkan? Ah ‘mengusik’ lagi.
“Kami harus mencicil 20 juta hingga 2019, agar beban target 2017-2018 menjadi lebih confidence,” kilah Pitana sesuai pers release yang dikirim Humas Kemenpar kepada Travelplus Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu, sebelum gaungnya ‘terkubur’ oleh gempita pemberitaan kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi ke Indonesia.
Angka 4,2 % yang dimaksud adalah peningkatan akurasi data dari total wisman. Angka ini merupakan bagian dari total koreksi BPS yang bila dijumlahkan mencapai 504.696 dari total capaian wisman 2016 tadi.
Berdasarkan release lainnya, Kepala BPS Kecuk Suharyanto dikabarkan sudah mengkonfirmasi dan menyebut 4,2 % yang tidak dimasukkan karena tidak boleh backcasting oleh Forum Masyarakat Statistik (FMS).
“BPS sebenarnya sudah setuju dengan ekstrapolasi Januari-September 2016 sebesar 504 ribu (42%) itu. Dan sudah dipresentasikan dengan FMS pada tanggal 8 Februari 2017. Hanya saja FMS belum merekomendasi angka 504 ribu itu untuk dimasukkan. Tetapi BPS maupun FMS mempersilakan Kemenpar menggunakan angka 12.023 juta untuk kepentingan pariwisata,” aku Pitana.
Kata Pitana lagi, data ekstrapolasi 504 ribu wisman itu sangat valid, bahkan sulit dibantah karena dihitung dengan menggunakan teknologi Big Data – Mobile Positioning Data (MPD).
MPD itu hanya untuk menghitung 19 kabupaten dan 46 kecamatan selama tahun 2016 di crossborder area atau Pos Lintas Batas (PLB) yang belum ada Tempat Pemeriksaan Imgrasi (TPI)-nya.
Selama ini, sambung Pitana daerah perbatasan yang non TPI ini dilakukan dengan cara di-survey, yakni mengambil sampling selama beberapa hari untuk memotret satu tahun.
“Teknologi MPD ini sudah tidak lagi menggunakan metode survey tetapi sudah sama dengan sensus, semua orang yang keluar masuk melewati batas wilayah itu, langsung ter-record oleh mesin,” paparnya.
Akhirnya Pitana tak lagi mempersoalkan BPS yang tidak memasukkan data 504 ribu itu. Dia menghormati apa yang sudah diputuskan oleh lembaga statistik itu.
Menurutnya data yang tidak dimasukkan 4,2 % itu sebenarnya belum semuanya. “Masih ada lagi yang belum dicatat, seperti mereka yang tidak menggunakan telepon seluler, mereka yang mematikan seluler, atau mereka yang mengganti SIM Card local,” ungkapnya.
Kalaupun mengabaikan ekstrapolasi 504 ribu wisman di perbatasan TPI itu, lanjut Pitana tetap saja angka capaian wisman 2016 versi BPS sebesar 11,519 juta itu sudah naik 11,07 % dari periode yang sama tahun 2015.
Kata Pitana, growth itu tergolong fantastic, tertinggi dalam
lima tahun terakhir. Bahkan angka itu sudah jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan Thailand yang hanya 8,91 % dan Singapura 7,69 %.
Nah, bagaimana menurut Anda dengan data tambahan ekstrapolasi 504 ribu wisman (4,2 %) di perbatasan TPI hasil temuan tim internal Kemenpar dengan Teknologi MPD yang diklain sangat valid? Anda masih ‘terusik’? Ah, terserahlah.
Naskah & foto: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
0 komentar:
Posting Komentar