. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Jumat, 03 Februari 2017

Ssssttt.., Ini Rahasia Sukses Pariwisata Banyuwangi

Sejak Banyuwangi dipimpin Abdullah Azwar Anas, tak bisa dipungkiri sektor pariwisatanya jadi berkilau sinarnya dan mentereng prestasinya.

Tahun 2014 hingga 2016 misalnya, Banyuwangi mendapatkan sekurangnya 20 awards bergengsi tingkal Nasional antara lain Investment Award, Government Award, Democracy Award, Piala Adipura, Progressive Leader Award dalam ajang Inspiring Young Leader (IYL), Social Media Award, Marketing Champion untuk kategori pemerintahan, Tata Ruang Terbaik se-Indonesia, Inovasi Pelayanan Terbaik se-Tanah Air, dan Obsession Award untuk katergori Best Achiever Regent (bupati dengan pencapaian terbaik) karena dinilai sukses sebagai penggerak potensi wisata sehingga bisa menjadikan Banyuwangi sebagai destinasi wisata dan investasi baru.

Prestasi Kabupaten ber-branding Majestic Banyuwangi ini pun melonjak ke tingkat internasional, antara lain menyabet penghargaan  UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori ”Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola” dari Badan Pariwisata Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations World Tourism Organization/UNWTO) dalam ajang "12th UNWTO Awards Forum" di Madrid, Spanyol.  Ketika itu Banyuwangi berhasil mengalahkan nominator kuat lainnya dari Kenya, Puerto Rico, dan Kolombia.

Apakah bupati berbadan mungil berusia 43 tahun yang nampak awet muda ini penyebabnya? Ya tentu saja.

Suka tidak suka, terima atau tidak terima, Anas begitu biasa Bupati Banyuwangi itu disapa memang menjadi aktor dibalik kesuksesan pariwisata Banyuwangi  yang sebelumnya ber-tagline/be-slogan The Sunrise of Java.

Travelplus Indonesia bulat menilai bahwa Anas-lah Bupati Banyuwangi yang paling respek/perhatian besar terhadap sektor pariwisatanya dibanding bupati-bupati sebelumnya.

Sepak terjang pria kelahiran Banyuwangi, 6 Agustus 1973 yang menjabat sebagai Bupati Banyuwangi sejak 2015-2021 ini, membuat masyarakat Banyuwangi menjadi sadar dan semakin melek bahwa daerahnya punya beragam pontesi wisata yang luar biasa, yang selama ini kurang dikelola, dikemas, dan dipromosikan secara optimal.

Bukankah Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pernah berulang kali bilang, Chief Executive Officer (CEO) atau pemimpin (kalau kabupaten bupati, kota itu walikota, provinsi itu gubernur, dan negara itu presiden dibantu menteri pariwisatanya)-nya committed artinya respek terhadap sektor pariwisata, sudah dipastikan pariwisatanya akan cepat melesat dan cemerlang.

Apakah Anas yang dikenal sebagai  tokoh muda NU yang pernah menjadi Anggota MPR RI Utusan Golongan tahun 1997 sebagai anggota termuda (24 thn ketika itu) ini, jadi faktor satu-satunya yang membuat pariwisata Banyuwangi secerah seperti sekarang ini? Tentu saja tidak. Masih ada beberapa faktor pendukung lainnya.

Faktor alam misalnya, kabupaten yang berada di ujung Timur Pulau Jawa ini dianugerahi pesona alam yang terbilang  lengkap dari pantai ber-sunset menawan dengan gelombang ombak super dasyat sampai gunung berpanorama molek.

Beberapa objek wisata alam dan baharinya itu pun berkelas dunia, antara lain Kawah Ijen dengan Blue Fire-nya, Pantai Plengkung dengan ombaknya yang menjadi surfing spot para peselancar profesional dari berbagai negara, Pantai Sukamade dengan penyu-nya, dan Taman Nasional Baluran dengan Savana Sadengan yang disebut-sebut Afrika-nya Indonesia.

Faktor geografisnya pun amat mendukung.  Kabupaten berluas 5.782,50 Km persegi dengan panjang garis pantai sekitar 175,8 Km dan memiliki 10 buah pulau ini, berbatasan dengan Selat Bali di sebelah Timur. Artinya dekat dengan Bali.

Posisi tersebut sebenarnya merupakan keuntungan tersendiri bagi Banyuwangi, mengingat Bali merupakan kantong utama penyumbang wisatawan mancanegara (wisman) bagi Indonesia sampai saat ini.

Sayangnya keuntungan geografis itu, selama ini kurang disadari penduduk Banyuwangi yang berjumlah 1.6 juta berdasarkan data sensus tahun 2014.

Nah, sejak Anas memimpin, rupanya dia menangkap peluang itu. Mengingat Bali merupakan lumbung wisman, bagimana caranya dia berupaya melirik Bali agar turis-turis asing di Pulau Dewata itu tertarik terbang ataupun menyeberangi Selat Bali untuk berwisata ke Banyuwangi.

Faktor kreativitas SDM-nya pun jadi penguat. Buktinya mereka berhasil membuat Calendar of Events dengan nama Banyuwangi Festival (B-Fest) yang siap jual sejak 2012.

Menurut Menpar Arief Yahya, B-Fest yang dibuat Banyuwangi lalu dipromosikan di media digital (digital tourism) secara gencar sehingga berhasil menjadikan Banyuwangi sebagai salah satu destinasi yang paling populer di Tanah Air maupun mancanegara.

Ujung-ujungnya tren kunjungan wisnus dan wisman ke Banyuwangi mengalami peningkatan. Begitupun dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya.

“Secara keseluruhan jumlah wisatawannya baik wisnus dan wisman tahun 2016 mencapai 3.126.604, naik pesat dibanding tahun 2015 sebesar 1.972.393 wisatawan. Sebagian besar wismannya mengunjungi Kawah Ijen yang memiliki si-Api Biru,” kata Arief Yahya saat me-launching B-Fest 2017 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, Jumat (3/1) sore.

Peningkatan kunjungan wisatawan ke Banyuwangi, lanjut Arief juga karena ditunjang dengan aksesibilitas transportasi udara yang baik, selain transportasi lewat darat dengan bus dan kereta api serta via jalur laut dengan kapal ferry yang juga baik.

“Sejak ada penerbangan langsung dari Surabaya – Banyuwangi melalui Bandara Blimbingsari (PP) dan Denpasar – Banyuwangi PP pada 2014 yang lalu, kunjungan wisman dan wisnus ke Banyuwangi melonjak tajam,” ungkap Arief Yahya.

Jadi kunci sukses pariwisata Banyuwangi, lanjut Arief Yahya yang juga berdarah Banyuwangi dan Banten ini, juga karena berhasil menerapkan digital tourism dan konektivitas udara serta menyusul pengembangan homestay (pondok wisata).

“Ketiganya ini merupakan program prioritas Kemenpar,” pungkas Arief Yahya dengan senyum sumringah.

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi MY Bramuda pun turut membocorkan kesuksesan sektor pariwisata Banyuwangi. Dia bilang semau itu karena Banyuwangi menerapkan  empat strategi.

Pertama, menjadikan daerah sebagai ”produk” yang mesti dipasarkan potensi wisatanya, antara lain dengan melibatkan birokrasi sebagai tenaga pemasar alias salesman/salesgirl bagi pariwisata daerah.

Langkah kedua memilih startegi pemasaran yang tepat yakni menawarkan adventure untuk wisata alam dan experience untuk wisata budaya dan wisata even lewat serangkaian even Banyuwangi Festival (B-Fest) yang berbeda dengan daerah lain dengan membidik tiga segmentasi pasar yaitu kaum perempuan, anak muda, dan pengguna internet (netizen).

Kunci sukses ketiga melakukan inovasi berkelanjutan, seperti membuat ikon dan destinasi baru, di antaranya pengembangan Grand Watudodol, pembuatan rumah apung di kawasan Bangsring, pembangunan dermaga kapal pesiar di Pantai Boom yang bersinergi dengan BUMN, dan pembangunan green airport atau bandara berkonsep hijau yang tahun ini ditargetkan rampung.

Satu lagi, pengelolaan pariwisata event (event tourism) lewat B-Fest yang menyuguhkan beragam festival berkonsep nature, culture, dan sport tourism selama setahun penuh sebagai daya tarik wisata.

Menurut Bramuda, B-Fest seduh berlangsung sejak tahun 2012 dengan sekitar 35 even. Jumlah evennya kemudian terus bertambah, dan tahun ini Banyuwangi berhasil menyediakan 72 even  dalam B-Fest 2017. Wow, hebat.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji, @kemenpar & banyuwangikab.go.id

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP