. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Selasa, 14 Februari 2017

Inilah 15 Fakta tentang Tradisi Bau Nyale di Mandalika, Lombok Tengah

Masyarakat Suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah (Loteng) setiap tahun melaksanakan Tradisi Bau Nyale. Tahun ini, Tradisi Bau Nyale atau menangkap cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika itu kembali digelar.

Lambat laun Tradisi Bau Nyale akhirnta  menjadi salah satu daya pikat yang menjadi alasan mengapa wisatawan baik lokal, domestik maupun mancanegara bertandang ke Mandalika yang juga menjadi salah satu dari 10 destinasi prioritas atau ‘Bali Baru’, garapan Kementerian Pariwisata (Kemenpar). 

Tradisi tersebut pun belakangan dikemas dalam bentuk festival dengan suguhan beberapa acara seni budaya tradisional khas Lombok.

Berdasarkan pengamatan Travelplus Indonesia sekurangnya ada 15 (lima belas) fakta terkait penyelenggaraan Tradisi Bau Nyale tahun ini.

Pertama, tradisi ini digelar dua hari tanggal 16-17 Februari sebagai acara puncaknya, dimana tanggal tersebut sudah ditetapkan sesuai kesepakatan dan musyawarah dengan tokoh masyarakat setempat.

Kedua, pelaksanaan tradisi ini berlangsung setiap tahun ini namun tanggal/harinya tidak tetap artinya tergantung petunjuk para tokoh setempat. Sebagai pengingat tahun lalu, Bau Nyale 2016 berlangsung tanggal 27 dan 28 Februari.

Ketiga, lokasi peyelengaraannya hanya di perairan sekitar Mandalika terutama di Pantai Seger dan Pantai Kuta yang lebih dikenal warga setempat bernama Pantai Senek. Pelaksanaan Tradisi Bau Nyale tahun ini akan dipusatkan di Pantai Seger, Kecamatan Pujut, Kabupaten Loteng.

Keempat, seperti disunggung di atas tradisi Bau Nyale terkait erat dengan Legenda Putri Mandalika yang terjadi pada abad ke-16. Ketika itu kerajaan kuno Tanjung Bitu diperintah oleh Raja Tonang Beru dan Seranting ratunya yang memiliki putri bernama Mandalika.

Putri Mandalika berparas cantik, banyak pangeran dari berbagai kerajaan yang ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Putri Mandalika bingung menentukan mana pangeran yang akan menjadi suaminya.

Dia pun mengadakan syarat, para pangeran harus bertempur dan siap yang menang berhak menikahinya. Namun pertempuran antarpangeran terus bertambah dan semakin sengit.

Putri Mandalika akhirnya memutuskan mengorbankan hidupnya agar tidak ada lagi pertempuran memperebutkan dirinya. Dia melemparkan dirinya ke laut agar tidak ada pangeran yang bisa memilikinya.

Sebelum bunuh diri melompat ke laut, sang putri mengatakan bahwa dengan cara yang khusus, ia akan kembali setiap tahun untuk membawa nasib baik kepada orang-orang yang dicintainya. Tubuhnya menjadi ribuan cacing laut atau Nyale yang muncul di perairan sekitarnya.

Sejak itu masyarakat di Loteng khususnya mengadakan Tradisi Bau Nyale atau menangkap cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika.

Kelima, pada malam sebelum tradisi Bau Nyale dilakuan, biasanya masyarakat melakukan ritual sendiri di rumah masing-masing. Ada yang memotong ayam dan membuat ketupat.

Keenam, biasanya warga setempat menangkap kumpulan Nyale dengan menggunakan alat penjaring tradisional yang bernama sorok. Setelah ditangkap, Nyale segera dimasukkan ke dalam wadah terbuat dari anyaman bambu yang disebut kepis. Ada juga yang memasukkannya ke dalam botol air mineral, panci, ember ataupun bak kalau Nyale-nya sudah terkumpul banyak.

Ketujuh, Nyale yang ditangkap warnanya ada yang coklat, merah, hujau, kuning, dan jingga, dan biru. Panjangnya bisa sampai dua meter. Tapi karena terkena hempasan ombak, banyak nyale sudah tak utuh alias terputus-putus.

Kedelapan, Nyale ternyata mengandung banyak gizi. Ini terungkap setelah beberapa peneliti melakukan penelitian terhadap cacing laut atau Polychaeta sp tersebut. Berdasarkan analis proksimat yang dilakukan peneliti LIPI, Joko Pamungkas beberapa tahun lalu mengatakan cacing laut kaya Protein, Lemak, Fosfor, Magnesium, Kalium, dan klorida. Keutamaan Nyale lainnya dalam penelitian itu disebut juga dapat berfungsi sebagai antibiotik.

Kesembilan, Nyale pun dipercaya masyarakat Sasak berkhasiat menambah awet muda dan tambah cantik bagi wanita dan menambah gagah buat pria.

Bukan cuma itu, Nyale juga diyakini bisa meningkatkan vitalitas pria. Hasil hipotesis menyatakan makan Nyale maka libido atau tingkat seksualnya meningkat. Karena itu para bapak juga suka menyantap nyale, berharap jadi lebih ‘perkasa’.

Kesepuluh, Nyale bisa dimakan setelah diolah dengan cara digoreng Nyale Goreng seperti mie goreng dan dijadikan Pepes Nyale ditambah Sambel Cobek. Namun mayarakat setempat lebih sering menolah Nyale menjadi masakan Daun Nyale Kelak Santan. Kelak itu artinya masak.

Ada juga yang dikeringkan kemudian digunakan sebagai penyedap masakan. Tak sedikit pula yang memanfaatkan Nyale sebagai obat. Ada juga yang berani makan mentah (tanpa diolah) hanya ditaburi garam.

Kesebelas, masyarakat setempat juga percaya semakin banyak nyale didapat saat acara Bau Nyale, berarti menandakan hasil panen padi, jagung, dan sebagainya tahun ini bakal melimpah.

Nyale juga dipercaya warga dapat menyuburkan lahan pertanian. Biasanya Nyale hasil tangkapan warga, sebagian juga ditaburkan di sawah-sawah sebagai pupuk atau syarat agar panennya nanti banyak.

Keduabelas, Tradisi Bau Nyale tak bisa dipungkiri menambah daya tarik wisata budaya buat KEK Mandalika selain wisata bahari, wisata halal, dan wisata olahraga karena kabarnya di Mandalika akan dibangun Sirkuit F1.

Ketigabelas, tradisi ini sudah lama berhasil menjaring ribuan wisatawan baik lokal, domestik maupun mancanegara.

Keempatbelas, Tradisi Bau Nyale yang dilaksanakan Pemkab Loteng, tahun ini pun kembali mendapat dukungan baik dari Pemerintah Provinsi NTB maupun dari Pemerintah Pusat dalam hal ini Kemenpar, melalui Bidang Promosi Budaya, Asisten Deputi Seqmen Pasar Personal, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara. Nama event-nya pun diberi tambahan menjadi Festival Pesona Bau Nyale.

Kelimabelas, Festival Bau Nyale 2017 yang bertema “Heritage of Mandalika” ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tanggal 10 Februari dan puncaknya17 Februari.

Sejumlah acara dan lomba meramaikan festival ini antara lain lomba Fotografi (12-17/2), Volly Pantai (12-15/2), Peresean (12-13/2), Surfing (13/2), Festival Cilokaq (14-15/2), Betandak atau Bekayak, Napak Tilas Bau Nyale, Parade Budaya Pesona Bau Nyale, dan Pemilihan Putri Mandalika (16/2) serta Kampung Kuliner (16-17/2).

Selain itu ada suguhan seni budaya khas Lombok seperti Gamelan, drama kolosal yang menceritakan sosok Putri Mandalika, dan pertunjukan Wayang Kulit Sasak.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji, rico & rani

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP