. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Minggu, 12 Februari 2017

Empat Kota Ini Gelar Even Imlek & Cap Go Meh 2017 dengan Karakter Berbeda

Empat kota di Indonesia yang juga dihuni keturunan Tionghoa yakni Bogor, Manado, Singkawang, dan Palembang, baru saja menggelar even terkiat Imlek & Cap Go Meh 2017 dalam waktu bersamaan yakni, Sabtu tanggal 11 Februari. Meskipun even yang digelar bertema serupa, namun masing-masing memiliki karekter berbeda karena menyuguhkan sesuatu yang berbeda pula.

Even Cap Go Meh di Bogor, Jawa Barat (Jabar) yang diberi label Cap Go Meh Bogor Street Festival (CGM BSF) misalnya, tahun ini mengusung tema “Ajang Budaya Pemersatu Bangsa” menyuguhkan Topeng Kelana dari Sanggar Bagaskara dan atraksi Barongsai serta Liong Vihara Dhanagun.

Selain itu ada Karnaval Budaya yang diikuti Helaran Grup Seni tari Kijang Bogor, Grup Marawis Pesantren Rhoudhotul, Boneka raksasa China, dan 60 grup seni budaya dengan melibatkan sekitar 1.000 peserta karnaval.

Acara yang berlangsung sore, mulai pukul 16.00-23.00 di Jalan Suryakancana, Kota Hujan ini diklaim berhasil menjaring ribuan pengunjung dari sekitar Jabodetabek, dan daerah lain di Jabar yang memadati sepanjang Jalan Suryakancana dan sekitar Kebun Raya Bogor sampai selesai acara.

Lain lagi dengan perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar) yang juga berlangsung 11 Februari 2017, menyuguhkan naga lampion terpanjang se-Indonesia. Naga lampion sepanjang 178 meter dengan diamtera badannya 1,1 meter ini merupakan hasil sumbangsih Santo Yosep Singkawang Group.

Naga bertopang 50 ruas yang dibuat sejak 1 Oktober 2016 di Sungai Pintuh, Singkawang ini pun kabarnya memecahkan rekor MURI karena menjadi naga terpanjang yang dibuat di Indonesia.

Namun yang menjadi karakter khas Cap Go Meh di Singawang ini adalah Pawai Tatung. Tahun ini ada ratusan Tatung yang berpawai mulai dari Jalan Syafiudin (depan Sekretariat Panitia Imlek dan Cap Go Meh) menuju Jalan Alianyang, Jalan Firdaus (panggung kehormatan) tepatnya di Kantor Walikota Singkawang), terus ke jalan Panhgeran Diponogoro, Jalan Sejahtera via Tridharma Buni Taya Singkawang, dan berakhir di Altar yang berada di sekitar perempatan Patung Naga.

Lain lagi di Kota Pempek, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) yang menggelar even terkait bertajuk Festival Imlek Indonesia (FII) 2017 yang dihelat selam dua hari, 11-12 Februari di Palembang Sport and Convention Center (PSCC).

Even tersebut disebut-sebut sebagai salah satu special event Tahun Baru China, terbesar di Indonesia, karena menyuguhkan serangkaian atraksi menarik, antara lain Tari Tangan Seribu dan Drama Kolosal Legenda Pulo Kemaro.

Even yang juga menyuguhkan beragam lomba antara lain lomba chef battle, mendongeng, mural, kreasi ibu dan anak (mewarnai blacu), fashion show anak, dan lomba story telling (the history of Laksmana Cengho) ini dikabarkan berhasil menjaring ribuan orang dari 25.000 pengunjung yang ditargetkan.

Begitupun perayaan Cap Go Meh di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut). Even yang berlangsung juga tanggal 11 Februari atau hari Sabtu itu dikabarkan dihadiri ratusan wisatawan Cina. Maklum Kota Tinutuan atau Bubur Manado itu belakangan ini memang diarahkan menjadi destinasi wisata turis bermata sipit asal negeri tirai bambu.

Ciri khas even Cap Go Meh di Manado ini menampilkan parade para Tangsin yang menyuguhkan bermacam gerakan ekstrim seperti menancapkan benda tajam ke badan tubuh mereka. Selain itu, ada parade kendaraan hias dan pertunjukan budaya asli lokal yang dikolaborasikan dengan unsur budaya China.

Menurut Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Wawan Gunawan, keempat even terkait Imlek & Cap Go Meh di Bogor, Palembang, Palembang, dan Manado tersebut mendapat dukungan dari Kemenpar lewat Asisten Deputi Seqmen Pasar Personal, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata.

Sebelumnya, lanjut Wawan, Kemenpar juga mendukung penyelenggaraan even serupa berlabel Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY), seminggu full 5-11 Februari 2017 di Kota Jogja. “Even budaya tahunan ke-12  di Kota Gudeg itu pun berkarekter tersendiri karena menyuguhkan antara lain Naga Batik Terpanjang se-Asia dan Karnaval Budaya sehingga berhasil menjaring ribuan pengunjung,” ujarnya.

Libatkan Langsung
Berdasarkan pengamatan Travelplus Indonesia selama ini, banyak even terkait Imlek & Cap Go Meh serta even-even lain (sport tourism, marine, culture, culinary, etc) yang didukung Kemenpar itu sebenarnya sudah ada lebih dulu atau sudah punya nama sebelum mendapat dukungan.

Dukungan yang diberikan Kemenpar bisa jadi untuk lebih menggaungkan even tersebut lewat promosi dan publikasi. Jadi bukan sekadar ‘mendopleng’ even yang sudah besar tersebut agar Pesona Indonesia maupun Wonderful Indonesia berkibar dan terangkat namanya sebagaimana kabar miring yang terdengar.

Namun sayangnya bentuk publikasi dan promosi yang diberikan Kemenpar, kurang melibatkan secara langsung para jurnalis/travel blogger profesional terutama yang selama ini fokus meliput/menulis bidang kebudayaan dan kepariwisatan secara keseluruhan (baik itu budaya, destinasi/beragam objek wisata, promosi even, MICE (seminar/konferensi/pameran/workshop), pelatihan/pendidikan kualitas SDM pariwisata, penelitian pariwisata, kegiatan Sapta Pesona, industri wisata, pontensi wisata, dll).

Padahal keterlibatan para jurnalis/travel blogger yang kreatif dan loyal tersebut secara langsung di even budaya tersebut dan even-even lainnya, amat penting karena mereka bisa menulis dari berbagai sudut sehingga lebih komprehensif, lebih banyak, dan jauh lebih variatif dibanding hanya mendapat kiriman pers release, lalu di-copy paste atau ‘diacak-acak’ sedikit oleh jurnalis-jurnalis lain (apalagi kalau jurnalis itu tidak biasa meliput atau menulis pariwisata), sehingga tulisan/berita tentang even tersebut yang tayang/terbit, nyaris seragam/monoton/datar.

Keterlibatan langsung para jurnalis/travel blogger terpilih itu pun amat berguna, karena mereka juga dapat memberi input/masukan/saran positif/kritik membangun terhadap pelaksanaan even tersebut agar lebih menarik dan spektakuler lagi kemasannya.

Jadi kalau ingin even tersebut lebih bergaung dengan tulisan komprehensif, kreatif, dan variatif (tak melulu tentang even itu saja), baik pra, on maupun post event, sudah sepatutnya Kemenpar yang ingin mewujudkan target 15 juta wisman dan 265 juta pergerakan wisnus tahun ini, harus melibatkan/mengutamakan jurnalis/travel blogger seperti tersebut di atas secara langsung.


Sudah saatnya Kemenpar tidak sebatas kirim pers release terkesan lebay ke sejumlah jurnalis, lalu menggangap urusan promosi dan publikasi even itu sudah cukup dan selesai.

Sudah waktunya pula Kemenpar tidak sekadar melaporkan/mengirimkan foto-foto rangkaian even yang didukungnya, termasuk foto-foto yang memuat spanduk/umbul-umbul/backdrop/standing banner atau sejumlah orang mengenakan kaos dan topi bertuliskan Pesona Indonesia ataupun Wonderful Indonesia hasil jepretan staf-staf deputi terkait ke atasannya (kabid, asdep, deputi sampai menterinya) termasuk ke jurnalis/travel blogger, kemudian mengklaim bahwa ribuan pengunjung sudah datang ke even tersebut tanpa angka yang pasti.

Rasanya cara-cara lama yang cenderung subyektif, kurang efektif, dan tidak maksimal itu harus diperbaharui/diperbaiki jika Kemenpar mau even-even yang didukungnya lebih bergema, berkelas, berdaya jual, dan sukses menjaring pengunjung, hingga bermuara pada pencapaian jumlah kunjungan wisnus dan wisman yang ditargetkan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: adji, wawan kabid promosi wisata budaya & denny-humas kemenpar

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP