. q u i c k e d i t { d i s p l a y : n o n e ; }

Senin, 30 Januari 2017

'Seven Ghosts' Bikin Surfing Bono Jadi Wisata Unggulan Utama Riau

Seperti provinsi lainnya, Riau pun memiliki beberapa wisata unggulan bertaraf nasional bahkan internasional, artinya yang sudah mampu memikat sekaligus menjaring bukan hanya wisatawan nusantara pun mancanegara. Namun dari semua wisata unggulannya,  Surfing Bono di Pelalawan akhirnya ditetapkan menjadi wisata unggulan utama Riau. Salah satu alasannya karena surfing-nya di sungai yang memiliki 7 lapis atau disebut ‘Seven Ghosts’ oleh para surfers bule.

Menurut Kepala Seksi (Kasi) Promosi, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Riau, Alfiandri sebelumnya ada lima wisata unggulan Riau yang diusulkan ke Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tahun lalu yakni River Surfing Bono di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan; lomba balap sepeda Tour de Siak di Kabupaten Siak; event Ritual Bakar Tongkang di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir; lomba mendayung Pacu Jalur di Teluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi; dan Gema Muharram di Kabupaten Indragiri Hilir.

Namun Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya meminta Riau harus memilih satu saja yang menjadi wisata unggulan utamanya.

“Setelah dirembukkan dengan pertimbangan berbagai alasan, termasuk usulan Menpar Arief Yahya akhirnya ditetapkan Surfing Bono di Pelalawan yang menjadi wisata unggulan utama Riau, mengalahkan 4 wisata unggulan lainnya,” terang Andri sapaan akrab Alfiandri di sela-sela mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Branding Pesona Indonesia 2017 yang diselenggarakan Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kemenpar di Jakarta, selama 3 hari, 25-27 Februari lalu.

Dengan penetapan itu, otomatis pengembangan pembangunan pariwisata di kawasan Surfing Bono berikut promosinya bakal diprioritaskan. “Untuk pengembangan pembangunan di kawasan Surfing Bono di Sungai Kampar, Pemkab Pelalawan sudah menyediakan lahan seluas 60 hektar,” tambah Ardi.

Keistimewaan Surfing Bono menurut Ardi karena satu-satunya yang ada di Indonesia. “Surfing-nya bukan di laut sebagaimana biasanya tapi memanfaatkan gelombang di sungai yakni Sungai Kampar di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan,” terangnya.

Sungai Kampar tak seperti sungai-sungai lain di Indonesia bahkan di dunia dengan gelombangnya yang disebut Bono oleh warga setempat, hingga 7 lapis gelombang yang oleh para peselancar bule disebut ‘Seven Ghosts’ alias ‘Tujuh Setan’ yang berketinggian sampai 6 meter dengan durasi sampai 1 jam lebih.

Di sungai lain, masih di Riau memang ada tapi tak sedasyat di Sungai Kampar. Begitupun di negara lain, juga pernah ada gelombang serupa seperti di Sungai Batang Lumpar di Malaysia, Siene (Perancis), Shubenacadie, Stewackie (Kanada), Yang Tse-Kiang dan Hangzhou (China), Amazon (Brazil), serta Sungai Gangga di India.

Namun menurut beberapa peselancar dunia yang pernah mencoba beberapa sungai itu, memastikan Sungai Kampar-lah yang paling banyak gelombangnya, paling tinggi gelombangnya, dan paling lama durasi atau rentang waktu sampai habis gelombangnya.

Alhasil sejak tahun 2010, sungai ini jadi surga baru para peselancar dunia, terutama dari Perancis, Australia, Brazil, dan juga Bali-Indonesia.

Sampai saat ini penyebab pasti mengapa Sungai Kampar sampai bergelombang 7 lapis belum diketahui. Penelitian untuk mencari tahu jawabannya masih terus dilakukan oleh sejumlah pihak yang tertarik dengan kondisi sungai ini.

Ada yang mengatakan Bono merupakan gelombang yang terkategori Tidal Bore, yakni fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan massa air dimana gelombang pasang menjalar menuju ke hulu dengan kekuatan yang bersifat merusak.

Beberapa orang berpendapat gelombang ini muncul akibat pertemuan tiga gelombang laut dari Laut China, Laut Jawa, dan Selat Malaka. Ketiga arus laut itu kemudian menyatu ke muara hingga masuk ke badan Sungai Kampar terus-menerus.

Tak sedikit pula yang bilang pola Sungai Kampar yang berbentuk huruf ‘V’ turut memicu terjadinya gelombang yang berlapis-lapis. Desakan arus yang semula luas kemudian mengerucut setibanya di muara hingga ke badan dan hulu sungai ini.

Legenda Bono
Pendapat-pendapat di atas secara logika memang masuk akal dan mungkin bisa benar, meski belum pasti benar. Tapi ada satu lagi yang menyebabkannya demikian, dan ini terkait dengan kepercayaan masyarakat. Semacam legenda.

Konon, Bono yang terdapat di Sungai Kampar merupakan pasangan jantan dari Bono betina yang terdapat di Sungai Rokan. Saat musim pasang mati, Bono jantan mengajak main Bono betina di Selat Malaka.

Kalau bulan mulai membesar, keduanya pulang ke tempat asal masing-masing, Bono jantan mudik ke Sungai Kampar dan Bono betina kembali ke Sungai Rokan. Kalau bulan semakin purnama, keduanya saling berpacu dengan cepat ke tempat asalnya dengan suara yang bergemuruh.

Legenda lain menyebutkan pada awalnya Bono di sungai ini berjumlah 7 ekor. Tapi salah satunya mati dan menghilang tertembak meriam Belanda. Ke-6 ekor Bono yang tersisa, dari yang kecil hingga yang besar pada saat-saat tertentu mengamuk bak seekor induk yang marah besar karena kehilangan anaknya.

Bagi warga sekitar Kuala Kampar, keberadaan Bono bukanlah hal aneh. Mereka sejak lama mengakrabinya dan menjadikannya sebagai wahana bermain sekaligus menguji kecakapan berperahu dengan menaklukan Bono yang oleh masyarakat setempat disebut Bekudo Bono. Bahkan pada zaman Belanda, rakyat Teluk Meranti ini sering ditantang keberaniannya oleh Belanda untuk Bekudo Bono dengan imbalan Rp. 5 yang saat itu bernilai cukup tinggi.

Tapi bagi wisatawan, terlebih para surfer, Bono buka sekadar fenomena alam yang menakjubkan. Melainkan surga baru, untuk melampiaskan hasrat menari-nari di atas 7 lapis ombak dengan sebilah papan selancar.

Travel Tips
Kecamatan Teluk Meranti merupakan kecamatan terjauh kedua dari ibukota kabupaten setelah Kecamatan Kuala Kampar. Pada awal pemekaran Kabupaten Pelalawan, akses ke Kecamatan Teluk Meranti hanya lewat jalur air menggunakan speed boat.

Sejalan dengan perkembangan Kabupaten Pelalawan dan peningkatan pembangunan di berbagai sektor, ditambah semakin meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke daerah ini, akses ke Kecamatan Teluk Meranti sudah menggunakan jalan darat melalui Jalan Lintas Bono (Lisbon Road).

Pembangunan jembatan yang menghubungkan Desa Teluk Binjai dengan Kelurahan Teluk Meranti pun sudah rampung.

Untuk mencapai lokasi Bono Sungai Kampar, dari Pekanbaru ibukota Provinsi Riau dengan transportasi darat ke Pangkalan Kerinci sekitar 70 Km selama sekitar 1,5 jam. Diteruskan ke Desa Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti melalui Kecamatan Bunut juga dengan angkutan darat sekitar 4 jam.

Kalau dengan trasportasi air, dari Pangkalan Kerinci (pelabuhan di Jembatan Pangkalan Kerinci) dengan speedboat ke Desa Pulau Muda yang menjadi lokasi terbaik untuk melihat kedasyatan Bono. Waktu tempuhnya sekitar 4.5 jam.

Selain melihat Festival Bekudo Bono, masih ada beberapa objek wisata lagi yang bisa dinikmati pengunjung selagi berada di Kecamatan Teluk Meranti ini, yakni Pantai Ogis, Pantai Tanjung Pebilah, Kolam Tujuh, Tasik Sarang Burung, dan Makam Datuk Bandar Setia Diraja.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok.pelalawantourism, adji & wikipedia

0 komentar:

Film pilihan

Bermacam informasi tentang film, sinetron, sinopsis pilihan
Klik disini

Musik Pilihan

Bermacam informasi tentang musik, konser, album, lagu-lagu pribadi dan pilihan
Klik disini

Mencari Berita/Artikel

  © Blogger templates Psi by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP